Bab 13 A Cari Perhatian

154 7 0
                                    

DOSEN ITU MANTANKU (13A)

Bab 13A Cari perhatian

Di rumah Alfian, sang ibu tercinta mendatangi kamar putra satu-satunya setelah makan malam selesai. Beliau membawakan segelas susu karena putranya selalu lupa meminumnya kalau tidak diingatkan.

"Ada apa, Mi?"

"Al, sedang sibuk, ya?"

"Ini Mi, Al lagi nyiapin bahan buat acara seminar besok."

"Oh, seminar dari kampus?"

"Iya, Mi. Acaranya di hotel bintang lima." Alfian menyesap setengah gelas susu buatan maminya.

"Istri temanmu mau sampai kapan tinggal di sini, Al?"

Alfian tertegun dengan pertanyaan maminya. Dia sendiri juga tidak tahu pasti kapan Amira dan Chika bisa meninggalkan rumahnya.

"Kenapa, Mi?"

"Mami nggak enak sama tetangga. Dia kan istri orang, Al. Mami juga mau kamu segera menikah. Kalau saja dia tidak berstatus istri orang ya Mami bisa bilang alasan masuk akal ke tetangga. Lagian Amira baik dan sopan, cantik juga. Bagaimanapun nggak baik perempuan yang sudah punya suami tinggal serumah dengan bujang tampan kayak kamu."

"Ishh, Mami nih. Besok Al bicara sama Amira deh. Kasihan juga Chika sangat merindukan papanya."

"Iya, tapi kalau kelamaan bisa-bisa anaknya nggak mau pisah dari kamu, Al. Bahkan parahnya, ibunya juga nyaman denganmu."

"Astaghfirullah, enggaklah, Mi. Amira istri temanku. Aku masih berusaha mencarinya sampai ketemu."

"Bisa juga minta bantuan polisi, Al."

"Hmm, besok kita diskusikan lagi ya, Mi. Al masih banyak nih yang harus diselesaikan."

"Ya sudah, hati-hati aja, Al! Mami sayang sama putra mami satu-satunya."

Bu Rena mengecup kening Alfian dengan tulus. Beliau berharap Alfian tidak salah melangkah.

"Ngomong-ngomong soal menikah, apa kamu sudah punya calonnya, Al? Kalau belum, mami bisa kenalkan dengan anak sahabat papi." Bu Rena hampir mendekati pintu keluar, tetapi rasa penasaran tidak bisa disimpannya sendiri sebelum tersampaikan pada putranya.

Senyum terukir di wajah tampan Alfian. Dia mengacungkan jempol pada maminya.

"Kapan-kapan Al bawa ke rumah deh, Mi."

Bu Rena pun membalas acungan jempolnya.

"Mama." Suara teguran Chika mengusik kegiatan mamanya yang sedang bersandar di depan pintu kamar Alfian.

Gegas, Amira menggendong Chika ke kamarnya yang terletak di paling pojok setelah kamar Bu Rena.

Rumah Alfian berlantai dua, tetapi sejak papinya meninggal dia menempati kamar bawah untuk menemani maminya.

"Mama kenapa di depan kamar ayah?" gadis cilik berusia tiga setengah tahun itu diliputi rasa penasaran.

"Sttt, jangan keras-keras. Chika jangan bilang ayah sama eyang, ya!"

Chika pun mengangguk patuh.

"Besok ayah jalan-jalan ke hotel, lho. Chika mau ikut nggak?"

"Hotel?"

Amira mengangguk seraya mengiming-imingi Chika supaya ikut.

"Besok ikut aja, pokoknya minta ayah mengajak Chika!"

"Tapi mama juga ikut?"

"Iya kalau Chika ikut, mama pasti ikut. Jangan bilang ayah kalau mama yang minta ya!"

"Bu Rena menganggapku pantas jadi pendamping Alfian andai aku belum menikah, apa aku bilang saja kalau sudah pisah sama suami. Lagipula Suamiku tidak bisa pergi kemana-mana. Dia tidak akan tahu apa yang aku lakukan di sini." Seringai licik mulai muncul di otak Amira untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Aku tidak akan membiarkan perempuan di masa lalu Alfian menghalangi jalanku.

"Mama kenapa?"

"Eh nggak apa-apa, sayang."

*****

"Maaf."

"Kamu...."

Dosen Itu MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang