Bab 12A Drama di hotel

197 8 0
                                    

DOSEN ITU MANTANKU (12)

🍁🍁🍁🍁🍁

Bab 12A Drama di hotel

https://m.dreame.com/novel/242964736.html

Sesampainya di kos, Sarah merebahkan badannya di ranjang setelah melaksanakan kewajiban sholat Ashar.

Mengulang kembali kebersamaan yang baru saja dilewatinya bersama Alfian, Sarah tersenyum simpul. Tidak menyangka secepat ini dia bisa mengobati rindunya yang telah tersimpan lama.

Setengah jam waktu yang cukup untuk dirinya istirahat. Badan pun kini terasa lebih segar setelah diguyur air.

Menatap diri di depan cermin, Sarah berguman pada dirinya sendiri sambil sesekali tersenyum.

"Mas Alfi ternyata masih punya perasaan yang sama seperti aku. Aku berjanji akan memulai hubungan yang baru dengannya. Tapi bagaimana dengan maminya?"

Senyum yang tercetak diwajah Sarah pudar. Bibirnya terlukis seperti huruf n.

"Kenapa aku jadi banyak pikiran setelah memutuskan memulai lagi hubungan dengannya?"

Sarah mendaratkan pant*tnya ke ranjang menjauhi cermin. Bedak dan spon yang dipegangnya belum sempat disapukan ke wajahnya.

"Kalau Amira dan Chika tinggal di rumah Mas Alfian, tidak menutup kemungkinan akan mengambil hati maminya. Apa benar niat Amira tulus mencari suaminya?"

"Aargh."

Kepala Sarah mendadak terasa pening, otaknya seakan dipenuhi benang ruwet.

Tak ingin berlarut dalam pikiran buruk, Sarah segera bersiap untuk berangkat kerja part time di akhir pekan ini. Seperti biasa pakaian yang melekat di badannya adalah baju yang ternyaman versinya. Celana katun dan tunik kaos. Dilengkapi asesoris kunciran untuk rambutnya yang panjangnya sedikit di bawah bahu.

"Sore, Mbak Sarah!"

"Selamat sore juga, Pak "

Satpam tersenyum heran memandang wajah sumringah dan bersemangat Sarah.

Di ruang ganti, Sarah sudah mengenakan seragam kerjanya. Sedari tadi pergerakannya menyiapkan peralatan tak luput dari laki-laki yang menjadi atasannya langsung.

Baru diberi deheman, Sarah mendongak dan pandangannya tertuju pada pemilik suara.

"Eh, Pak Satya. Sudah dari tadi di sini?" Sarah mampu menempatkan diri saat kapan dia memanggil atasannya dengan sebutan Pak dan tidak.

"Barusan, kok. Sepertinya ada yang lain dari wajahmu, Ra? Tapi apa, ya?"

Satya mengusap-usap dagunya seraya berpikir.

"Ah, biasa aja, Pak." Masih berusaha menjawab dengan sikap biasa saja, tetapi mimiknya tidak bisa berbohong.

Rasa yang membuncah di dada memancarkan aura bahagianya kelihatan saat bertemu orang lain.

"Kamu lagi bahagia ya, Ra?"

"Hehe, ketahuan ya, Sat?"

"Tuh, kan. Kamu nggak bisa berbohong, Ra."

"Aku lagi berbaikan dengan dosbingku."

"Bukannya hubunganmu dengan dosbing memang baik-baik saja, ya?"

"Iya, itu dengan dosbing yang lama. Sekarang dosbingku baru, Sat."

"Oya, kok kamu baru cerita?"

"Baru juga beberapa hari."

"Lebih galak ya?" Sarah menggeleng.

"Lebih tua? Sarah masih menggeleng tetapi dengan senyum simpul.

"Ckk, pasti dosennya masih muda dan ganteng?" ucap Satya mencebik kesal.

Tawa Sarah meledak seketika karena melihat wajah kesal Satya.

"Iya dosennya masih muda, ganteng, dan juga masih single. Udah, Sat. Aku mau mulai kerja, takut dipotong gaji."

Sarah dibuat kaget saat wajah Satya berubah jadi murung. Terlukis rona wajah kecewa membuat Sarah penasaran.

"Sat, ada apa?"

"Nggak apa-apa, Ra. Asal kamu ceria begitu, aku sudah ikut bahagia. Lanjutkan tugasmu!"

Satya berlalu meninggalkan Sarah yang masih berkutat pada pikirannya tentang perubahan sikap atasannya itu.

"Aneh, Satya kenapa, sih? Nggak biasanya nyuekin aku begini. Sudahlah, nanti dia juga balik lagi tersenyum."

Mendorong troli berisi perlengkapan houskeeping, Sarah melihat satu persatu nomor kamar yang menjadi tujuannya hari ini. Dia mendapat jatah tiga kamar sore ini. Biasanya housekeeping sore hari untuk membantu melakukan pembersihan pada seluruh daerah gedung hotel. Termasuk dengan kamar dari tamu yang ingin dibersihkan agar bersih kembali. Jam kerja Sarah di shift siang mulai jam 15.00 sd 23.00.

Kurang lebih satu jam Sarah menyelesaikan tugasnya untuk dua kamar. Masih tersisa satu kamar lagi di kamar VIP.

Mata sarah menatap nomer kamar VIP 19F di catatannya.

"Benar ini nomer kamarnya."

Menoleh ke samping kirinya, Sarah merasa merinding. Kamar itu mengingatkan kecerobohannya tertidur setelah membersihkan ruangan.

"Hufh, tak mungkin kan Pak Devan menginap di sini lagi. Beliau tidak pernah menyinggung ada acara di hotel ini. Eh, aku kan bukan sekretarisnya, mana mungkin aku tahu jadwalnya."

Dosen Itu MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang