Bab 13B Cari Perhatian

161 7 0
                                    

DOSEN ITU MANTANKU (13B)

Bab 13B Cari perhatian


*****

"Maaf."

"Kamu...."

Sarah dibuat gelagapan dengan wajah laki-laki yang berdiri menjulang di hadapannya.

"Sepertinya aku pernah melihatmu. Kenalkan namaku Alexander!"

Sahabat Devan yang punya kebiasaan tebar pesona mulai kelihatan sifat playboynya saat mengajak berkenalan dengan Sarah.

"Maaf, Mas salah orang pasti. Saya hanya housekeeper di hotel ini. Permisi!"

"Ishh, sombong amat. Masak iya dia nggak terpesona sama ketampananku."

Sarah segera berlari menuju ruang penyimpanan. Diusapnya dada yang masih bergetar sejak keluar dari ruang meeting.

"Untung saja Pak Devan tidak sampai melihatku. Semoga Pak Alex tidak sampai bercerita pada Pak Devan."

Sarah menenggak air mineral satu botol kecil. Lega rasanya, dia seperti baru saja keluar dari kandang macan.

Sepanjang melanjutkan tugasnya, Sarah selalu was-was seperti ada yang mengintai.

"Hai, Ra. Ngapain sih dari tadi celingukan gitu?" Satya mengagetkan Sarah dengan mengibaskan tangannya yang terkena air wudhu. Mereka berdua sedang berada di mushola hotel.

Sarah hanya menyengir kuda.

"Ayo pak imam buruan!"

"Kali ini bukan aku imamnya, Ra?"

"Tuh ada, bos MTG."

"Hah?"

"Kondisikan mulutnya, nggak usah syok gitu. Eh ngomong-ngomong bos MTG, berarti kamu kenal dong, Ra?"

Apa iya bos arogan gitu jadi imam sholat? Ups, aku kok meragukan orang dari penampilan luarnya sih.

"Karyawan magang mesti kenal lah, Sat. Kalau beliau ya belum tentu tahu bawahannya."

"Namanya Devandra Mahardika. Nama yang bagus, kan?"

Uhuk,uhuk.

"Udah-udah, Sat. Ayo buruan nanti ketinggalan jamaah!

Sarah berusaha mengikuti sholat dengan tenang meski ada ganjalan dalam hatinya yang ingin segera kabur setelah selesai sholat.

Lantunan bacaan Quran imam kali ini tak kalah merdu dengan yang biasanya Satya lantunkan.

Bener banget kata Pak Pram, "Dont Judge a book by its cover." Pak Devan kan orang berada, pasti lahir dari keluarga yang tidak sembarangan.

"Ra, tumben habis sholat main kabur. Biasanya nungguin imamnya dulu."

"Haha, habisnya imam yang biasanya lagi jadi makmum."

"Kamu seneng banget kalau aku jadi imammu, ya?"

"Ishh, ini tanya beneran apa tersirat?"

"Bercanda, Ra. Jangan sewot gitulah!"

Sarah sempat tertegun, sepertinya  Satya benar-benar menaruh perhatian lebih padanya. Namun Sarah tetap setia pada satu orang yang sudah lama mengisi ruang hatinya, siapa lagi kalau bukan dosen mantannya.

Sarah tidak mau memberi harapan palsu pada Satya. Dia berusaha baik, tetapi tetap menjaga sikap.

Akhirnya Satya mengajak Sarah dan anggota tim CS hotel untuk makan malam bersama di ruangan departemen houskeeping.

Malam semakin larut hujan pun turun dengan lebatnya disertai petir menyambar-nyambar. Sarah bersiap pulang lebih awal karena pekerjaannya selesai lebih dulu. Jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul setengah sebelas.

Kondisi cuaca yang kurang baik tidak menguntungkan bagi para ojol. Alhasil, Sarah kesulitan mendapat driver.

Beberapa kali dipesan ojol lewat aplikasinya tetapi tidak ada satupun yang menyangkut.

Dia masih berdiri di tepi jalan tak jauh dari hotel. Menggunakan payung kecil, Sarah mencoba berteduh di halte biasanya untuk lewat angkot siang hari.

"Ya Rabb, semoga aku bisa pulang dengan selamat. Mana taksi yang lewat selalu isi."

Sebuah mobil berhenti tepat di depan Sarah berdiri.

"Butuh tumpangan, Nona?"

Sarah mencoba menunduk sejajar kaca mpbil yang sedikit dibuka memperlihatkan paras pengemudi.

Duh, Pak Alex lagi. Gimana nih, kalau aku naik mobilnya apa yang terjadi selanjutnya? Aku belum mengenalnya dengan baik.

Berkutat dengan kebingungannya, Sarah segera mengibaskan tangannya.

"Terima kasih, Pak. Saya nunggu jemputan."

"Oke, see you!"

"Astaga, cuma gitu aja nggak ada usaha ngrayu-ngrayu cewek, nih. Gimana nasibku, mana Satya sudah pulang lebih dulu karena panggilan dari ibunya," sesal Sarah.

Tak dihiraukan Sarah, bajunya sudah setengah basah kuyup kena terpaan angin. Dia masih mencoba melambaikan tangan menghentikan taksi.

"Adakah dewa penolong malam ini, andai saja Mas Alfian lewat sini."

Masak iya, aku menelponnya malam-malam begini.

Ciittt.

Suara decitan rem mobil terdengar. Sarah kaget bukan main, tiba-tiba ada mobil mewah berhenti tepat di depannya.

Sang pengemudi mencoba membukakan pintu yang menghadap Sarah.

"Masuk!"

"Hah, Pak Devan."

Tanpa pikir panjang Sarah sudah ditarik tangannya oleh bosnya.

"Hufh, aku benar-benar seperti keluar dari kandang macan justru masuk ke kandang singa," batin Sarah seakan menertawakan dirinya sendiri. Seharian menghindari bertemu bosnya, kini pulang justru bersamanya.

Dosen Itu MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang