6. Najwa Jalang

15 4 0
                                    

Saat ini Najwa tengah duduk di atap asramanya. Sepertinya ia mulai menyukai tempat ini, karena disini jarang sekali ada santriwati yang datang. Mereka hanya akan datang saat menjemur dan mengangkat pakaian, selain itu sangat jarang mereka naik ke atap. Sedangkan Najwa sendiri, dia kesini hanya untuk mencari ketenangan, dirinya belum bisa menerima kenyataan pahit ini.

"Kenapa? Kenapa gue dilahirkan kalo bakalan kek gini!" keluh Najwa menatap langit.

"Tuhannn kenapa Lo ga adil sama gue!!!" teriaknya.

"Buat apa gue hidup kalo kehidupan gue sangat hancur," tangis Najwa pecah saat itu juga. Ia juga lelah memikul beban yang teramat berat ini.

"Gue capek tuhan. Gue capek! Kapan ini semua berakhir? Kapan gue bahagia?" ucap Najwa disela-sela tangisnya. Siapapun yang mendengarnya pasti ikut merasakan kesedihan yang di pendam oleh Najwa.

"Gue juga pengen bahagia tuhan kek yang lain," ringgisnya.

"Kalo hidup gue cuma buat ngerasain penderitaan, lebih baik gue mati."

"Tuhan! Gue denger kalo Lo ga bakalan nguji hambanya di luar kemampuannya. Tapi, kenapa Lo beri gue ujian seberat dan sebesar ini? Gue ga sanggup," ucap Najwa yang masih terisak-isak.

"Kenapa Lo ciptain takdir hidup gue dengan penderitaan! Gue lelah ngejalaninnya! Pura-pura bahagia tanpa ada penyemangat itu melelahkan," ucap Najwa menunduk. Kemudian ia pun mengangkat kepalanya dan menghapus air matanya kasar.

"Oke Tuhan, kalo ini emang mau Lo bakalan gue turuti! Takdir Lo untuk hidup gue bakalan gue ubah! Gue bisa membuat takdir gue sendiri. Liat aja, nanti gue bakalan bahagia suatu saat!" ucap Najwa kemudian melenggang pergi turun menuju ke kamarnya. Tanpa ia sadari ada tiga pasang mata yang diam-diam mendengarkan semua keluh kesahnya dari balik jemuran yang berterbangan ditiup angin sang maha cipta.

***
Sepanjang jalan, Najwa menatap kosong ke arah depan, ia binggung apakah yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan ataukah kebaikan. Tapi, saat ini hatinya sedang tertutupi oleh rasa kecewa dan marah, membuatnya menganggap itu semua adalah kebaikan.

Saat ia berjalan di lorong kamar, tiba-tiba ada seorang santriwati yang dengan sengaja menyenggol bahu Najwa, Najwa yang terkejut otomatis terjatuh.

"Cihh, disenggol segitu doang udah jatuh, lemah banget sih. Bener ga guys?" remeh santriwati yang mendorongnya tadi.

"Bener banget Rel," ucap empat santriwati yang berada di belakang.

"Is, is, masih anak baru aja udah dihukum, hahaha. Heran gue, kok pesantren ini mau sih nerima cewe yang nakal dan biang onar ini." ucap santriwati tadi sambil memandang Najwa dari atas sampai bawah.

Najwa yang lagi marah pun, emosinya sudah memuncak. Sepertinya dia butuh pelampiasan dan santriwati ini adalah sasarannya. Najwa pun mengeluarkan smirknya sambil menatap kelima santriwati tersebut. Sedangkan, kelima santri tersebut sedikit takut akan perilaku Najwa. Tetapi, sang ketua berusaha sekuat mungkin agar dirinya tidak terlihat takut di hadapan Najwa.

"Owh?" tanggap Najwa.

"Lo itu ya ga usah sok-sokan deh, Lo itu anak baru jadi bersikap selayaknya anak baru bukan kek gini. Lo sengaja kan ga sholat sama sekolah biar dihukum di lapangan biar bisa nge-goda santri putra ha!?" ucap cewe tadi.

"Kalo iya kenapa? Kalo enggak kenapa? Situ kenapa? Takut kalo gue bakalan lebih famous dari pada elo," remeh Najwa.

"Pantes di masukin pesantren, ternyata dia itu sama kek j*lang, bahkan di pesantren juga masih sempet-sempetnya tebar pesona buat narik pelanggan," tuduh santriwati itu lagi. Jangan lupakan sudah banyak santriwati yang berkerumun untuk menyaksikan perdebatan mereka.

"Owh, emang iya kenapa? Berarti Lo dimasukin ke pesantren karena jadi pelakor dong, Lo kalah saing sama gue bilang. Ntar gue kasih tau cara buat banyak yang suka sama Lo!" ucap Najwa membuat santriwati tersebut semakin geram dengan sikap santai Najwa.

"J*lang tetap j*lang, walau ada di pesantren," ucap santriwati tersebut, sudah banyak yang berbisik-bisik membicarakan Najwa, Najwa yang melihat dan mendengarnya pun sontak tidak menerima.

"Kenapa emang? Lo segitu takutnya ya, kalo nanti cowo Lo bakalan lebih tertarik sama gue! Haha kalo Lo emang ga mampu bilang. Biasanya orang yang suka NYINYIR kek Lo ini adalah orang yang hidup nya ga beruntung, dan selalu terkalahkan oleh orang yang kek gue." ucap Najwa tetap santai membuat cewe tersebut semakin geram.

"Jaga ya omongan Lo j*lang!" ucap santriwati tersebut.

"Cih, cewe yang suka Nyinyir kek gini kok bisa ya berada di pesantren ini," ucap Najwa mencopy balik ucapan cewe tadi.

"Dasar j*lang, hidupnya cuma buat ngegoda doang, ga ada faedah banget hidup Lo j*lang," ucap cewe tersebut berharap Najwa marah, dan sudah pasti ia yang akan menang melawan Najwa.

"Owh, setidaknya itu memuaskan gue. Ga kek Lo yang hidupnya buat nyinyir orang doang. Walaupun gue jadi j*lang, gue ga pernah ngurusin hidup orang. Ga kek Lo, Lo itu kek perusak tau ga! Jadi, apa beda Lo sama seorang j*lang?" ucap Najwa masih tetap santai.

"Dasar j*lang!" hina santriwati tersebut.

"Iyain dah iyain, gue kasihan ama Lo, jadi gue iyain. Lo mau buat gue marah biar Lo menang ? Ya udah gue marah, dah ya. Gue kasihan liat Lo, jadi gue iyain, dari pada ntar Lo nangis. Gue ga rela ngeluarin duit buat Lo. Dah ya, mending Lo pergi aja deh, dari pada Lo tambah malu karena rencana Lo, buat menjelekkan nama gue ga berhasil. Hus, hus, pergi aja. Belajar lagi ya, kata-kata Lo tadi belum bisa buat gue marah. Nanti kalo udah nemu kata yang pas, baru Lo temuin gue lagi ya, kalo perlu kita ngomong nya di lapangan aja, biar cowo yang Lo suka ngeliat Lo, terus dia notice Lo. Dah lah buang-buang waktu gue aja, masih banyak hal yang berfaedah yang masih bisa gue lakuin, dari pada ngeladenin mulut Lo yang sama sekali ga terdidik!" ucap Najwa membuat kelima santriwati tadi menunduk menahan kekesalan dan kemarahan tak lupa malu yang ia dapat. Sedangkan santri lain yang melihatnya cukup kagum dengan pembawaan Najwa. Mereka tak menyangka ada orang yang berani melawan ucapan Aurel dkk.

Siapa yang tak mengenal Aurel, seorang santri yang paling hits, bukan karena kepintarannya tapi karena pembullyan yang ia lakukan. Ia disebut sebagai Queen bullying, tapi setelah ia berurusan dengan Najwa mungkin nama nya akan luntur secara perlahan.

"Udah ye, gue cabut dulu bye!"

Najwa kemudian pergi meninggalkan semua orang. Nabila dkk yang melihatnya menatap kagum Najwa, ia sangat tenang ketika menghadapi masalah. Apa memang benar dia bisa menghadapi, atau karena ia sudah tau tipe-tipe orang yang seperti Aurel.

Sepanjang jalan Najwa tersenyum smirk, mengingat perilaku Aurel tadi, yang baginya terlalu pasaran. Tidak tau kah Aurel jika ia bisa membalas hal itu dengan cara yang lebih memalukan. Tapi, Najwa sepertinya lagi berbaik hati sehingga dia tak membalas hal itu. Malahan, ia cukup menikmati hal itu, setidaknya itu bisa menghibur hatinya yang sedang badmood. Ternyata, kehidupan pesantren sama seperti diluar, yang mana masih ada tukang nyinyir hahaha...

--------------

Mengejar Cinta sang UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang