Prolog

4.2K 76 5
                                    

Ketika aku berlari untuk meminta penjelasan orang tua ku mengenai perjodohan yang tak masuk akal, meraung dan merengek pun tak ada habisnya, mereka tak menoleh sedikit pun padaku. Apa salah ku hingga takdir hidupku mereka terlalu ikut campur? Pelik ku hingga tetes air mataku ini.

"Kau akan menikah, mau tak mau. Bantulah ayah mu ini, hutang tak kunjung selesai, bayar belas kasihku yang telah ayah beri hingga sekarang ini dengan setuju menikah dengan nya." ucap ayah ku beberapa menit yang lalu.

Aku menatap orang tuaku hampa, tak ada harapan, tak ada kesempatan untuk ku berbicara, bahkan untuk bertanya alasan masuk akal tak pernah ada.

Aku tertunduk lesu, "mati sajalah" pikirku saat ini.

---

Aku memiliki kriteria pasangan dalam hidupku, aku tidak muluk-muluk, aku hanya ingin pria yang bertanggung jawab, baik dan mencintaiku dengan tulus. Ku pikir itu mudah, karena aku selalu menerapkan dalam hidupku, tabur benih yang baik, jadi harapan tinggi bisa aku miliki. Tapi, orang tua ku mematahkan nya dengan menjodohkan ku dengan pria yang tidak aku kenal, bahkan lebih sakitnya untuk membayar hutang.

Apakah aku masih bisa menyebut mereka sebagai orang tua ku? Mungkin- dengan terpaksa.

--

💚💚
Halo guys, thanks for reading my story.
Jangan lupa follow, vote dan komen.
See u next part.

BEM (Badan Eksekutif Mas-suami) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang