18. Ustadz Muda

10 2 0
                                    

Dua bulan lamanya berada di pesantren, Najwa tak menunjukkan perubahannya. Dirinya tetap seperti itu, nakal, buat onar, suka nyari hukuman, dan Aneh!

Entah apa yang berada di otaknya, sehingga perkataannya itu terlalu aneh, bahkan sulit dimengerti orang lain. Tapi, terkadang heran walau Najwa begitu, kenapa masih ada yang suka sama Najwa? Sedangkan author yang normal kayak ini ga ada?

Semenjak kejadian Ali terjatuh, Rahman maupun Ali masih bingung dengan perkataan Najwa. Jangan dekat-dekat? Ntar ketularan virus ketidakwarasan? Apa-apaan itu? Semua masih terngiang-ngiang di otak mereka.

Percuma jika mereka bertanya kepada Najwa, karena jawaban yang Najwa berikan malah membuat beban pikiran mereka semakin banyak. Baginya perkataan Najwa itu seperti teka-teki yang harus mereka selesaikan.

"Gabut!" Kesal Najwa. Dirinya kini tengah asik duduk di kursi bawah pohon rindang bersama temannya. Mumpung lagi free mereka lebih memilih untuk berleha-leha dibawah pohon sembari menikmati Snack yang mereka beli dan melihat lapangan yang terdapat beberapa santri putra sedang main bola.

"Gabut napa Wa?" tanya Nora

"Gtw, bosen banget kalo cuma kek gini doang" ujar Najwa lagi

"Owh, gitu"

"Dahlah, males gue. Gue mau balik ke kamar dulu" ujar Najwa beranjak turun

"Emang mau ngapain di kamar?" tanya Nora lagi

"Tidur, males gue disini" ujar Najwa.

"Yahhh,,, padahal mau nonton kang Rahman main bola" desah kecewa dari Laura.

"Emang napa? Kalo mau nonton ya tinggal nonton. Lagian gue ga ngajak kalian kok" ujar Najwa datar membuat Lau meringis malu

"Hehe, iya ya udah gih " ujar Nabila

Najwa pun melenggang pergi menuju ke kamarnya, saat di jalan tak sengaja ia mendengar seseorang sedang berbicara. Najwa yang kepo pun, mulai menguping.

"Owh, jadi gitu ya Ustadzah" ujar seorang santriwati yang tak Najwa ketahui namanya.

"Iya sayang, pacaran itu ga boleh. Apalagi sampai berbuat zina, dan hamil. Itu sangat-sangat di larang oleh Allah. Jadi, kalo ada yang pacaran langsung lapor ke ndalem ya" ujar Ustadzah Iyyah

"Na'am Ustadzah, syukron."

Setelah mendengar hal itu, Najwa pun berlalu menuju ke kamarnya. Sampainya di kamar ia langsung rebahan dan mulai memejamkan mata. Namun, sedari tadi ntah apa yang membuat matanya enggan tertutup.

Najwa yang sudah kehilangan mood untuk tidur, memutuskan untuk pergi ke luar, hanya sekedar menjadi udara segar.

Saat dirinya tengah menikmati hembusan angin yang menerpa tubuhnya, disebuah kursi taman. Tak sengaja matanya melihat sesuatu, yang hal itu membuat matanya melotot tak percaya.

"Astajim, gila! Bener-bener gila ga percaya gue! Kata Ustadzah tadi kan harus dilaporin, maka dari itu gue harus ngelaporin" ujar Najwa berlari semangat ke arah ndalem yang tak jauh dari tempat ia duduk

***

Disisi lain, seorang pria baru saja turun dari mobil, setelah sampai di halaman pondok. Dengan setelan gamis putih dan sorban hitam melekat di kepalanya. Sisa sorban tersebut ia gunakan untuk menutupi wajahnya, hingga hanya terlihat iris mata coklatnya yang tajam, dan alis tebal miliknya.

Nabila yang tak jauh dari sana, pun melihat ke arah pria tersebut.

"Eh, eh, liat tuh" ucap Nabila sambil tangannya menunjuk seorang pria yang sedang menyodorkan uang berwarna merah muda kepada sopir mobil. Kemudian berlalu meninggalkan halaman, dan sepertinya menuju ke arah ndalem

Mengejar Cinta sang UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang