17

843 23 0
                                    

Aku menghabiskan waktu ku beberapa hari dengan bermain dengan Sella, aku melupakan hari-hari buruk dengan bermain dengan nya, hangout, bercerita, dan banyak lainnya. Itu membuat ku semakin baik, dan mungkin untuk janin yang ku kandung.

Aku mendapat bantuan dari banyak orang, terutama dari korban kasus yang terjadi padaku, identitas ku di sembunyikan, dan aku hanya menerima bantuan nya saja. Hahaha. Aku anggap itu sedekah untuk ku.

Uang yang diberikan padaku ku gunakan untuk memperbaiki psikis ku dengan belanja, dan makan.

"Lo di rumah Saga ngapain aja, Ray?" Tanya Sella sembari ia memasukan es krim vanila di mulut nya.

"Hanya rehat, dan aku ditampung karena kasus ku, Saga begitu baik. " Aku menceritakan, dan tak memberitahu mengenai BEM, itu rahasia, bahkan saga memperingati ku.

"Serius?? Baik banget sih!"

Aku mengangguk untuk membalasnya.

"Dia udah punya pacar belom?"

Aku tersedak ketika Sella bertanya padaku, aku mendelik menatapnya, "engga, tapi dia mau berencana menikahi ku setelah aku melahirkan." Ucap ku santai.

"APA?!!!" teriak terkejut Sella dan membuat orang-orang yang berada di Mixeu menatap kami.

---
"Kau siapa nak??" tanya seorang wanita dengan keriput hampir memenuhi mukanya, namun wajah cantik nya masih terlihat jelas.

"Raya, Bu." Balasku kepada Ibu Saga.

Keluarga saga berkunjung di kediaman Saga untuk melihat dan mengenal calon istri.

Saga memberi tahuku bahwa dia mengabari orang tuanya mengenai diriku, siapa aku, dan alasan ku berada dirumah nya, tak ketinggalan juga mengenai keinginan bahwa dia akan menikahi ku.

Wanita tua itu tersenyum lembut mengingat kan ku pada ibu ku.

"Kau manis sekali ..." Ucapnya sambil mengelus pucuk kepalaku. Dan tangan nya turun mengelus perutku yang masih rata.

"Berapa bulan?" Tanya lagi.

"Hmm... Dua bulan." Ucap ku malu.

"Yang terpenting kau sehat dan janin yang kau kandung juga sehat. " Balasnya.

"Haii..." Sapa seorang gadis dengan rambut panjang, begitu manis wajah nya. Dan-- mirip dengan saga.

"Nama ku Suli. " Sapa nya dengan memelukku.

"Aku raya." Balasku menatap nya.

"Kakak akan menikahi mu, kan? Jadi, kupikir kita harus mengakrabkan diri. " Ujarnya sambil tersenyum.

Aku membalas nya dengan senyuman.

Kami berkumpul di ruang keluarga, membahas apa yang akan dilakukan kedepan, dan orang tua Saga tak keberatan jika ia akan menikahi ku, namun mereka menegaskan bahwa pernikahan bukan untuk permainan, dan bukan karena kasihan.

Hangat.

Yang kurasakan dari mereka.

Mungkin, ini keberuntungan ku, atau takdir dari hasil kesedihan ku.

Jika ini keberuntungan, ku harap ini mimpi yang terus berlanjut.

Tapi jika tidak, ku mohon beri aku waktu untuk menikmatinya.

---
6 bulan

Aku sudah bersama dengan saga selama 6 bulan, orang tuanya kembali ke New Zealand dan akan kembali saat usia kandungan ku 8 bulan. Selama 6 bulan ini, Saga begitu peduli padaku. Dari ngidam, keinginan lainnya. Ia bahkan keluar dari kampus untuk mengurus ku dan melanjutkan bisnis ayahnya yang di Indonesia.

BEM ? tentu masih jalan, hanya saja saga melakukan operasi dari jauh sebagai penambah bantuan untuk BEM.

Dan kabar gembiranya lagi, Saga begitu bucin dengan ku. Aku merasakan degupan kencang jika dia sedang bucin. Aku menyukai nya, ini berbeda sebelum nya. Ini--- aku memang menginginkan dan tanpa paksaan.

"Aku tidak bisa tidur Ray, boleh tidur dengan mu???" Tanya Saga di ambang pintu menatap ku.

"Hmmm tapi kita belum sah, Saga" ucapku malu.

"Anggap saja aku hanya memastikan calon istriku baik-baik saja dan anaknya yang dikandung nyaman di perut mamanya. " Balasnya yang membuat pipi ku pasti merona.

Saga mendekat kearah ku, dan menidurkan tubuhnya di sampingku.

Aku-- bukan! Kami atau hanya aku saja, begitu canggung!

Saga mengelus ku lembut, "kita jarang seperti ini. Bolehkah aku menyentuh mu malam ini, Ray?"

Aku mengangguk malu.

Saga mendekatiku, mencium di kening ku lembut. Tangan nya mengelus pipiku, ditariknya dagu ku dan mendekat, wajah nya begitu manis ku tatap, bibir kami bertemu satu sama lain. Tangannya mengelus punggung ku lembut, beberapa saat kami bertaut bibir, aku menatapnya dalam.

"Apa kau sudah mencintai ku Raya?" Tanyanya dengan nafas berat dan suara begitu sexy di telinga ku.

"Hmm, iya. " Balasku, aku yakin pipi ku merona.

Tangan Saga mengelus perutku lembut, dan senyum terukir di wajahnya.

Kepalanya ia dekatkan diatas perutku, "nak... Apa kau mau di tengok oleh ayah mu??" ujarnya sambil tersenyum menatap ku.

Aku mendelik kaget dan memukul bahunya pelan.

"Jika kau mau, coba kau tendang pelan perut mamamu ini."

Tiba-tiba perutku mendapat tendangan kecil, saga nyengir bahagia.

"Nah, aku rasa anak ku menginginkan aku menengok nya sebentar, Ray." Balasnya sambil tertawa.

Aku menepuk nya lalu membelakangi, wajahku ku palingkan karena aku begitu malu, ku yakin wajahku memerah, bahkan kurasakan begitu panas, aku yakin ini sangat merah!

Saga tersenyum kecil , lalu tangan kekarnya memeluk ku dari belakang. Hangat, begitu sangat, aku menikmati pelukan nya. Ku sentuh tangan miliknya, ia mencium leherku bagian belakang. Begitu geli, nafasnya terasa hangat , sesekali ia menggigit gemas leherku. Nafasnya mulai menderu, aku merasakan hal itu.

Jantungku berdegup kencang, tangan saga mulai menjalar kemana-mana, dan --- malam ini, kami melakukan nya.

Dengan alasan, bahwa saga ingin menengok anak yang ku kandung.

--
❗❗❗ Hayo sedikit bumbu2 ehem2. Hahahahahha, yang bijak ya saat membaca.

See u

BEM (Badan Eksekutif Mas-suami) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang