˚⊱RTS: [20] A Time Called You⊰˚

3.5K 425 359
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon kepada readers untuk memetik hikmahnya, dan jangan ditiru buruknya. Sebelum membaca follow dulu, yuk. Jangan lupa vote dan komen.

Punngung Alexa menegak berjalan menghampiri meja makan yang sedari tadi ia incar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Punngung Alexa menegak berjalan menghampiri meja makan yang sedari tadi ia incar. Netranya menangkap jelas kedua insan itu tampak saling menatap begitu melihatnya memutuskan untuk ikut sarapan di meja makan yang sama setelah dua tahun lamanya menghindar dari mereka.

Suasana masih terkesan hening. Belum sepatah kata pun yang terlontarkan. Mungkin jika dideskripsikan lebih jelas, hanya suara dentingan antar sendok, garpu mungkin pisau pada piring yang berbahan kaca itu.

Kedua manik mata Alexa mulai memendar ke arah dua orang itu yang tampak sibuk bergulat menikmati makanannya masing-masing seolah antidialog. Beberapa detik ia mengobservasi, setelahnya lantas bersuara, "Alexa mau minta maaf."

Setelah bersuara, gadis dengan rambut tergerai  hitam itu kemudian menyimpan sendok yang sedari tadi ia pegang pada napkin di samping piringnya. Ucapannya ternyata membuat atensi kedua orang itu yang seolah teralihkan padanya.

Kiara tersedak suapannya sendiri, netranya membidik tidak percaya. "Lo udah sadar sama ucapan gue kemaren?" tanya Kiara setelah menandaskan minumnya. Senyuman dari sudut bibir Alexa terpatri jelas. Mereka tampak semakin bingung dengan Alexa. Begitu pun gadis itu.

"Iya, Alexa sadar semua kesalahan Alexa selama ini, kalian yang selalu ada buat Alexa, tapi Alexa sia-siain kalian berdua, Alexa minta maaf."

Gadis itu menutup ucapan panjangnya dengan kata maaf membuat kedua insan itu semakin jatuh pada kalimat tidak percaya. Apa lagi melihat sorot mata Alexa yang berkaca-kaca membuat mereka tenggelam pada sorot mata itu.

"Alexa kamu udah sadar?"

Pertanyaan Mami-nya berhasil membuat Alexa tersenyum dengan tatapan mengingat-ingat.
Memori itu mengajaknya untuk berkelana bersama mesin waktu yang membantunya untuk mengingat kilasan perjalanan waktu yang sudah ia lewati. Hal itu membuat dadanya terasa nyeri begitu ingatan itu jelas merekam rutinitasnya dua tahun yang lalu.

Rewrite the StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang