#3

101 19 21
                                    

Entah sudah kali ke berapa Jungkook melirik jam tangannya. Ia juga meluapkan kekesalannya lewat umpatan demi umpatan karena orang yang ingin menemuinya tak kunjung tiba. Padahal, Taehyun sudah mengatakan bahwa klien itu akan menemuinya di restoran Jepang.

"Apa mereka sangat tidak bisa menghargai uang?" gumam Jungkook sembari merogoh ponselnya di saku. Ia harus bertanya pada Taehyun kapan klien itu tiba. Lagi pula, bagaimana bisa sang asisten malah asyik berkencan saat dirinya harus menemui klien?

"Taehyun sialan." Jungkook memutus sambungan telepon itu kala Taehyun tak kunjung mengangkat. Ia memang lebih memilih Taehyun yang mengatur semuanya hingga lupa meminta nomor klien itu.







Tzuyu memberikan lembaran uang pada supir taksi kemudian menatap nama restoran yang dipilih oleh pria yang akan ia temui. Dahinya seketika berkerut kala cahaya bintang biduk itu muncul lagi. Haruskah ia mencari tahu siapa pemiliknya? Akan sangat menguntungkan jika ia berhasil merayunya, bukan?

Tzuyu melangkah masuk dengan langkah ringan sembari bersenandung. Suasana hatinya begitu baik karena ada mangsa lain yang bisa ia dapatkan malam ini. Dari radarnya pun, ia sama sekali tak merasakan adanya gumiho lain di sana. Terutama golongan putih. Jadi, ia bisa dengan mudah berburu.

Tzuyu semakin dekat dengan sumber cahaya itu. Hingga akhirnya berhenti pada seorang pria yang kini tengah bicara lewat telepon.

"Aku perlu memikirkan skenario terbaik," gumam Tzuyu dalam hatinya. Matanya seketika berubah menjadi merah muda, menandakan jika dirinya memang akan menyerap energi dari pemilik bintang biduk itu.

Tzuyu memejamkan mata kala memeluk pria itu dari belakang. Tubuhnya sungguh terasa sangat segar meski baru beberapa detik bersentuhan dengan pria itu. Hingga akhirnya senyum itu pudar. Bagaimana tidak? Ia merasa belum sepenuhnya mengisi energi, pria itu sudah melepaskan pelukannya. Namun, tak apa, yang penting sudah dapat energi tambahan.

Tzuyu tersenyum kemudian membungkukan tubuh. "Maaf kupikir kekasihku."

Tzuyu berbalik, matanya berbinar dengan senyum lebar tentunya. Andai tatapan pria itu tak sedingin tadi, mungkin ia akan tanpa basa-basi meminta nomor ponselnya. Akan sangat menguntungkan jika ia bisa lebih sering berada di sekitar pemilik bintang biduk.

Tzuyu meraih ponselnya dari tas tangan yang ia miliki. Gadis itu benar-benar mempersiapkan segalanya dengan sangat baik. Bahkan, yang ia pakai hari ini semuanya baru dibeli.

"Tunggu." Tzuyu menghentikan langkahnya kemudian berbalik. Ia menatap pria yang tadi ia peluk sembarangan dengan foto pria yang hari ini akan berkencan dengannya. Ia sampai memeriksanya berulang kali agar tak salah orang.

"Keberuntungan ganda." Tzuyu tersenyum kemudian kembali menghampiri pria dengan nama Jeon Jungkook itu. Ia tak tahu keberuntungan akan sangat berpihak padanya berkali-kali. Ini benar-benar sebuah jackpot untuknya.

"Aku tidak tertarik," ujar pria itu saat Tzuyu tersenyum dan duduk di meja yang sama. Namun, ia langsung berdecih kala Tzuyu dengan lancang memesan makanan. "Nona, aku sudah mengatakan jika aku tidak tertarik."

"Itu tak masalah karena aku yang tertarik." Tzuyu menunjuk makanan yang ia inginkan kemudian memberikan buku menu itu pada Jungkook. "Kau mau? Aku yang traktir."

Jungkook berdecih. Ia sungguh tak percaya akan ada gadis tak tahu malu yang muncul malam ini. Suasana hatinya sedang sangat buruk karena klien yang Taehyun maksud tak kunjung datang. "Aku sedang menunggu seseorang. Aku tidak punya waktu untuk makan denganmu. Lagipula, aku punya uang yang cukup."

"Aku Chou Tzuyu." Tzuyu mengulurkan tangan. Matanya lagi-lagi berbinar membayangkan bagaimana kulitnya akan kembali bersentuhan dengan pria itu.

"Aku tak peduli."

Tzuyu memutar malas matanya kemudian menunjukkan sesuatu. "Kau yang ini 'kan? Astaga ... Fotoku di sini tidak jauh berbeda."

Jungkook mengucek matanya, memastikan yang ia lihat tak salah. Selama ini ia tak pernah peduli dengan kencan atau wanita. Namun, sejak kapan dirinya mendaftar di aplikasi kencan?

Taehyun sialan! Ini pasti ulahnya.

Jungkook berdeham. "Mungkin seseorang memalsukannya. Intinya aku bukan dia."

"Tuan, jangan mempermainkanku atau ..." Tzuyu membuat garis di lehernya, memeragakan dirinya akan membunuh Jungkook karena macam-macam padanya. "Kau akan tahu akibatnya."

"Mustahil."

"Memangnya kau kucing yang punya 9 nyawa? Aku bisa membuatmu mati dalam hitungan detik. Mau coba?"

Sebuah notifikasi membuat atensi Jungkook beralih pada benda pipih itu. Ia membulatkan mata kemudian menggerutu sembari memberi balasan pada Taehyun.

[Selamat bersenang-senang, tuan. Dia lumayan cantik. Ini saatnya kau memikirkan pernikahan seperti yang diinginkan pimpinan]

Jungkook meletakkan ponselnya ke saku kemeja kemudian beranjak. "Aku sibuk."

"Yak!"

"Wae?!"

"Kau yang mengajakku kemari."

"Ini hanya kesalah pahaman." Jungkook merogoh sakunya kemudian meletakkan beberapa lembar uang di meja. "Kau bisa gunakan ini untuk membayar makananmu."

Jungkook terkejut saat Tzuyu memukul tangannya. "Apa kurang?"

"Kau hanya memberikan 2 dollar. Bagaimana itu bisa cukup? Ambil saja. Aku punya black card," ujar Tzuyu.

"Baiklah."

Tzuyu menatap punggung Jungkook, membuat bingkai dengan kedua tangannya sembari menutup sebelah matanya. "Sempurna. Aku akan mencari tahu tentangnya. Aku akan menikmati makanannya dulu."

Tzuyu mengendus beberapa kali saat mencium aroma aneh. Ini bukan aroma golongan putih. Aromanya sangat menyengat hingga Tzuyu harus menutup hidung.

Mata cantiknya menatap sekitar dan mencari sumber aroma itu. Sudah sangat jelas aroma ini bukan parfum manusia. Hingga akhirnya dengan gesit Tzuyu menangkap belati yang hampir menusuk tengkuknya jika ia tak segera beranjak.

Tzuyu berdecih sembari memutar malas matanya. Meski darah mulai menetes dari tangannya, Tzuyu malah fokus menatap mata dari gumiho golongan hitam yang muncul mendadak.

"Kau tidak ada bedanya dengan kami."

"Kau yakin?" Tzuyu membawa jauh gumiho itu dari restoran. Ia membawanya berteleportasi menuju sebuah lapangan terbuka agar tak membahayakan manusia. Gumiho hitam memang cukup berbahaya karena dendam mereka.

Mereka terlibat pergulatan. Tzuyu terus menghindar dari pukulan demi pukulan yang dilayangkan gumiho yang menyamar menjadi seorang wanita itu. Sesekali Tzuyu juga membalas pukulan demi pukulan yang ada hingga belati itu jatuh.

"Aku memberimu kesempatan untuk menyerah."

Wanita itu hanya menyeringai dan kembali menyerang Tzuyu. "Hanya kau yang tidak berubah. Tidak adil."

"Sepertinya aku sangat populer di kalangan kalian ya? Ah tidak, sepertinya seluruh negeri Gu memang selalu membicarakanku." Tzuyu mencekik wanita itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi. "Menyerah atau kuadukan pada Mago?"

"C-coba ... Saja ... Jika b-bisa."

Tzuyu mengangguk kemudian membanting wanita itu. Melihat wanita tersebut lemas, Tzuyu menghampirinya. "Kali ini aku maafkan. Lain kali jika kau menggangguku lagi, aku akan membunuhmu di tempat."

Tzuyu segera berteleportasi ke restoran itu lagi, duduk di sana seolah tak terjadi apa-apa. Bahkan, dengan tenang dirinya membalut luka pada tangannya dengan sapu tangan. "Dasar merepotkan."

*****

23 Jul 2023

Don't TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang