14. Hukuman Lagi?

11 2 0
                                    

Semenjak kejadian di kantin, membuat Aurel enggan mencari masalah dengan Najwa, karena ia tak mau rahasianya terbongkar. Begitupun yang lain, mereka enggan mencari masalah pada Najwa, karena mereka belum tau siapa Najwa secara pasti.

Najwa yang introvert itu, tak memperdulikan hal tersebut. Malah ia merasa senang akan hal itu, baginya ia tak akan perlu repot-repot untuk menjauh karena mereka sudah menjauh terlebih dahulu.

Jangan kalian anggap Najwa introvert sehingga dirinya tidak nakal? Wah, itu adalah kesalahan terbesar kalian. Dirinya amatlah nakal, bahkan mendapatkan gelar biang onar. Dia memang tidak membully seperti Aurel, tetapi dirinya kerap kali bermasalah dengan pengurus bahkan ustadz dan ustadzah.

Mulai dari tidur di kelas, bolos sekolah, sering absen, tidak masuk dinniyah, jarang kerja bakti, jarang piket kamar mandi, bahkan ia jarang membuat tugas. Hafalan Al-Qur'an serta Alfiyah menumpuk tak pernah ia setor, jangan kan menyetor, menghafal saja dirinya tak mau. Terlebih lagi, setiap kajian subuh dan isya dirinya pasti disuruh duduk paling depan agar tidak tidur. Tapi, hal itu tak membuatnya takut, malah terkadang ia masih tetap bisa tertidur lelap.

Para Ustadz/ah bahkan pengurus pondok, mereka harus mengelus dada melihat tingkah Najwa, begitupun teman-temannya yang tiap hari sudah memperingati Najwa tapi sama sekali tak dipedulikan.

Semua hukuman tak membuat Najwa jera, malah hal itu membuat Najwa kian tertantang. Dari menyapu lapangan, halaman belakang, menguras bak, mengisi bak mandi, keliling lapangan, bahkan dijemur diantara pembatas asrama putra dan putri juga pernah.

Saat ini Najwa tengah berdiri di lapangan bukan untuk upacara apalagi olahraga melainkan untuk menjalankan hukuman yang ia terima. Karena dirinya tertidur di pelajaran Ustadzah killer nya, membuatnya menanggung resiko berjemur di tengah matahari yang kini tengah menyengat kulitnya.

Dengan leher yang diberi kalung terbuat dari tali, yang tengah nya terdapat sebuah kertas karton bertuliskan 'Saya ketiduran disaat pelajaran Ustadzah Sekar'

Ia menjadi tontonan para santri yang berlalu lalang, tapi hal itu tetap ia acuhkan. Bahkan saat ada yang membicarakannya ia tak segan-segan melototkan matanya, dan santri tersebut pergi.

"Gila banget tu ustadzah, ngejemur gue pas siang bolong kek gini, mana sampe ashar lagi!" gerutu Najwa. Dirinya dihukum berjemur sejak jam dua tadi sampai waktu Ashar tiba.

Disisi lain ada seorang pria yang memandang Najwa dari bawah pohon rindang yang disana terdapat bangku untuk duduk sekedar bersantai.

"Kok bisa-bisanya ya aku menyukai dirinya?" ujar pria tersebut sembari matanya menatap lurus Najwa yang tengah berjemur di tengah lapangan.

"Cinta itu memang buta, lihatlah setelah aku mengetahui semua keburukan dan keonarannya, hal itu sama sekali tak membuat ku membencinya. Tapi, malah membuatku semakin gencar untuk memilikinya," ucap pria tersebut yang tak lain adalah Rahman.

Masih ingat Rahman? Pria yang dijadikan Najwa taruhan dengan teman-temannya. Pria tersebut masih tetap menyukai Najwa, banyak berita yang ia dengar tentang Najwa. Namun, bukan bakat apalagi prestasi, melainkan masalah dan hukuman yang ia dengar. Apalagi semenjak dirinya sholat Istikharah, malah wajah Najwa lah yang berada di mimpinya. Hal itu lah yang membuatnya semakin hari semakin ingin menghalalkan Najwa.

"Kasihan juga liat dia, tapi mau gimana lagi. Semoga saja ini hukuman terakhir yang ia terima," ujar Rahman lagi. Berhubung para santri sedang Diniyyah membuatnya terbebas dari tugas.

Waktu terus berjalan, tak terasa kumandang Adzan terdengar. Rahman sudah pergi dari tempat duduknya itu sejak sepuluh menit yang lalu.

Gema Adzan membuat Najwa bernafas lega, dirinya pun kembali ke kamar untuk istirahat. Diri nya tidak mau sholat karena ia merasa lelah, dirinya tetap bolong sholat. Sudah berulang kali ditegur tak membuatnya patuh.

***

Malam ini Najwa terlalu malas untuk mengikuti kegiatan tafsir Qur'an, sehingga dirinya hanya duduk diam dan bermain-main dengan kertas dan pena. Mencoret-coret sudah menjadi kegiatan favoritnya ketika saat-saat seperti ini.

"Najwa! Kamu tidak memperhatikan saya lagi!" Ucap Ustadzah Sekar' tiba-tiba mengejutkan Najwa.

"Menurut Ustadzah?" Tanya Najwa santai membuat Ustadzah Sekar geram.

"Kamu ini ya, ga pernah berubah!" Marah Ustadzah Sekar.

"Emang Ustadzah mau saya berubah jadi apa? Power rangers?" ucap Najwa tetap santai dan membuat amarah yang ditahan Ustadzah Sekar memuncak.

"Silahkan keluar-" belum selesai berkata, Najwa sudah memotongnya duluan.

"Memang itu yang saya tunggu Ustadzah," ucap Najwa senang sembari berdiri bersiap-siap untuk pergi.

"Saya belum menyelesaikan ucapan saya Najwa! Maksud saya, kamu silahkan keluar dan lari keliling lapangan sebanyak 20 kali!" ucap Ustadzah Sekar membuat yang lain terkejut. Karena setiap menghukum para Ustadz maupun Ustadzah akan menghukum keliling lapangan sebanyak 10 kali, bukan 20 kali.

"Hukuman lagi?" Ucap Najwa datar.

"Iya lah, kamu kan buat masalah lagi," ujar Ustadzah Sekar santai.

"Oke, bagus lah kalo kek gitu, setidaknya saya tidak harus mendengarkan ceramah Ustadzah dan bisa terbebas dari kelas membosankan ini," ujar Najwa senang, membuat yang lain terbengong begitu pun Ustadzah Sekar.

Kemudian Najwa keluar dan mulai mengelilingi lapangan. Ia berharap saat ia telah menyelesaikan hukumannya, kelas Ustadzah Sekar juga ikut berakhir.

Lagi dan lagi Rahman melihat Najwa dihukum, bahkan saat malam hari dan itupun dengan keliling lapangan. Dirinya hanya bisa geleng-geleng kepala memikirkan masalah apa lagi yang sudah dibuat oleh orang yang ia sukai itu.

Rahman terus memperhatikan bahkan menghitung putaran Najwa, dan ia terkejut saat Najwa mengelilingi lapangan lebih dari sepuluh kali. Walau begitu ia tetap menghitungnya, dan lagi-lagi ia terkejut saat mengetahui Najwa mengelilingi lapangan sebanyak 20 kali.

Setahunya hukuman berkeliling lapangan itu minimal 10 kali, tapi hukuman yang diterima Najwa kenapa sampai 20 kali? Siapa yang menyuruhnya? Dan kenapa? Apa kesalahan Najwa hingga dihukum seperti itu? Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di pikiran nya.

Tapi, ia juga terpukau akan kelakuan Najwa. Baru ia temukan seorang cewe yang tahan berlari sebanyak 20 putaran, karena setahunya tiga putaran saja sudah membuat cewe lain pingsan. Ntah karena sudah terbiasa, atau sudah menjadi hobinya sehingga Najwa bisa bertahan .

Semenjak saat itu Ustadzah Sekar terus memberikan hukuman diluar nalar santri lain kepada Najwa. Bukanny membuat Najwa lelah, malah dirinya yang lelah memberikan Najwa hukuman. Karena bagi Najwa, hukuman dari Ustadzah Sekar itu seperti sebuah tantangan yang perlu ia selesaikan, dengan melewati rintangan. Jadi dirinya selalu membuat onar di saat Ustadzah Sekar mengajar agar mendapatkan hukuman.

Dasar Najwa aneh, orang menghindari hukuman, malah dirinya datang untuk mencari hukuman.

Andai semua santri seperti Najwa, sudah dipastikan para Ustadz maupun Ustadzah sudah mengundurkan diri dihari pertama.

Mengejar Cinta sang UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang