9. Kode

131 19 0
                                    

“Lari atau di buru?”

—Sistem Berantai.

Jangan lupa vote dan koment ya guys!

Happy Reading!

Cahaya mentari menembus celah-celah ventilasi kamar asrama Shailendra. Cowok itu baru saja kembali setelah liburannya dua hari. Ah, rasanya waktu dua hari itu sangat kurang. Pertempurannya dalam menjaga kewarasannya harus kembali di mulai di GMS. Meski Shailendra sendiri tak yakin kalau dirinya bisa bertahan hingga akhir.

Wajah Bon-bon masih terlihat murung. Liburannya pulang ke rumah ternyata tak mengobati dukanya. Bon-bon masih dirundung kesedihan. Apalagi ia masih merasakan janggal akan kematian temannya. Namun, untuk hari ini misinya akan kembali di mulai. Di mana ia akan terus mencari tahu kasus kematian David.

Gionino yang sudah kembali ke asrama pun mulai menata rapi barang bawaannya. Tak lupa ia menyimpan ponselnya di atas nakas. Ia baru saja teringat tentang sesuatu yang sempat ia dapat.

“Eh, lo pada dapet pesan dari orang misterius nggak, sih?” Pertanyaan Gionino menginvasi ruangan berukuran sedang ini. Ketiga temannya lantas menoleh dengan tatapan sama-sama tak mengerti. “Kemarin gue dapet chat dari nomor yang nggak di kenal. Masa dia bilang gini, jangan jadi kambing yang mengikuti tuannya. Jika kamu tidak ingin hidupmu tertekan. Pergilah dengan bebas, nikmati hidup tanpa perlu mencari tahu apa yang tak perlu kamu tahu. Gitu coba?”

Wait, gue juga dapet chat dari nomor yang nggak di kenal. Cuma isi chat gue kayak gini, jangan mencari tahu sesuatu yang tak perlu kamu tahu. Jika kamu menggali, maka kamu sendiri yang akan terkubur,” papar Shailendra yang langsung menunjukkan pesan tersebut. Untung saja pesannya belum di hapus.

Baik Gionino maupun kedua temannya yang lain, mereka semua lantas mendekat. Menunjukkan ponselnya yang terdapat kiriman pesan tersebut. Bon-bon ikut menyodorkan ponselnya. Ia menunjukkan sebuah pesan dari nomor asing. Pesan itu bertuliskan; Ikhlaskan sesuatu yang sudah raib. Karena apa yang sudah pergi tak akan bisa kembali. Berhenti dari sekarang, atau kini giliranmu?

Ketiga pesan itu merajuk pada hal yang sama. Sepertinya si pengirim pesan tersebut tahu jika mereka tengah mencari tahu tentang kematian David. Jika begitu, berarti benar, kalau David meninggal bukan karena serangan jantung. Melainkan ada campur tangan orang lain.

“Zhaf, lo sendiri dapet nggak?” tanya Gionino penasaran.

Zhafer membuka room chatnya. Tak ada sebuah pesan dari nomor asing. “Enggak.”

“Kok lo doang sih yang nggak dapet, Zhaf? Apa jangan-jangan orangnya nggak punya nomor lo?” tanya Bon-bon terheran. Namun, Zhafer hanya mengedikkan kedua bahunya tak tahu.

Geming merayap sesaat. Mereka tampak berpikir mengenai siapa si pengirim tersebut. Mereka bertiga baru saja mendapatkan pesan peringatan. Isi pesan itu pun sepertinya bukan main-main. Mereka kini sedang di awasi. Pembunuh itu ada di sekitar lingkungannya.

“Apa jangan-jangan si pengirim pesan itu Pak Ageng?” tanya Shailendra mencoba menerka. Pasalnya Pak Ageng-lah yang sempat memergoki aksi mereka di laboratorium.

“Lo jangan asal nuduh. Gimana kalau bukan dia?!” tukas Zhafer yang tidak mau berprasangka buruk terlebih dulu. Karena ia masih tak memiliki bukti kalau Pak Ageng-lah pelakunya.

“Iya juga, sih.”

“Eh, waktu itu kan kita ke lab bareng Aileen juga. Dia dapet pesan yang sama nggak, ya?” tanya Bon-bon teringat pada cewek itu.

SISTEM BERANTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang