˚⊱RTS: [30] Hurting Me, Hurting You⊰˚

2.9K 127 119
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon kepada readers untuk memetik hikmahnya, dan jangan ditiru buruknya. Sebelum membaca follow dulu, yuk. Jangan lupa vote dan komen.

 Jangan lupa vote dan komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20.00 WIB

Gadis dengan heels yang terkesan tidak terlalu tinggi itu tampak mematri langkah cepat masuk ke dalam kantor perusahaan Aryaka Group dengan memakai dress hitam selutut di balut jaket kulit hitam dengan memasang wajah seolah tidak ingin diganggu. Yang biasanya bisa berkamuflase di hadapan media, kini harus memasang wajah suram ketika takdir merengkuh kembali dirinya di pelukan luka.
   
Gadis itu tidak bisa melihat satu persatu wajah orang-orang yang mengerumuninya. Matanya mulai nanar begitu melihat blitz yang terus menyoroti visualnya, tanpa senyuman ia terus melangkah seolah tidak ingin melihat sekitarnya. Tapi langkahnya seolah diperlambat mereka.
   
"Alexa, apa yang bisa anda komentari terkait penangkapan Alvarez?"
   
"Bisakah orang dekat disebut pengkhianat?" tanya lagi salah satu wartawan membuat Alexa kesal. Tangannya menggenggam erat ponselnya, perlahan ia menarik napasnya panjang dan mulai mencerna setiap kalimat yang mereka tanyakan padanya.

Langkah gadis itu yang semula cepat kini seolah terhenti total dan menatap sekelilingnya, pertanyaan terus bergulir sama. Perlahan ia menarik napas mengembuskan napas kasar dan mulai angkat suara, "Saya tidak bisa memberikan komentar untuk orang yang belum dinyatakan benar-benar bersalah." Jelas Alexa tanpa memberikan keterangan apa pun lagi.

Mereka tampak riuh mendengar jawaban Alexa, pernyataan itu seolah berada di pihak Alvarez. Seolah belum puas, mereka bergerak kembali untuk melayangkan segala pertanyaan yang telah mereka siapkan beberapa detik lalu.

Sementara wanita dengan kemeja putih yang di balut jas hitam mulai melintangkan tangannya seolah memberi intruksi kepada media untuk mundur dibantu beberapa orang yang memakai setelan yang sama sepertinya. "Kepada wartawan harap mundur, Alexa akan memasuki auditorium." Jelas Austin membuat liputan mereka seolah terhenti, mereka hanya terdiam seraya mengarahkan kamera dari jauh seolah menikmati gadis itu memasuki auditorium.
   
Alexa merasakan langkahnya tidak diikuti lagi oleh hiruk-pikuk media. Ayunan langkahnya mulai melewati ambang pintu, netranya melihat jelas ruangan itu dipenuhi dengan orang-orang penting. Telinganya seolah tersentak begitu suara pintu tertutup rapat diikuti wanita yang masuk setelahnya.

Rewrite the StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang