17. Hilang

5 1 0
                                    


~ 𝐅𝐀𝐉𝐀𝐑 𝐒𝐄𝐍𝐉𝐀 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 ~
𝑏𝑦;𝑤𝑎𝑟𝑘𝑜𝑝𝑖𝑛𝑔

17. Hilang

Malam ini hujan turun dengan lebatnya, air terus menetes dari atas tanpa adanya tanda ingin berhenti. Jalanan menjadi sepi karena hujan yang tengah turun, hanya beberapa kendaraan yang melintas

Seorang pemuda mengendarai motornya dengan perasaan kesal dan khawatir, ia mengitari beberapa daerah yang dekat dengan rumah dan sekolahnya. Wajahnya terlihat memerah di balik helm full face yang ia kenakan, rintikan hujan sama sekali tidak bisa meredakan emosinya itu

Setiap jalan yang dilewatinya, tidak ada satupun sudut yang terlewat oleh pandangan matanya. Kepalanya menoleh kesana-kemari dengan mata yang terus menelisik tiap tempat

"Senja, lo dimana si anj*ng" umpatnya dengan sorot mata yang mulai memanas, pasalnya dari hampir 2 jam ia sudah berputar-putar mencari keberadaan Senja yang hilang

Tunggu-tunggu, Senja hilang?

"Harusnya tu sopir bilang kalo dia bakal jemput lo telat, gua bisa tebengin lo pulang dan lo gak akan ilang-ilangan kaya gini" dirinya kembali mengomel, entah siapa yang dimarahinya di sepanjang jalan itu, Senja? sopirnya? atau bahkan dirinya sendiri?

Beberapa jam lalu...

"Pak bos, non Senja gak ada di sekolahan Pak" adu seorang pria pada bosnya, kepala pria itu menunduk takut jika bosnya itu marah padanya

"Apa? gimana bisa gak ada?" tanya Guntur selaku Papa Fajar, ia langsung berdiri menatap sopirnya itu

Semua yang kini tengah berada di ruang tamu itu pun juga terkejut, mereka tengah menunggu kedatangan Senja karena dari sore tak kunjung pulang. Namun, naasnya mereka justru mendapat berita seperti itu

"Saya sudah tanya satpam sekolah dan mencari di sekeliling sekolah, tapi non Senja nya ketemu Pak" adunya lagi, dirinya tetap menunduk dengan tangan yang menggenggam gugup

"Pa, gimana kalau Senja hilang?" Rena berjalan mendekati suaminya dan memeluk lengan suaminya dengan khawatir

"Maaf Pak" ucap sopir itu pelan

"Apa kata satpam yang kamu tanya tadi?" dengan tegas Guntur bertanya pada sopirnya, ia sesekali mengusap punggung istrinya yang berada di dekapannya itu

"Katanya non Senja sudah pulang dari satu jam yang lalu, dia tadi menunggu lumayan lama di sana" jelasnya jujur

Guntur menghembuskan nafasnya kasar, dia mencoba tenang dan berpikir sejenak

"Pa, kita lapor polisi saja" usul Rena dengan sedikit mengguncangkan lengan suaminya

"Gak bisa sayang, jelas dia baru hilang beberapa jam yang lalu" Guntur semakin bingung karena kekhawatiran istrinya yang diluapkan padanya

"Yaudah kalau gitu ayo kita cari Senja Pa, kita gak bisa diem aja. Senja baru dateng ke sini, dia gak tahu betul kota ini bahkan daerah kita ini, alamat rumah kita aja dia gak tahu loh Pa. Aku takut dia kenapa-kenapa, kalau dia diculik gimana? nanti kalau Senja gak ketemu gimana Paa? Dewi bakal kecewa sama aku karna gak bener jagain anaknya" Rena terus saja mengatakan hal yang tidak-tidak, Guntur semakin pening dibuatnya

Dengan sabar Guntur menuntun istinya untuk duduk dan menenangkan nya, ia meyakinkan istri jika Senja tidak akan kenapa-kenapa. Segera setelah istrinya tenang ia memerintahkan sopirnya untuk mencari Senja kembali dan juga menyiapkan mobil untuknya untuk ikut membantu mencari Senja

"FAJAR!" teriaknya nyaring memanggil anaknya yang berada di lantai atas, tidak butuh waktu lama, Fajar turun dengan baju santainya dan mendekati ayahnya itu

"Iya, Pa? kenapa?" tanyanya yang kebingungan saat sampai, ia melihat Mama dan Papa nya yang memasang muka serius juga khawatir akan suatu hal

"Senja hilang, tolong kamu juga bantu Papa cari Senja" kalimat itu mampu membuat Fajar memasang muka yang sama dengan orang tuanya tapi sedetik kemudian dia mendatarkan wajahnya

"Buat ulang lagi" ucapnya pelan

"Udah gak usah ngegerutu, sana cepet cari" sentak Guntur saat mendengar gerutuan Fajar

"Iya-iya Fajar cari" dengan malas Fajar kembali ke kamarnya untuk sekedar bertukar baju, ia juga mengenakan jaket miliknya dan segera pergi untuk mencari gadis manis itu

Fajar masih mencari keberadaan Senja sampai sekarang, dia kembali menelusuri area di dekat sekolah

"Lo juga kenapa gak punya hp sih Senja, bikin repot gua aja sukanya" monolog nya

Sampai saat dirinya melihat gadis yang berdiri di depan supermarket sambil memeluk dirinya sendiri, dia sepertinya mengenal gadis itu. Perlahan dia mengarahkan motornya ke sana, Fajar semakin menyipitkan matanya mencoba melihat dengan jelas ke arah gadis itu. Saat sudah dekat dia pun melebarkan matanya seperti semula, dirinya berhenti dan turun dari motor itu. Dengan senyuman pepsodent nya, Gadis itu menatap Fajar yang berjalan mendekati dirinya

"Aww.." rintihan seketika keluar dari mulutnya dengan tangan yang memegangi dahi

"Aduhh, sakit tau Fajar, kenapa dateng-dateng nyentil Senja sih?" kesalnya pada pemuda yang ada di depannya itu, dirinya menatap Fajar dengan wajah cemberutnya

"Itu gak seberapa, lo buat orang rumah khawatir setengah mati tau gak?" marah Fajar padanya, sorot matanya memperlihatkan jika pemuda itu sangat kesal padanya

"Kenapa coba lo di sini?" sambungnya masih dengan nada yang kesal

"Hah? apa Fajar? gak denger" Senja menyeringit menaruh tangannya di samping telinganya

Pemuda itu hanya berdecak, dirinya tidak punya energi untuk melepas helmnya, hanya membuka kaca helm itu. Manik matanya masih menatap Senja, kemudian dirinya mendapati perban yang bersarang di tangan Senja. Manik mata Fajar juga bergeser ke arah lain menatap tangan Senja yang lain, ia menaikkan satu alisnya heran saat melihat kedua tangan Senja semuanya terbalut oleh perban

'Dia luka?'

Saat pikirannya masih bertanya-tanya, dia teringat oleh percakapannya dengan temannya saat di ruang OSIS

"Lama amat sih lu, Ghan"

"Sorry, tadi gua bantu Senja dulu. Tangan dia dua-duanya luka, abis jatuh"

Fajar kemudian tersadar saat lambaian tangan Senja yang penuh perban itu ada tepat di depan wajahnya. Fajar mengerjapkan matanya sebentar lalu melepas jaket yang dikenakannya dan memakaikannya pada Senja, kepalanya sedikit mendekat ke arah Senja

"Pulang kena hujan gak papa kan?" tanyanya di dekat telinga Senja agar sang empu bisa mendengarnya. Senja mengangguk mengiyakan, kemudian Fajar kembali ke motornya dan menyuruh Senja untuk naik dengan kode tangannya

Senja memegang jaket itu dan sedikit berlari menuju motor, ia kini menjadi basah karena hujan, padahal tadi niatnya berteduh supaya tidak basah. Dia sedikit menahan jaket itu agar tidak terlepas karena tasnya yang juga ikut mengenakan jaket Fajar yang dipakainya

"Pegangan" titah Fajar saat Senja sudah naik di atas motirnya

"Ha?!"

Karena kesal Fajar meraih tangan Senja dan melingkarkan nya pada perutnya, ia menepuk pelan tangan Senja yang saling bergandengan satu sama lain di perutnya. Dirinya sedikit nyengir saat mendengar Senja meringis, lupa jika tangan Senja sedang terluka

Fajar pun melakukan motornya sedikit lebih cepat karena tidak mau berlama-lama lagi terkena air hujan, apalagi cuacanya yang semakin dingin dirasanya

🍡🍡🍡🍡🍡

Mwehehe

Mau dibuat Fajar lope² with Senja tidak??

Jangan lupa vote dan komen yaw

See u next part

Arigatou~

Fajar Senja storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang