S2: 04

376 41 12
                                    

Sabtu pagi yg cerah.

Semoga ujan! (╥_╥)

***

"Akh!"
Seungkwan berjengit kesakitan ketika dagunya disundul oleh sesuatu yang lumayan keras, benda yang hampir mirip seperti batok kepala manusia itu entah datang dari mana dan beradu dengan bagian bawah wajahnya. Benturan itu sendiri mengakibatkan denyutan nyeri yang menjalar dengan cepat ke seluruh tulang wajah dan leher sehingga menjadikannya salah satu peristiwa bangun pagi yang tidak mengenakkan. 

"Shh…"
Seungkwan mendesis pelan, ia ingin segera bangun dan mengambil kompresan. Rasa sakit pada dagunya mungkin akan segera membentuk benjolan besar dan itu adalah sesuatu yang sangat gawat. Comeback unitnya tidak akan sempurna kalau wajahnya membengkak. 

"Aduh…", suara rintihan seorang gadis terdengar samar-samar di telinga Seungkwan bersamaan dengan gerakan-gerakan kecil yang timbul di sekitar dadanya. 

"Hei", Seungkwan menunduk.
Seketika itu juga ia tersadar kalau malam ini tidurnya memang ditemani oleh seorang gadis. Kalau melihat lagi kondisinya, sebelumnya ia berpikir mungkin saja gadis itu akan segera membuka mata dan meneriakinya sekuat tenaga.

"Kau sudah bangun?"
Tanpa disangka-sangka, Seungkwan melihat Umji yang mendongak untuk menatapnya. Gadis itu masih berbaring nyaman di pelukannya dengan keadaan sudah berkedip-kedip dan tertawa kaku sambil mengusap-usap pucuk kepalanya sendiri. 

"Em… aku minta maaf", akunya sambil menyembunyikan setengah wajahnya pada dada seseorang yang sudah terlanjur nyaman menjadi sandaran.

"Kuterima", jawab Seungkwan sambil mengusap pelan dagunya. 

"Sakit sekali, ya?", Seungkwan menyadari Umji kembali mendongak dengan tatapan bersalah. 

"Hm.. Tidak terlalu", jawabnya sambil berusaha membalas tatapan si gadis. Saat itu ia yakin kalau yang berusaha disembunyikan oleh gadis itu tidak hanya rasa sakit pada kepala, namun juga rona-rona kemerah mudaan yang menjalari kulit pipinya. 

Apa wajah-terutama pipi-semua gadis terlalu sensitif? 

"Yewon-ah, kau yakin kepalamu tidak sakit?", Seungkwan menyamaratakan posisinya dengan Umji agar ia bisa dengan jelas menatap wajah gadis itu. 

"Hmmm… "
Sementara itu Umji bergumam panjang, ia mengarahkan bola matanya ke atas seolah bisa melihat kulit kepalanya sendiri.

"Iya, tidak terlalu sakit kok"
Seungkwan membuang nafas pelan dan merengkuh kembali gadis yang menurutnya baru saja bertingkah sangat imut itu. 

Ia benar-benar tidak tahan untuk tidak melakukan sesuatu!

"Jangan menekan kepalaku karena nanti sakitnya jadi lebih terasa", Umji menepis tangan Seungkwan yang hendak menyentuh kepalanya. Dagu runcing laki-laki itu telah membuat kulit kepalanya yang lembut jadi berdenyut-denyut. Tapi terlepas dari itu, dia sendiri yang menabrakkan kepalanya. Jadi tidak ada alasan untuk marah-marah. 

"Apa perlu dikompres?", tanya Seungkwan sambil mengelus pelan rambut Umji. 

"Tidak, tidak. Sudah kubilang tidak terlalu sakit, 'kan?", Umji menggeleng-geleng sambil melingkarkan tangannya pada tubuh Seungkwan, mencoba mencari kehangatan dalam pelukan laki-laki itu. 

BOO -UMJI*SEUNGKWAN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang