Dito, Arga, Reksa sudah berada di kamar. Raka terlihat lahap memakan nasi padangnya. Dito memang tau sekali selera sahabatnya itu.
"Gimana ceritanya bisa sampe terkurung di gudang?!" tanya Dito mendengar cerita Vano tentang Mala yang hilang seharian.
Arga mengangguk. "Berani-beraninya ada yang ngurung istri lo di gudang!!" ucapnya emosi.
Raka mencoba abai karena ia tidak suka diganggu saat sedang menikmati makanannya.
Reksa mengamati Mala yang terlelap tanpa terganggu, bahkan suara keras mereka tidak membuatnya terusik.
Reksa menepuk bahu Raka "Rak, dia masih nafaskan?" tunjuknya pada Mala yang terlelap di atas kasur.
Raka mengunyah santai nasinya lalu mengangguk "Masih lah bego! Anjing banget pikiran lo!!" semprot Raka dengan mulutnya yang penuh.
Pletak...
Jari tangan Dito mendarat tepat didahi Reksa.
"Pikirannya dipake dongg!" ucap Dito kesal dengan candaan Reksa.
"Ya sorry, gue kira" jawab Reksa cekikikan.
"Lo kenal Vania ga?" tanya Raka kepada Dito memulai percakapan yang serius.
"Vaniaa.." Dito mulai mengingat-ingat. "Ohh...Vania anak 12 MIPA 3. Juga anggota cheerleaders. Kenapa emang??" Dito yang pernah menjabat sebagai ketua osis tentu saja hafal nama-nama murid di sekolah, apalagi nama murid yang sering bikin ulah.
"Dia yang udah ngerjain Mala!" jelas Raka.
"Kok bisa? Punya masalah apa dia sama Mala?!" tanya Arga heran karena tau sifat Mala yang baik tidak memungkinkan dirinya memiliki musuh.
"Ga tau gue belum tanya sama Mala"
"Terus lo mau lakuin apa Rak buat balas dia? Ga mungkinkan kalo lo hanya diem aja?!" Reksa yang penasaran akan rencana Raka.
"Belum tau. Paling besok gue ke sekolah"
"Ngapain ke sekolah??" tanya Reksa lagi.
"Ngadu lah oon, ya kali Raka mau sekolah lagi!" ucap Arga ngegas. Sahabat mereka yang satu ini memang sedikit membuat emosi.
"Ooohh"
Tak terasa malam semakin larut. Membuat mereka harus mengakhiri kunjungan dan pamit dari rumah Raka.
"Kita duluan broo" teriak mereka bersahutan yang sudah menunggangi motornya.
"Iyaaa thanks udah dateng" balas Raka yang mengantar sampai depan rumah. Mereka pun meninggalkan pekarangan rumah Raka.
Raka kembali masuk untuk menidurkan tubuhnya di atas kasur. Sebelum tidur ia memastikan terlebih dahulu keadaan Mala. Mala yang baik-baik saja membuatnya lega dan bisa tidur dengan tenang.
"Tolong gue takut jangan kurung gue disini!" ucap Mala dengan keringat yang bercucuran di wajahnya, masih dengan matanya yang terpejam.
"Gue mohon jangan!" teriak Mala meremas-remas selimutnya.
Tidur Raka yang tergangu karena suara Mala, membuatnya terbangun dari tidurnya mendekati Mala.
"Malaa....Malaaa" Raka mengoyang bahu Mala pelan untuk membangunkannya.
"Jangan!!" histeris Mala langsung terduduk dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
"Lo gapapa?!" tanya Raka khawatir.
"Gue takut!!" spontan Mala langsung memeluk Raka.
"Udah gapapa, lo tidur lagi aja" tenang Raka mengelus punggung Mala.
Mala yang takut setengah mati tanpa sadar tidak mau melepaskan pelukannya dan terus menangis tersedu-sedu.
....................
Saat pagi tiba. Mala terbangun dalam dekapan hangat Raka. Mengeliat, memandangi wajah tampan tepat diatasnya.
"Lo udah bangun gimana tidurnya, nyenyak?" tanya Raka merasakan pergerakan Mala.
"Lumayan" jawab Mala pelan karena malu.
Mala beranjak dari tempatnya berbaring dan melepaskan diri dari pelukan yang membuatnya canggung.
"Mau kemana?!" tanya Raka yang masih malas untuk membuka matanya.
"Bangun dan bersiap sekolah"
Mala tetap masuk sekolah karena tidak ingin ketingalan pelajaran. Selagi masih bisa berdiri dan baik-baik saja ia akan tetap berangkat ke sekolah.
Raka tetap melanjutkan mimpinya sementara Mala sudah sibuk bersama bi Inah di dapur.
Semua makanan untuk sarapan sudah siap. Barulah Mala membersihkan tubuhnya yang sudah berkeringat setelah memasak sop daging ayam.
"Udah lama kita bersama apa tidak ada rasa cinta dihatinya?" batin Mala dibawah guyuran air. Meski sikap Raka terhadap Mala sudah berubah tapi ia masih tidak tau dengan perasaannya.
Mala langsung memakai pakaiannya di kamar mandi, karena di kamar ada Raka yang masih tertidur. Saat Mala masuk ke kamar, penampakan yang membuat jantung berdegup dengan kencang ada didepan matanya. Dengan rambut yang masih basah, Raka hanya menutupi tubuh bagian bawah dengan lilitan handuk kecil. Tubuhnya yang begitu sempurna membuat Mala untuk kesekian kalinya terpana dan tidak ingin mengedipkan matanya.
"Laa.." panggil Raka saat Mala hanya termenung menatapnya.
Raka mendekat ke arah Mala yang menatapnya dengan tatapan kosong.
"Kenapa handuk kecil itu tidak lepas tertiup angin? Gue ingin lihat apa isinya!" batin Mala.
"Malaa..." panggil Raka lagi.
"Ayolah! Pikiran kotor apa ini!!" Mala bergidik geli menyadarkan diri dari pikiran kotornya. "Iya" sahutnya saat dipanggil.
"Gue mau ikut ke sekolah!"
"Mau ngapain?!" Mala sontak terkejut.
"Mau laporin kejadian kemarin"
"Ga usah biar gue sendiri aja yang laporin. Lo berangkat ke kantor aja!" tolak Mala yang tidak ingin masalahnya semakin runyam jika semua orang melihatnya datang bersama Raka mereka akan percaya tentang kasus video yang sempat viral.
"Gue tetep ke sekolah" ucap Raka memaksa.
"Jangan. Gue mohon sama lo!" pinta Mala khawatir jika Raka benar-benar datang ke sekolah.
"Ya udah kalo gitu" Raka mengalah.
Raka sudah duduk di meja makan. Mala yang baru saja turun ikut duduk dan mulai memakan sarapannya. Pagi hari memang cenderung merasakan suasana yang damai dan nyaman tanpa adanya gangguan.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
AMALA
Teen FictionNigista Amala Pradivtha merupakan gadis cantik jelita dan penuh keceriaan. Tapi kehidupannya harus berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia menikah dengan cinta pertamanya. Seorang pria bernama Kalendra Raka Bimantara. Raka, sosok pria yan...