12. Laura Malu-maluin

21 3 0
                                    


Malam terus mengejar siang, matahari terus terbit dan tenggelam. Sudah seminggu lamanya Najwa berada di pesantren. Setiap harinya, banyak ia habiskan hanya untuk bermalas-malasan. Sekolah? Ia sekolah tetapi sering bolos dan ketiduran saat di kelas. Tanpa rasa jenuh, Najwa tidak pernah absen untuk menerima takzir'an. Baginya ini sudah menjadi rutinitas setiap harinya.

Rahman? Jangan di tanya, berulang kali Najwa menghindari dari pria itu. Sedangkan Rahman ? Ia semakin gencar untuk mendapatkan Najwa.

Selain itu, Najwa benar sekelas dengan teman sekamarnya, tetapi ia juga sekalas sama si queen bullying yaitu Aurel dkk. Setiap hari kelas mereka akan selalu mendengar adu bacot di antara keduanya. Najwa juga baru tau akhir-akhir ini, karena hari-hari sebelumnya ia tidak pernah memperhatikan teman sekelasnya.

Apalagi semenjak mereka tau, jika Rahman sedang PDKT dengan Najwa. Aurel semakin mengolok-olok dan memojokkan Najwa, karena salah satu temannya yaitu Sari menyukai Rahman. Tapi, hal itu tidaklah di hiraukan oleh Najwa. Baginya jika ia meladeni Aurel malah membuat hidupnya jadi buruk.

***

Pagi ini, Najwa telah rapi dengan seragam putih abu-abunya. Dengan dasi yang berada di lehernya dan juga hijab yang melekat di kepalanya menutupi mahkota indah miliknya.

Setelah siap, ia pun menyusul teman-temannya yang sudah pergi terlebih dahulu. Bukan karena temannya tidak menunggu dirinya, mereka menunggu bahkan hingga bel berbunyi. Hanya saja tadi Najwa sakit perut sehingga mau tak mau ia harus kembali ke kamar mandi. Dan ia tak tega membiarkan temannya datang telat dan kena hukum hanya karna menunggu dirinya yang ngaret.

Mereka sempat menolak, tapi karena terus di desak oleh Najwa membuat mereka harus dengan berat hati pergi ke sekolah meninggalkan Najwa seorang diri.

Dan beruntungnya Najwa, guru yang mengajar belum masuk sehingga ia bisa bernafas lega. Setidaknya hari ini ia tak akan bertemu dengan sapu dan lapangan lagi. Eh, mungkin tidak. Bisa saja nanti kena, tapi waktunya saja belum tepat.

"Eh Wa, kamu gapapa kan?" tanya Nabila.

"Perut kamu ga sakit lagi kan?" tanya Lau.

"Untung ga telat kamu Wa," ujar Nora.

"Haha, iya perut gue ga kenapa-kenapa, btw emang sih beruntung banget gurunya belum, sepertinya takdir lagi berpihak dengan gue hehe," jawab Najwa.

Tak berselang lama, datanglah ustadz Gibran, dan mau tak mau Najwa harus mengikuti pelajaran.

Waktu berjalan sangat lama bagi Najwa, sudah lama ia menanti jam istirahat. Namun, tak kunjung terkabulkan. Hingga kantuk melanda, membuat Najwa tengelam didalamnya.

Bel berbunyi, membuat Nabila yang duduk di sebelah Najwa harus membangunkan Najwa yang tertidur pulas. Bisa-bisanya ia tidur di saat ustadz Gibran menjelaskan, jika ketahuan pasti Najwa sekarang sudah bermain dengan sapu di lapangan. Entah keberuntungan apa yang di miliki Najwa hari ini, sehingga sudah dua kali ia terhindar dari hukuman.

"Wa, bangun Wa," ujar Nabila.

"Eugh,," lenguh Najwa, setelah itu ia mengucek matanya dan menatap ke depan yang di sana tak lagi terlihat ustadz Gibran.

"Udah pulang ya? Ya udah ayok," ucap Najwa dengan watadosnya. Sontak Nabila menyentil keningnya.

"Awh, Lo apa-apaan sih Bil? Sakit tau ga," ujar Najwa sembari menggosok-gosok keningnya.

"Kamu itu yang gimana? Tidur di jam pelajaran? Dan kamu pengen sampe pulang? Sadar Wa, ini jam istirahat." ujar Nabila.

"O"

Mengejar Cinta sang UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang