11. Data Palsu

98 18 0
                                    

Jika ada typo tolong tinggalkan komentar agar bisa di perbaiki!

Follow akun author untuk menerima notif cantik Ocha_Amsy16

Happy Reading❤️

General Memorial School lagi-lagi dihebohkan dengan sebuah video berdurasi satu menit yang beredar di akun privat GMS. Video itu memutar sebuah pernyataan klarifikasi oleh Buk Fanda selaku orang tua almarhum dari David. Yang di mana wanita itu bilang; “Saya di sini ingin meminta maaf pada semuanya karena telah membuat keributan di Geneva School. Saya sadar dan saya baru saja membuka mata, kalau putra saya David memang meninggal karena serangan jantung. Ya, keributan yang sudah saya buat itu bentuk emosi saya yang masih tidak rela. Sekali lagi maaf, atas ketidak nyamanannya.”

Pernyataan itu membuat banyak murid GMS mempercayai sebab kematian David. Namun, tidak dengan Shailendra dan teman-temannya. Mereka merasa janggal atas pernyataan yang dibuat oleh orang tua David. Seperti dipaksa untuk mengakui. Akan tetapi, apa yang membuat Buk Fanda akhirnya speak up, setelah sebelumnya membuat sebuah protes? Ini benar-benar aneh.

“Kenapa ibunya David tiba-tiba buat pernyataan kalau David meninggal karena serangan jantung, ya? Gue jadi penasaran apa yang udah di omongin sama direktur ke ibunya David,” tanya Gionino. Ia menutup buku yang sedang ia pelajari, mengganti posisi duduknya menjadi rebahan di ranjang.

“Sama. Apalagi gue baru tahu kalau itu direkturnya GMS,” sahut Shailendra. “Tapi direktur itu bukan pemilik sekolahnya, kan, ya?”

“Bukan. Pemilik sekolah sendiri berperan di belakang layar melalui direktur itu,” jawab Bon-bon seraya menatap ponselnya yang sedari tadi mengamati isi chat anonim yang pernah ia terima. Otaknya mendadak menerima sinyal. “Eh, lo semua sepemikiran sama gue nggak, sih?”

Mereka bertiga kompak menoleh. “Enggak.”

“Lah, tolol! Katanya kategori Grand Master, tapi hal kecil kayak gini lo pada sampe nggak kepikiran,” cibir Bon-bon begitu enteng. Bibirnya minta dilakban!

“Lah, lo pikir kita cenayang? Tahu juga kagak apa yang lo pikirin,” sanggah Zhafer sewot. “Emang hal kecil apa yang kita sampe nggak kepikiran?”

Bon-bon mendengus. Ini nih, kekurangan teman-temannya yang katanya pintar tapi telmi. Alias telat mikir. Masih mending dirinya, meski masuk kategori Master, tapi daya pikirnya selangkah lebih maju.

“Ck, pesan anonim yang kita dapet otomatis ada nomornya dong. Kenapa kita nggak lacak aja dari nomor itu. Siapa tahu dapet petunjuk tentang orang misterius itu,” jelas Bon-bon panjang lebar.

Shailendra, Gionino, dan Zhafer langsung saling melemparkan pandangan. Senyum mereka mendadak mengulas lebar, lalu menatap Bon-bon dengan binar kegembiraan, seperti baru menemukan sebuah harta karun di depan mata. Bon-bon sendiri yang melihat sikap teman-temannya mendadak merinding. Apa mereka kesurupan?

Tanpa aba-aba, ketiganya langsung saja berlari menghamburkan diri pada Bon-bon. Mereka begitu senang atas pemikiran Bon-bon yang cemerlang. Tapi, tidak begini juga kali. Kelakuan mereka membuat dirinya hampir kehabisan napas akibat pelukan erat itu.

“Astaga Bon, gue nggak nyangka lo pinter juga. Uh, love you so much, Bon. Muach ... muachhh ....” Gionino dengan brutal mencium pipi temannya. Sungguh, Bon-bon merasa geli. Sudah dipastikan ia harus membersihkan diri menggunakan debu dan air. Iyuh, najis ....

“NINO ... GUE MASIH SUKA CEWEK YA AMJING!” teriak Bon-bon frustrasi. Gionino hanya tertawa, senang mengerjai temannya itu. “Minggir kalian buangsaddd!” Satu persatu temannya di dorong agar menyingkir. Ia membutuhkan pasokan oksigen yang banyak. Jangan sampai ia mati kehabisan nafas.

SISTEM BERANTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang