S2: 01

343 42 10
                                    

.
.
.
.
.
.
.

"Jadi-hhh"

Seungkwan tak tahan untuk menyelipkan kekehan dalam kalimatnya, ia memiringkan kepala sambil mengusap lembut sepanjang lengan hingga punggung tangan Umji yang ada di sisi wajahnya. 

"Apa kesepakatannya?"

"Eh?"
Seperti cahaya yang berkilat-kilat sebelum petir menyambar, Umji disadarkan oleh suara Seungkwan yang lumayan dekat. Ah tidak, kata-kata itu bahkan lebih terdengar seperti godaan yang sengaja dibisikkan di telinganya. 

Apa sudah terjadi sesuatu?, begitu kiranya yang terlintas dibenak Umji.
Sebelumnya ia memang memikirkan banyak hal, mulai dari pertama datang ke rumah Seungkwan hingga kejahilan laki-laki itu yang hampir membuat mereka berciuman di dalam kamar yang kedap suara. 

Hm? Bukankah Seungkwan sendiri yang ingin berciuman? 

"Hah... "
Seungkwan membuang nafas kasar, menunggu penjelasan dari seseorang membuat tingkat kesabarannya menurun.

"Mungkinkah kau menginginkan sesuatu dariku?"
Seungkwan kali ini menggeser wajah hingga bibirnya menyentuh telapak tangan Umji, kemudian tersenyum dalam lingkupan telapak tangan yang lebih kecil dari wajahnya itu. Biasanya, Umji selalu memiliki wangi tipis-tipis yang berasal dari sabun atau body lotionnya. Tapi kali ini Seungkwan hanya bisa mencium aroma bumbu-bumbu dapur dari telapak tangan gadis itu, aroma kuat yang dihasilkan oleh kosmetik mahal kakak perempuannya ternyata mudah hilang.

Tapi tak bisa dipungkiri Seungkwan tetap menyukainya. Ibu dan kakak-kakaknya juga kadang ditempeli aroma yang sama saat mereka sedang memasak. Sedikit berbeda dengan perempuan-perempuan di keluarganya yang sama sekali tidak punya pesona tertentu saat memasak, Seungkwan merasa Umji punya daya tarik tersendiri. Gadis itu cerdas, rapi, dan cekatan sehingga semua kegiatannya terkesan enak untuk dipandang. Tapi, apa benar hanya dengan berlandaskan itu Seungkwan ingin sekali melakukannya

Satu kali saja.

"Kenapa kau-aaaa!"

Umji berteriak histeris setelah menarik paksa tangannya dari wajah Seungkwan. Bulu kuduknya berdiri serentak tatkala Seungkwan mengecup telapak tangannya yang-sialnya-cukup sensitif itu. 

"Apa tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan, huh?!"
Seungkwan menumpu dagu pada tangannya yang terkepal. 

"Sayangnya, tidak ada. Apa kau punya saran?"

Umji mendesis lalu ia tutupi wajahnya yang bersuhu sehangat bakpao kukus dengan kedua tangannya yang berbau bawang putih dan aneka rempah. Sekarang ia sudah mengingat kesepakatan gila yang hampir ia tawarkan pada Seungkwan!

Benar-benar tidak waras! 

"Kau menawariku kesepakatan lalu tiba-tiba mencium pipiku, setelahnya kau diam dan kebingungan seperti orang amnesia"
Seungkwan beralih menumpukan sebelah wajahnya pada telapak tangan, menikmati segala tingkah Umji yang serba salah namun anehnya cukup menyenangkan untuk dipandang. Gadis itu lumayan mengesankan karena bisa melupakan apa yang dilakukannya dalam waktu kurang dari dua menit. 

"I-itu… sepertinya aku salah bicara"
Seungkwan mengangkat sebelah alisnya.

Well, typo mulut kadang menggemaskan... Kadang juga membahayakan

"Lagipula kau kan yang mau berciuman!"

"Oh?.... Ha-ha-ha-ha!"
Seungkwan tertawa dengan tangan yang mengusap sebelah matanya, ia langsung teringat kata-katanya sendiri. Umji tiba-tiba menciumnya di pipi dan kata-kata barusan itu… bukankah sebuah petunjuk? 

BOO -UMJI*SEUNGKWAN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang