˚⊱RTS: [19] The One and Only⊰˚

3.5K 455 254
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon kepada readers untuk memetik hikmahnya, dan jangan ditiru buruknya. Sebelum membaca follow dulu, yuk. Jangan lupa vote dan komen.

"Alexa, kalau lo jatuh, lo gagal atau lo hilang dari dunia ini jangan bawa-bawa mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alexa, kalau lo jatuh, lo gagal atau lo hilang dari dunia ini jangan bawa-bawa mereka. Apalagi Alvarez,"

"Mereka berhak bahagia,"

Gadis itu terlihat tertawa puas sembari mendekatkan wajahnya beberapa centi ke arah gadis di hadapannya.

"Gue gak bakal bawa siapa pun, gue bakal akhiri semuanya dengan cara gue sendiri."

Ucapan Alexa semakin membuat Nazela tertantang dan semakin tersenyum jahat.

"Jangan bilang lo bakal bunuh diri?" tanya Nazela. Pertanyaan itu tidak mendapatkan jawaban dari Alexa. Sementara Alexa hanya bisa menjatuhkan air matanya.

"Gue tunggu beritanya cantik," ucap Nazela sembari bangkit ke posisinya semula dan pergi dengan menutupkan daun pintu rumah sakit dengan kasar.

Tubuh ringkih itu terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah yang pucat. Saat jarum pendek menghimpit angka dua belas, netranya kini mampu menangkap cahaya. Satu persatu kelopak matanya terbuka dengan paksa. Sedangkan ia kini berusaha untuk menetralkan napasnya membuat semua orang yang berada di sana khawatir.

"Itu cuman mimpi," gumam Alexa segera mengusap dahinya yang berkeringat. Netranya membulat sempurna begitu sadar telapak tangan kanannya diperban sedangkan tangan kirimya diinfus.

"Alexa, kamu kenapa?" tanya Adeline segera mengambil stetoskop yang berada di kantung snelli-nya.

"Alexa nggak papa."

"Mami nggak percaya," ucap Adeline menyangkal ucapan Alexa, apalagi melihat intensitas keringat di dahi gadis itu semakin banyak.

Gadis itu hanya menerbitkan sekilas senyuman tipisnya lalu menatap ke arah Kiara berusaha membuat cara untuk mengalihkan atensi mereka.

"Ki lo di sini?"

"Kenapa kalian di sini?"

Pertanyaan beruntun itu keluar dari gadis yang terkapar di bed rumah sakit itu dengan suara rendah. Tapi mereka hanya mengulaskan senyuman tanpa memberikan suara.

Rewrite the StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang