9

1.4K 33 0
                                    

Aku lari terburu-buru masuk ke dalam rumah. Halaman rumah ku cukup ramai, ada mobil polisi, garis polisi, ambulan, dan para tetangga datang untuk melihat apa yang sedang terjadi. Tangisku sudah pecah sebelum datang kesini, bahkan Arion pun ikut panik karena mendapat telpon dari Sella.

"Raya!" Teriak Sella menghampiri ku, aku menangis sejadinya, apa yang sedang terjadi hingga ayah dan ibu meninggal, dia mencoba menenangkan ku dan menahan ku untuk masuk kedalam. Aku mendorong nya, lalu ku lihat pemandangan didalam rumah.

Kantung plastik yang pernah kulihat di televisi, sekarang aku melihatnya secara langsung. Dua kantung plastik itu berada didepan mataku.

Aku menangis sejadinya, berteriak dan teriak kepada kantung plastik itu, beberapa polisi menghentikan ku dan menahan ku, merangung seperti nyawaku diambil, apa yang sedang terjadi, pikirku dalam tangis yang menjerit.

Sella dan Arion mencoba menenangkan ku, bahkan tanpa ku sadari, orang tua Arion mengurus kejadian ini. Mataku memandang kegelapan yang mulai membuatku tak sadar.

---
Dinding putih ku lihat untuk pertama kali, aroma obat itu mulai memicu sadarku, tangan hangat Arion memegang ku erat. Tangis Sella keluar dari matanya, ia menatapku sedih. Aku mulai mulai menangis, terisak tangis kembali datang.

Cukup lama, hingga aku mulai tenang dan bertanya tentang apa yang terjadi. "Orang tua mu meninggal bunuh diri, mereka minum racun. Hasil otopsi mengatakan hal itu. " Jelas Arion kepadaku.

"Mengapa?" tanyaku sedih.

Arion menggelengkan kepala. Dia tidak tau alasan yang sebenernya dari kematian mertuanya itu. Bahkan ketika ia bertanya kepada papah mama nya, mereka juga tidak tahu alasan pastinya.

Setelah hasil otopsi keluar, kedua orang tua ku dimakamkan 1 hari setelahnya. Gundukan tanah yang bersampingan, dengan taburan bunga yang cukup banyak, batu nisan abu itu terukir nama orang tua ku.

"Joko Gudono" "Sari Jang Astuti"

Tubuhku melemas, tangan erat dan pelukan erat dari Arion menopangku. Tangis ku sudah tak berair, kematian ini begitu cepat. Alasan yang tak tersampaikan atau mungkin, disembunyikan, aku tidak tahu pasti.

Mengapa, hanya itu pikir ku.

Aku dan Arion kembali ke rumah kami, mertua ku menyuruhku untuk beristirahat dan libur beberapa hari setelah kematian orang tuaku, Sella menenangkan namun hatiku kacau, begitu kacau ucapan untuk bersabar sudah tak terasa pada diriku.

---
Kematian orang tua ku membuat ku terguncang, aku mengurung diri dikamar hampir seminggu, memikirkan ucapan para warga yang mengatakan bahwa sebelum kematian orang tua ku, ayah dan ibu menangis terisak begitu kencang hingga para tetangga mendengar nya.

Kejadian itu berlangsung selama 2 hari selepas pernikahan ku. Setelah kepulangan mertuaku dari rumah ayah dan ibu, ayah dan ibu mulai menangis terisak hingga tetangga mendengar nya.

Apa mungkin dari mertua ku? Mereka  menyembunyikan sesuatu bahkan dari Arion sekalipun? Atau ayah ibu ku lah yang menyembunyikan sesuatu dari semua orang, dan hanya mereka berdua yang mengetahui nya. Pelik ku terhadap alasan yang masuk akal. Kesimpulan yang belum benar.

Arion datang kepadaku, memeluk ku dari belakang, dengan lembut mengusap kepalaku , menarikku untuk menatap nya.
"Jangan sedih terlalu lama, engga baik."

Aku menangis dihadapan nya. Ia mengusap pelan air mataku, "alasan yang sebenarnya nanti akan pelan-pelan kita tahu. Tapi dengan kepala dingin , iklhas dan sabar. " Sambungnya dan mengecup keningku pelan.

Aku tertidur dipelukan Arion, hangat tubuhnya membuat mengantuk dan tertidur. Aku tau, aku sudah tertidur. Aku sadar akan itu, dan aku juga sadar bahwa aku sedang bermimpi. Bermimpi melihat kedua orang tua ku, di ujung yang gelap.

"Raya, maafkan kami."

Hanya itu, lalu mereka ditelan kegelapan.

--
💚💚
Jangan lupa follow vote dan komen
See u on next part

BEM (Badan Eksekutif Mas-suami) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang