kembalinya Raden kian Santang (Titisan Sang Prabu) Bab 9

656 39 2
                                    

Setelah selesai membersihkan dirinya danRaden segera memakai baju yang sudah di siapkan sang bunda, Setelah selesai merapikan dirinya Raden segera menghampiri
Kedua ibundanya, Raden kian bersyukur karena memiliki dua ibunda yang sangat menyayangi dirinya, meski dulu ibundanya ratu kentring manik tidak menyukai dirinya namun sejak kejadian dimana sang bunda hampir kehilangan putra nya yakni Raden surawisesa namun Raden kian Santang, melindungi putranya dengan dirinya sendiri sejak saat itulah mata hati ratu kentring manik dan amuk marugul terbuka jika semua ketakutan keduanya salah besar dan sejak saat itulah keduanya mulai menyayangi Raden kian Santang.

Bahkan sering kali Raden surawisesa akan murka jika ada yang melukai Raka tercintanya itu pernah satu hari Sadewa dan saloka menyerang Raden kian Santang dan membuatnya terluka, saat itu kebetulan sekali surawisesa yang melihat rakanya di serang Raden surawisesa langsung membalas mereka dengan tak kalah sadis begitu juga dengan Raka kembar dari Raden kian Santang, keduanya langsung di hajar hingga tak sadarkan diri sejak saat itu juga para golongan hitam tidak ada yang berani berbuat ulah.

Raden kian Santang.
"Ibunda bisakah sehari saja aku tidak memakai mahkota" ucap Raden kian Santang, ibunda kentring manik dan ratu subang larang tersenyum mendengar pertanyaan putra mereka.

Ibunda ratu kentring manik dan Subang larang.

Ibunda kentring manik menjawil hidung putranya seraya menjawab.
"Putraku Nanda kian Santang kau seorang putra kerajaan Padjajaran juga putra kanda prabu Siliwangi apa kata orang jika dirimu tidak,
Memakai mahkota nak" ucap ibunda kentring manik

"Apa yang di katakan ibundamu Rayi kentring manik benar putraku jadi tentu kau tidak boleh melepas mahkota mu, nah putraku kau ingin tetap disini atau menyusul Raka dan rayimu mereka berada di aula utama jika kau mau berkumpul bersama yang lainnya putraku" ucap ibunda ratu Subang larang.

Raden kian Santang.
"Aku ingin ke arena latihan bunda, karena aku mau menguasai ajian naga pasa tingkat 5 bolehkan bunda " tanya Raden kian Santang.

Belum ibunda ratu Subang larang menjawabnya Raden layang Kusuma dan walangsungsang melarang nya.

"Tidak Rayi, Raka tidak ijinkan dirimu melatih ajian naga pasa,
Kau boleh berlatih tapi tidak dengan ajian naga pasa" ucap raden layang Kusuma.

"Raka setuju dengan raka layang Rayi, kau pasti paham kan kenapa kami melarang nya" ujar Raden
Walang sungsang,yang berjongkok di depan rayinya yang duduk di tempat tidurnya.

"Aku mengerti Raka" ucap Raden kian Santang.

"Rayi, lebih kita susul yang lain di aula utama istana kau pasti bosan bukan jika harus berada di wisma terus menerus "ucap Raden layang.

Raden kian tersenyum ya dirinya memang merindukan saudara nya yang lain apa lagi dengan Rayi nya surawisesa meski terkadang Rayi nya itu usil tapi ia sangat menyayangi nya,"baiklah Raka
Aku memang merindukan yang lain
Ibunda aku ikut raka ke aula utama istana, assalamualaikum,sampuraun
Ibunda"ucap Raden sambil mencium punggung tangan kedunya

Dan kedua ratu Padjadjaran tersenyum lalu menganggukan kepalanya.

Skip- aula utama istana.

"Itu Raka kian Santang,  rakaaa" ucap Raden Surosowan.

"Rayi Surosowan kenapa kau lari larian seperti itu, kau bisa jatuh jika lantai ini basah Rayi" ucap Raden kian Santang yang tak abis pikir ,
Kenapa semua rayinya suka sekali membuat jantungnya seakan berhenti berdetak dengan tingkah mereka, sementara Raden Surosowan yang di tegur hanya nyengir,saat di tatap tajam abikara.

"Kok suasananya jadi seram ya,
Seperti ada setan yang menatapku"
Ujar Raden Surosowan sambil memeluk rajanya kian Santang.

Raden Abikara.

Jika ini dunia animasi mungkin sudah muncul siku perempatan di kening abikara, abikara yang mendengar ucapan rayinya seketika menatap datar Surosowan dan membuat Surosowan semakin jahil terhadap Raka nya yang satu itu.

"Raka, apa Raka tidak merasakan jika aura di aula ini tiba tiba saja menjadi sangat mencekam karena abikara sudah mengeluarkan asap hitam di belakang Surosowan.

"Benar sekali Rayi Surosowan aku pun merasakan nya bukan begitu Raka kian Santang " ucap usil Raden surawisesa yang ikut ikutan memanasi keadaan, sementara itu nyimas Rara Santang dan Ratna Wulan hanya bisa menggelengkan kepala mereka akan sikap jahil kedua adiknya dan Raden kian Santang, pun mendadak bingung dengan sikap kedua rayinya.

"Raka abikara kau kenapa , kenapa Raka menatap Rayi Surosowan dan surawisesa seperti itu" bingung Raden kian Santang.

"Tidak apa apa Rayi, raja hanya sedang mengawasi dua rubah yang saat ini sedang bersamamu"ucap Raden Abikara masih menatap kedua adiknya dengan datar.

Raden gagak gampar lalu merangkul kedua rayinya dan membuat keduanya meneguk ludah mereka.

"Belum puas kalian membuat Raka kalian abikara marah hmm, atau kalian mau latihan bersama Raka Rayi Surosowan dan Rayi surawisesa bagaimana kalian ingin latihan kanuragan atau latihan memanah hmmm" ucap Raden gagak gampar , yang membuat keduanya membisu dan setempak menggelengkan kepalanya mereka.

"Raka dari pada kau bawa mereka latihan lebih baik kau suruh mereka membersihkan kandang kuda" ucap Raden abikara datar

Raden Surosowan &surawisesa
"Hehehe kami bercanda Raka, ayolah masa kau tega Raka kami ini kan adik kesayangannya Raka ya ya Raka , Raka kian Santang tolonglah kami rakaaaaa" histeris keduanya sambil bersembunyi di belakang tubuh Raden kian Santang.

Raden kian Santang hanya bisa menghela nafas lelah, seraya berkata.

"Rayi kalian ini ya suka sekali membuat Raka abikara marah dahlah lebih baik aku, keperkampungan dan bermain bersama unang dan Ujang" ucap
Raden kian Santang yang lalu pergi dengan kesal.

"Ya yak rakaaaaa" teriak keduanya.

Nyimas Dyah Sawitri.
"Wah, Raka kalian seperti nya membuat Raka kian Santang kesal tuh liat aja Raka kian Santang sudah berada di gapura istana, " ucap nyimas dyah Sawitri.

"Astaghfirullah, rayiiii" teriak abikara yang langsung mengejar rayinya itu namun sayangnya Raden kian Santang sudah keluar dari gapura dengan di temani Patih sindurana.

Skip Raden kian Santang.

"Paman sindurana kita kerumah Ujang dan Unang dulu ya setelah itu baru kita ke perkampungan aku sudah rindu dengan warga Padjajaran paman" ucap Raden kian Santang.

Sementara itu prabu Siliwangi yang mendengar putra bungsunya dan ratu Subang larang sedang ngambek pada Raka dan rayinya bukan membujuk putra bungsu pulang malah tertawa.

"Ha ha ha , putra ku itu salah kalian sendiri, suda tau Raka/Rayi kalian itu tidak suka kalian ribut tapi kalian malah ribut di depan nya jadi tanggung sendiri putraku, kalian jangan khawatir Raga kedua. Ayahanda selalu menjaga saudara kalian , lain kali kalian jangan lagi ribut di depan saudara kalian itu tidak baik putraku," ucap prabu Siliwangi yang kembali menertawakan ketiga putranya.
Yang di tertawakan hanya menatap datar ayahanda mereka .

Ibunda kentring manik
"Sudahlah putraku, saudara kalian akan baik baik saja lagu pula raga kedua ayahanda kalian akan melindungi saudara kalian ananda kian Santang" ucap bunda kentring manik, yang di angguki semua ratu.

Sementara itu di tempat Raden kian Santang, para warga sangat bahagia karena Raden tercinta mereka sedang berkunjung ketempat mereka, bahkan tak jarang ada warga yang mengeluhkan umpeti yang diminta para Adipati dan membuat Raden kian Santang dan paman sindurana kaget .

Raden kian Santang.
"Maaf paman siapa yang paman maksud siapa nama Adipati tersebut seingatku ayahanda prabu tidak pernah memerintahkan para Adipati menunggut umpeti pada rakyat yang kurang mampu paman
Bibi," ucap Raden kian Santang.

Warga : iya raden ia mengaku jika dirinya itu adalah Adipati Padjajaran dan namanya adalah Adi Manggala yang diutus prabu Siliwangi untuk memunggut umpeti pada kami Raden, tolonglah kami Raden

Para warga serempak bersimpuh pada Raden mereka.

"Astaghfirullah, paman berdiri lah jangan seperti ini baik aku akan menyelidiki nya " ucap Raden kian Santang" paman sindurana kita kembali ke Padjajaran.

Patih sindurana: sendika Raden.....







Bersambung.

Kembalinya Raden Kian Santang (Titisan Sang Prabu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang