Setelah mendapat chat dari Rey, Rafa langsung ke kantor dan segera ke ruang Rey tanpa menghirau kan rekan- rekannya yang memanggilnya terus menerus.
Saat ini Rafa sudah didepan ruang nya Rey dengan gugup Rafa membuka pintu tersebut disaat membuka pintu, seorang wanita manggil Rafa. Merasa ada yang memanggilnya Rafa pun menoleh ke belakang ternyata itu Tasya (rekan kerjanya Rafa)." Kamu, dari tadi aku manggil-manggil malah pergi " ujar Tasya yang membawa beberapa berkas dokumen.
" Maaf sya, tadi aku terburu-buru makanya aku gak dengar kamu " jawab Rafa sambil mengaruk rambutnya yang gak gatal.
" Hmm. Oh ya, kamu ngapain di depan ruang pak Rey ? " tanya Tasya yang ingin tahu .
" Oh itu , aku ada keperluan ada pak Rey " jawab Rafa sambil senyum gugup.
" Bukannya kamu tadi makan siang bareng sama Pak Rey " Tanya Tasya yang mulai agak curiga sama Rafa.
" Aaa itu , tadi aku lupa makanya aku menemuinya sekarang juga " jawab Rafa, dia gak mau ngasih tahu sebenarnya kepada Tasya.
" Oh gitu, tapi Pak Rey gak kembali ke kantor, dia tadi mengchat aku. Dia nyuruh aku ngasih berkas-berkas ini ke kamu, dia bilang kamu harus menyelesaikan berkas ini sekarang juga soalnya besok pagi ada rapat sama klien " Tasya mengasih berkas yang di pegang dari tadi dan menyerahkan semuanya kepada Rafa.
Rafa hanya pasrah menerima nya pasti ini hukuman buat dia karna kelakuan dia pasti makan siang tadi, dia harus lembur padahal ini hari pertama dia kerja sebagai sekretarisnya Rey.
" Semangat ya Rafa, kamu bisa bisa " ujar Tasya sambil menyemangatkan Rafa dan langsung pergi meninggalkan Rafa
Rafa hanya menghelakan nafasnya dan pergi ke tempat mejanya dengan perasaan tidak semangat dan lesu.
.
.
.
.Di kampus
Zya dan teman - temannya lagi fokus mengerjakan tugasnya, tiba seorang pria datang dan duduk disamping Zya yang kebetulan lagi kosong. Merasa ada seseorang duduk di samping nya ternyata pria itu Arvil.
" Fokus amat manis " ujar Arvil sambil mencubit pipi Zya.
Merasa pipinya di cubit, Zya memukul tangan Arvil dengan kuat. Arvil hanya nerima saja dia senang membuat Zya marah, bagi Arvil kalau Zya marah malah tambah imut dan lucu.
Sontak teman-teman Zya yang melihat adegan itu bersorak gemas dan gak tahan melihat unyu itu. Teman-teman Zya sudah tahu kalau Arvil sama Zya sama-sama saling suka tapi mengingat Zya punya kakak nya protektif dan posesif kepada Zya, itu akan gak mungkin membuat mereka berdua menjadi pasangan kekasih.
Hp Zya berdering membuat Zya dan Arvil menghentikan kegiatan unyu-unyunya, Ternyata Rey yang nelpon, Zya malas ngangkat telponnya Rey. Dia abaikan aja
" Telpon dari siapa ? " tanya Arvil yang ngeliat Zya tampak malas pas liat siapa yang nelpon.
" Gak siapa-siapa, hanya orang iseng aja yang nelpon " jawab Zya yang ngelanjutin tugasnya. Telpon Zya kembali berdering, bahkan udah 10 x hp Zya berdering.
" eh Zya , angkat telpon lo. Siapa tahu penting kan " ucap teman Zya yang merasa terganggu sama deringan hp Zya.
" Iya iya, gue angkat nih telpon " jawab Zya dan pergi agak menjauh dari tempat duduknya.
" Kenapa kamu gak angkat telpon kakak " ujar Rey yang emosi
" Aku lagi ngejarin tugas dan hp aku mode diam makanya aku gak ngangkat telpon kakak " jawab Zya dengan malas.
" Makanya Hp itu di pakai nada dering biar dengar siapa yang nelpon " ujar Rey yang masih emosi.
" Iyaa iya, ngapain kakak nelpon aku ? " Tanya Zya dengan malas
" Kakak mau jemput kamu Sayang , kakak hampir sampai ke kampus kamu " jawab Rey dengan Lembut , tidak seperti awal telpon tadi.
" Kan aku dah bilang , aku lagi ngerjain tugas aku sama teman-teman aku. Nanti kakak malah buat teman aku gak nyaman, gak usah jemput aku . Aku pulang sama teman-teman aku. " ujar Zya yang Memalas
" No Sayang , kakak udah sampai di kampus kamu. Kakak akan tempat kamu sekarang, bye Sayang ku " Telpon mati secara sepihak dari Rey.
Zya ngerasa Capek punya kakak gila seperti Rey.
Tbc
.
.
.Akhirnya cerita ini update kembali 😊😊
.
.Jangan lupa Vote ⭐ dan Coment 💬 ya
Terima Kasih ☺☺
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother is Possessive
RomanceBagaimana jika seorang kakak laki-laki menyukai adik perempuannya lebih tepat mencintai adiknya ? Itulah yang di rasa oleh Zya. Apa Zya akan menerima perasaan kakaknya .