Bab 9 Jantungku Berdebar

185 10 0
                                    

DOSEN ITU MANTANKU

🍁🍁🍁🍁🍁

Bab 9 Jantungku berdebar

Alfian mencondongkan wajahnya tepat di depan Sarah. Napas beraroma mint terasa berhembus menyapu wajah cantik Sarah hingga  membuatnya terpejam dan tidak mampu berpikir logis.

"Ingat Sarah, saya belum menikah. Jangan suka menggosip hidup orang lain."

Bisikan lembut Alfian ditelinga Sarah membuat gadis itu spontan membuka matanya.

Sarah yang awalnya terlena segera menggunakan logikanya. Diliriknya jari jemari tangan dosennya.

Hufh, tidak ada cincin melingkar di sana, bagaimana bisa membuktikan.

"Laki-laki menikah dan belum tidak bisa dibedakan. Yang benar saja, Pak Mahesa terhormat..."

Sarah menjeda kalimatnya dengan sebuah penekanan. Lalu dia tertawa hambar. Dahi Alfian mengernyit heran, kenapa gadis di depannya ini tertawa.

"Memangnya ada yang lucu, ya?" ujarnya dengan tangan sudah terlepas dari mengurung Sarah. Kesempatan ini digunakan Sarah untuk membuat jarak dengan mendorong dada bidang Alfian.

"Bisa-bisanya bapak membohongi saya. Anak dan istri bapak mau dikemanakan?"

"Kamu ngomong lelucan apa sih, Ra?" Alfian masih tidak terima.

"Bapak jangan mengganggu ketenangan saya!"

Alfian berpikir keras kenapa Sarah bilang kalau dirinya punya anak istri.

"Jangan-jangan Dinda ketemu mereka di kampus kemarin," batinnya.

"Bukankah kamu senang kalau saya masih sendiri, Ra?"

Sarah yang ditanya gelagapan.

"Maaf, Pak. Saya permisi dulu, buru-buru ke MTG."

Sarah segera kabur keluar ruangan sambil mengelus dadanya yang bergetar.

"Dasar Pak Mahesa sudah nggak waras."

Sementara itu, di dalam ruangnya Alfian tersenyum berseringai.

"Kamu tidak tahu apa yang terjadi pada hidupku, Ra. Suatu saat akan aku buat kamu mengerti."

*****

Di kantornya, Devan mencari-cari Sarah, tetapi tak tampak batang hidungnya. Diputuskannya menelpon Marry.

"Halo, Kak Marry dimana Sarah?"

"Maaf, Pak. Dia datang siang ka...."

"Apa?

Belum selesai Marry bicara, Devan sudah memotong.

"Suruh ke ruang saya kalau dia sudah datang!" titah Devan.

"Baik, Pak!"

Marry menjawab lirih.

"Bisa-bisanya anak magang baru sudah masuk seenaknya."

Devan ingin melanjutkan pekerjaan membaca berkas proposal proyek jadi kehilangan mood. Dia memilih istirahat sejenak menyandarkan punggungnya di kursi putar.

Mata terpejam, pikirannya berkelana menyiapkan kata-kata yang sudah seharusnya dilontarkan pada karyawan magangnya.

Setengah jam kemudian, Sarah berdiri di depan pintu ruangan bertuliskan CEO. Napasnya terengah-engah, baru saja tiba di ruang divisi marketing disuguhi raut tak ramah Bu Marry. Beliau lantas menyuruh Sarah menghadap bosnya.

Ketukan pintu terdengar di telinga Devan membuatnya duduk dan membenahi penampilannya yang sedikit berantakan.

"Masuk!"

Dosen Itu MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang