˚⊱RTS: [28] Why Should You?⊰˚

2.9K 204 114
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon kepada readers untuk memetik hikmahnya, dan jangan ditiru buruknya. Sebelum membaca follow dulu, yuk. Jangan lupa vote dan komen.

Gadis dengan tubuh ringkih itu terkapar di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat di temani gadis yang juga tengah menatap dalam dengan memasang ekpresi seolah jatuh pada garis kesedihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis dengan tubuh ringkih itu terkapar di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat di temani gadis yang juga tengah menatap dalam dengan memasang ekpresi seolah jatuh pada garis kesedihan. Beberapa detik berikutnya, gadis dengan wajah pucat itu perlahan membuka satu persatu kelopak matanya.

Valina tersenyum lebar dengan ekpresi wajah yang kini tidak bisa didefinisikan. "Alexa?" sapa Valina dengan nada khawatir dan bahagia sekalis menyatu.

Alexa menatap heran dengan visual Valina yang seolah tidak bisa ia artikan seperti biasanya. Gadis di sampingnya kini lantas bersuara kembali, "Akhirnya lo sadar."

Tidak menunggu lama, setelah kalimat itu disampaikan, Valina memeluk tubuhnya dengan manik mata berkaca-kaca. Lantas, Alexa memasang ekspresi wajah bingung membidiknya.

Alexa masih memutar otaknya bingung dengan keberadaan dirinya yang berada di bed rumah sakit. Apalagi melihat tangan kirinya yang dibalut infusan. Perlahan ia melepaskan pelukan Valina dan berusaha merubah posisinya duduk. "Gue kenapa pusing, ya?"

"Kenapa gue ada di sini?" tanya lagi Alexa disertai sorot mata bingung, sementara tangan kanannya sibuk memijat bagian pelipisnya yang ia persepsikan dapat meredakan pusing. 

"Lo pingsan," jawab Valina membuat dahi Alexa berkerut bingung.

Alexa tersenyum sekilas mendengar jawaban Valina seraya menerka jawabannya, "Berarti tadi gue mimpi buruk," terka Alexa membuat Valina terdiam beberapa saat.

"Gue mau telpon Alvarez dulu takut dia kenapa-napa," lanjut Alexa masih konsisten dengan senyum tipisnya.

Tangannya kini meraih ponsel dengan case merah yang tergeletak di nakas rumah sakit. Dengan cepat Valina mencegah tangan Alexa yang sudah sampai menyentuh benda pipih itu. Sentuhan pelan itu membuat telapak tangan Alexa mengenai permukaan layar ponsel secara langsung. Hawa dingin semakin terasa menembus kulitnya.

Rewrite the StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang