Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon kepada readers untuk memetik hikmahnya, dan jangan ditiru buruknya. Sebelum membaca follow dulu, yuk. Jangan lupa vote dan komen.
Mata elang Alexa mulai menatap kaca mobil bagian tengah itu lekat-lekat. Ia mulai tersenyum menyeringai dan mengubah ekspresinya menjadi dingin kembali. "Gara-gara Alvarez, hampir gue jadi lemah."
Gadis itu berucap pelan setelah membuka kaca mata hitamnya. Alexa sekarang terlihat membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. "Ternyata semua orang cuman basa-basi sama gue," lanjut Alexa lantas bersuara kembali tatkala ia menyelesaikan jemarinya untuk bergerak menyentuh rambutnya.
"Gue tahu, gue cuman di anggep sahabat. Yang gak bisa gue terima adalah cara Alvarez, tingkahnya kayak gue yang dia maksud." Jelas Alexa menghardik nama itu kembali di kala jam tangan yang melingkar di tangan kirinya menunjukkan pukul delapan malam.
Perlahan Alexa menghirup napas kasar setelah sadar bahwa takdir sedang menyudutkannya kembali, rasanya ia sedang berada di sudur yang terlalu pengap. "Gue bakal hidup semestinya, revenge Alexa. Make sense dong Alexa, masa lo mau terus di permainin."
"Dimulai dari sini,"
Mata elang Alexa menatap gedung itu dengan sengit. Setelah puas, ia mulai turun dari mobilnya dan mengayunkan langkahnya pelan. Tanpa basa-basi gadis itu mematri kaki jenjangnya di Gedung Renjana. Gedung ini yang dipilih Novia untuk memeriahkan pesta ulang tahun ke sembilan belasnya. Para tamu undangan yang hadir terlihat mulai memusatkan fokusnya pada gadis yang berjalan mendekati karpet merah itu.
Dering notifikasi dari ponsel dengan case bening itu membuat Alexa mengalihkan atensinya dengan benda pipih itu. Beberapa saat ia menghentikan langkahnya dan membaca pesan dari Novia. Titik objek mereka semakin terfokus pada Alexa yang berjalan ke tengah karpet merah. Ia kini berjalan mendekat dengan memasang wajah penuh senyuman ke arah Novia sambil membawa kado dan buket dengan kain yang terbalut berwarna hitam.
Lo di mana?
"First revenge?" gumam Alexa seraya melihat buket berwarna hitam itu di pangkuannya. Atensinya seolah terambil alih, begitu teriakan itu
membagi fokusnya. Ia semakin mengurungkan dua jempolnya untuk mengetik balasan kepada Novia. Manik matanya kini semakin menatap tajam Novia yang sekitaran tiga meter darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite the Stars
Mystery / Thriller❝Kalau lo nggak tertarik, kenapa lo ke sini di saat langit hampir gelap? Mau liat konstelasi bintang yang gue janjiin?❞ ❝Enggak. Mau taruhan?❞ ❝Gue mau kita taruhan, lo bakal lihat gue bahagia di bawah langit, di tengah konstelasi bintang, tapi buka...