˚⊱RTS: [3] We'll Meet Again⊰˚

3.9K 792 54
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon kepada readers untuk memetik hikmahnya, dan jangan ditiru buruknya. Sebelum membaca follow dulu, yuk. Jangan lupa vote dan komen.

Apa yang tidak dapat disatukan? Minyak dan air, bumi dan langit, aku dan kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang tidak dapat disatukan? Minyak dan air, bumi dan langit, aku dan kamu.

•••

Alexa menarik napasnya perlahan dan menutup layar ponselnya. Ia kini mulai menarik sudut bibirnya melukiskan senyuman di balik masker dan mulai meregangkan otot-otot bahunya yang terasa pegal sedari tadi belum berpindah posisi. Ternyata, menjadi orang lain itu lebih baik, dari pada menjadi Alexa Cassandra Levi.

Setelah itu, gadis dengan setelan simpel itu mulai mengembalikan atensinya pada buku—Anatomi Fisiologi—yang barusan ia sentuh di meja itu. Perlahan ia menarik kursinya lebih dekat dengan meja begitu melihat lembaran buku itu sudah sampai di bab sistem endokrin.

Dengan cepat ia menggeser notebook kecil miliknya yang berada di ujung meja untuk menuliskan hasil deduksinya. Kesimpulan, semakin banyak Melanocyte Stimulating Hormone (MSH)—hormon yang bertanggung jawab dalam pewarnaan kulit manusia—diproduksi, maka semakin hitam kulit seseorang, dan sebaliknya. Begitu tulisnya. Ia semakin tertarik untuk mencatat bagian selanjutnya, tapi gadis itu tidak sengaja menjatuhkan pulpennya ke samping kursinya.

Sial, cowok ambis di sampingnya juga ikut menunduk mengambil pulpen miliknya. Jadi, sekarang mereka saling memegang ujung pulpen itu. "Lepasin," ucap Alexa dingin begitu tahu cowok itu ikut bangkit bersamanya. Tidak ada interaksi lagi di antara mereka, cowok itu hanya mengernyitkan alisnya sebelah. Tapi ia sekilas mendengar sahutan cowok itu, "Okay, sure."

Manik mata Alexa mulai memendar penasaran ke arah buku yang di baca cowok itu. Sekitaran lima buku di dekatnya adalah buku non-fiksi, netranya menangkap jelas salah satu dari lima buku itu berjudul Tata Bahasa Indonesia. "Oh, palingan anak sastra Indonesia," gumam Alexa dengan kepala yang mengangguk-angguk. Tapi ia belum puas, ia semakin penasaran dengan satu buku itu.

Rewrite the StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang