6. Sabotase

140 24 0
                                        

Cerita ini hanya sebuah fiktif belaka. Jika ada kesamaan waktu, tempat, tokoh, itu murni tidak di sengaja.

Vote and coment this chapter♥️

☠️☠️☠️☠️☠️

Tepat pukul satu siang, semua murid Grand Master kembali ke dalam ruangan untuk melanjutkan sistem keahlian yang sudah mereka buat. Buk Arumi yang menjadi pengawas dalam sistem keahlian ini langsung mempersilakan mereka untuk mempresentasikan hasil yang sudah mereka buat. Di mulai dari si predikat pertama, yaitu Aileen Zevanya.

“Aileen, apa yang kamu buat?” tanya Buk Arumi.

“Sistem kunci keamanan baru.” Aileen menekan tombol enter untuk membuka, namun tiba-tiba file yang ia buat tidak bisa di akses.

“Kenapa lama sekali Aileen?”

“Ada yang meretas sistem yang saya buat, Buk,” jawab Aileen menahan kesal.

“Itu tandanya keamanan kamu lemah. Kamu ceroboh. Ibu beri nilai C.”

“Ta-tapi, Buk ....”

“Selanjutnya, Zhafer.” Buk Arumi tak memedulikan Aileen, ia malah lanjut pada murid selanjutnya.

Zhafer berdehem sejenak. Ia langsung menunjukkan apa yang telah ia buat. Suatu benda kecil berbentuk transparan yang mampu menjadi atensi semua orang yang ada di dalam ruangan.

“CCTV transparan,” ucap Zhafer memperkenalkan. Ia langsung mengaktifkan CCTV tersebut yang sudah tersambung ke ponselnya.  Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Gambar di layar ponsel itu tidak jelas, buram. Sesekali layarnya berkedip mati menyala.

“Tunggu, seharusnya nggak kayak gini,” ucap Zhafer gelagapan.

Lagi-lagi Buk Arumi menggeleng pelan. “C,” katanya dengan langkah yang mulai menghampiri si predikat ke tiga, Jesica Fellicia Adomerta. “Kamu, tunjukan apa yang telah kamu buat.”

Jesica memberikan sebuah kacamata pada Buk Arumi untuk di pakai. Setelah itu ia menekan tombol kecil yang berada di ujung frame yang telah ia buat. Setelah tombol itu ditekan, maka kacamata itu akan bekerja.

Dahi Buk Arumi mengerut. Ia lantas membuka kacamata itu, lalu dibantingnya dengan keras. Ia seperti dipermainkan oleh muridnya. Tidak sopan, begitu pikirannya.

“Kamu bercanda? Apa yang sudah kamu buat? Kacamata itu sama seperti kacamata pada umumnya. Apa hebatnya kacamata itu?!”

“I-ibu serius? Seharusnya setelah ibu memakai kacamata tersebut, maka akan muncul deretan rumus-rumus,” jawab Jesica gugup.

“Sungguh sangat memuakan. Jesica, kamu dapat nilai E!”

Predikat 1, 2, dan 3 semuanya gagal. Mereka mendapatkan nilai yang sangat jelek. Mereka tak menyangka kalau apa yang telah mereka buat ternyata gagal total. Padahal sebelumnya mereka sudah menguji, dan hasilnya sesuai apa yang mereka inginkan. Akan tetapi, kenapa sekarang tiba-tiba jadi seperti ini? Sungguh aneh.

Kekecewaan Buk Arumi terus tambah besar, setelah Jesica gagal, sekarang si predikat ke empat pun gagal. Gionino yang membuat arloji GPS pun harus kembali gagal, dan ia mendapatkan nilai C seperti teman yang lainnya.

Selanjutnya Shailendra. Ia menunjukkan keahliannya dalam membuat sebuah blackbox perekam suara. Dan hasilnya sama. Gagal.

Masih berusaha menaruh harapan pada murid yang lain, Buk Arumi kini terus berlanjut dan mempersilakan pada Daehan si predikat ke enam untuk memperlihatkan kinerja yang telah dibuat.

SISTEM BERANTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang