7. Baikkan

13 3 0
                                    

Matahari kian terbenam, seluruh santri berbondong-bondong mengantri untuk mandi. Dikarenakan ba'da Maghrib nanti, mereka semua harus menyetor hafalan mereka. Termasuk Nabila dkk, yang saat ini tengah sibuk menghafal sejak habis mandi tadi. Sedangkan Najwa, ia tengah mengantri di tempat pemandian. Sungguh ia bosan mengantri, satu santri bisa menghabiskan waktu seperempat jam, dan bayangkan saja di depan Najwa masih ada sekitar sepuluh santri lagi. Najwa yang telat bangun terpaksa menempati pengantrian terakhir.

Hampir dua jam lamanya Najwa mengantri, kini sudah gilirannya, dan lihatlah saat ia masuk ke kamar mandi yang kecil ini, hanya terdapat satu ember, gayung serta toilet kecil. Dan, apa ini? Airnya habis? Oh ayolah, selama tadi Najwa menunggu tapi di kecewakan dengan air yang habis, itu sungguh menyakitkan. Lantas Najwa pun keluar dan melihat keran air, karena bingung ia pun pergi bertanya kepada salah satu mbak-mbak ndalem.

"Hm, air habis," ucap Najwa pada mba Dila.

"Kok habis?" tanya mba Anggi.

"Gatau"

"Owh, ya ana lupa, kan tadi baru aja mati lampu," ucap mba Dila sembari menepuk jidatnya.

"Terus?" tanya Najwa.

"Ya udah kamu tunggu aja ya Wa," Ucap Anggi.

"Apa? Nunggu? Gue udah nunggu selama dua jam lebih, dan sekarang gue harus nunggu lagi?" ujar Najwa tak terima akan ucapan mba-mbak ndalem tersebut.

"Ya mau gimana lagi, listriknya padam, bentar lagi bakalan hidup kok," ucap Dila meyakinkan.

"Hmm." Najwa hanya membalas dengan deheman dan berlalu meninggalkan Dila dan Anggi.

Najwa duduk di teras kamar mandi, ia menunggu listrik menyala, terhitung sudah setengah jam ia menunggu tapi tak kunjung ada tanda-tanda listrik akan hidup. Hari kian gelap, sepuluh menit lagi adzan Maghrib berkumandang, tapi Najwa tetap pada posisi awal yaitu belum mandi.

Tak selang berapa lama, terdengar suara seperti air mengalir, Najwa sedikit lega. Setidaknya ia tidak harus menunggu sampai hari benar-benar gelap dan sendirian di kamar mandi. Langsung saja ia memasuki kamar mandi dan memulai ritual mandinya.

***

Disisi lain, Nabila dkk khawatir akan keadaan Najwa. Karena sudah tiga jam, Najwa belum kembali dari tempat pemandian. Saat mereka hendak menyusul Najwa, adzan Maghrib berkumandang, membuat mereka membatalkan niat mereka untuk menemui Najwa. Mereka akan menanyakan hal ini kepada Najwa nanti malam, saat mereka tengah berkumpul.

Kini Najwa telah kembali ke kamarnya dalam keadaan fresh, Najwa melihat sekeliling lagi dan lagi ia ditinggal. Ia tidak menyangka teman sekamarnya itu bisa meninggalkan dirinya lagi, bahkan mereka tidak menyusul dirinya dan menanyakan perihal dirinya kenapa lama di tempat pemandian.

Najwa hanya bisa menghembuskan nafas kasar, ia menatap sekitar tidak ada yang spesial, tidak ada yang menarik, tak ada yang seperti kemauan Najwa. Di dalam kamar kecil ini, mereka harus serba mandiri.

Matahari sudah digantikan bulan, membuat makhluk malam keluar dari sarangnya. Najwa yang sendirian di dalam kamar merasa sangat kesepian, tidak ada ponsel membuatnya semakin kesepian. Karena biasanya saat ia merasa kesepian ia akan membuka aplikasi yang ada di ponselnya untuk mengisi kekosongan dirinya.

***

Nabila dkk yang tengah berada di masjid sedari tadi tidak fokus, mereka memikirkan Najwa, apakah keadaan Najwa baik-baik saja ataukah tidak. Mereka sangat menyesali perbuatannya hari ini, yang mendiamkan dan meninggalkan Najwa. Waktu terasa begitu cepat adzan Isya yang menggema, membuat seluruh santri bersiap-siap.

Selesai melaksanakan sholat Isya' mereka juga harus tetap berada di masjid untuk belajar kitab Ta'lim Mutaa'lim. Seperti biasa, jam sepuluh mereka sudah diperbolehkan pulang ke kamar masing-masing. Nabila dkk berjalan tergesa-gesa, mereka ingin melihat keadaan Najwa, mereka takut terjadi sesuatu yang buruk kepada Najwa.

Sampainya di kamar, mereka melihat Najwa yang meringkuk di kasurnya, tidak lupa beberapa lembar selimut yang menempel di tubuhnya. Nabila dkk yang melihat itu, merasa sangat khawatir akan kondisi Najwa.

Najwa yang sendirian di kamar hanya bisa duduk meringkuk diatas kasurnya, dengan tangan menggenggam kalung bertali merah dan berliontin bulan sabit. Tidak berselang lama terdengar suara knop pintu terbuka memunculkan Nabila dkk.

Nabila dkk yang melihat kondisi Najwa yang tak terganggu akan kehadiran mereka, merasa sedih, sedalam ini kah kesalahan mereka? Atau sedalam itukah penderitaan Najwa? Mereka tidak mengerti apapun. Mau bertanya juga mereka tidak berani, karena ini adalah privasi Najwa, dan mereka tidak lebih dari orang luar yang baru datang di kehidupan Najwa.

Laura memberanikan diri untuk menyapa Najwa, ia sudah memikirkan matang-matang konsekuensi yang akan ia terima.

"Najwa," panggil Laura, namun tak ada jawaban dari empu yang dipanggil.

"Najwa," sekarang Nabila yang ikut memanggil.

"Najwa," Nora pun ikut memanggil.

"NAJWA!" sentak Laura membuat Najwa yang tengah melamun terkejut, ralat bukan hanya Najwa, Nabila dan Nora juga ikut terkejut.

Najwa pun menoleh ke bawah yang di sana terdapat Laura dengan watadosnya serta Nabila dan Nora yang menunduk tidak berani menatap wajah Najwa.

"Ada apa?" tanya Najwa, kemudian beralih menatap kalung yang ia genggam.

"Maaf," ucap Laura parau.

"Buat?" tanya Najwa sembari mengangkat sebelah alisnya dan menatap Najwa.

"Buat yang kami lakuin ke kamu hari ini, mulai dari diemin kmu dan juga ninggalin kmu," sambung Nabila.

"Owh"

"Gimana Wa, mau maafin kita apa kaga?" tanya Nora.

"Hmm"

"Ih, Najwa," kesal Nora.

"Iya," jawab Najwa.

" Beneran Wa?" tanya Nabila memastikan.

"Iya," jawab Najwa, kemudian berjalan turun dari kasur menghampiri Nabila dkk, dengan senyum smirk yang tercetak di bibirnya. Hal itu malah membuat Nabila dkk terdiam tak berkutik, mereka bingung sekaligus takut akan tindakan Najwa.

Sampainya di hadapan Nabila dkk yang tengah menunduk, Najwa pun tersenyum lebar, setelah itu ia memeluk mereka, yang membuat mereka terkejut. Najwa sudah memikirkan ini matang-matang, selama sendirian di kamar dia sudah merenung. Tak salah baginya membuka lembaran baru dan mulai berteman dengan Nabila dkk.

"Najwa," bingung Nabila.

"Kenapa Najwa?" heran Laura.

"Kok kamu tiba-tiba peyuk?" ucap Nora lebay.

"Syutt (sambil menaruh jari telunjuknya di bibir) panggil aja Wawa, kita kan sahabat," ucap Najwa, membuat Nabila dkk haru sekaligus senang.

Kemudian mereka pun saling berpelukan, tidak lama karena Najwa yang mengurai pelukannya.

" Najwa kamu beneran mau sahabatan sama kita?" ucap Nabila.

"Iya lah, kan kalian menganggap gue sahabat juga," ucap Najwa sembari tersenyum.

"Aaaaa Najwaaaaaa," ucap Nora.

"Eh, Wawa oke bkn Najwa," peringat Najwa.

"Hehe peace Wa," ucap Nora cengengesan.

"Hmm, padahal mau cerita tapi udah malem, besok aj deh, takut besok kesiangan," jelas Najwa diangguki yang lain.

"Oke, Laila sai'd," ucap Laura.

"Iyaaaaaaa" jawab yang lainnya.

Setelah itu, mereka pun mulai menaiki kasur masing-masing, dan terlelap dalam tidur yang melenakan.

------------

Mengejar Cinta sang UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang