"Apa yang perlu kulakukan untuk membujuknya?" Tzuyu berjalan di bawah sinar bulan yang kini hanya terlihat sedikit. Jalanan masih sangat ramai karena ini masih jam-jamnya orang-orang bekerja, pulang.
Gadis dengan balutan kemeja biru yang dilengkapi vest berwarna putih tulang serta rok hitam selutut itu melangkah mencari makan malam. Ah ya! Jangan lupakan soal baret yang mempercantik rambutnya yang digerai begitu saja serta sedikit dikeriting. Malam ini dia belum menentukan makan malam apa yang harus dia nikmati. Itu sebabnya dia hanya melangkah tanpa arah sembari memikirkan makanan apa yang harus dia pilih.
Tidak. Semenjak bersama bintang biduk dirinya merasa sudah tak perlu mencari makan. Dia merasa hidupnya lebih tenang. Hanya perlu menikmati hari sembari menunggu orang yang sangat dia benci.
Tzuyu menatap tangannya yang dibalut perban. Dia menghela napas. Dia jadi memikirkan bagaimana nasibnya jika malah mati di tangan gumiho hitam alih-alih berhasil membayar rasa dendamnya.
"Astaga, sejak kapan aku seputus asa ini?" gumamnya kemudian melanjutkan langkah. Namun, langkahnya langsung terhenti kala seseorang dengan pakaian serba putih berdiri di hadapannya. Dari bagaimana rambutnya yang juga putih, dapat dipastikan pria itu golongan putih.
"Sial," gumam Tzuyu kemudian berusaha menutupi wajahnya dengan tas tangan berwarna senada dengan roknya. Namun, sia-sia karena dia sudah berada di hadapannya.
Tzuyu berdecak sembari memutar malas matanya. Sudah susah payah suasana hatinya membaik dan sekarang dia malah harus berurusan dengan golongan putih.
"Apa kalian tidak akan lelah mengejarku?" Tzuyu berusaha mempertahankan diri dengan melipat kedua tangannya. Dia berusaha keras untuk tak terintimidasi. Lagi pula, untuk apa golongan putih itu mengincarnya? Mau setampan apa pun pria itu, dia tak suka pria tua. Dia yakin pria itu sudah puluhan ribu tahun.
"Kau yang terpilih."
"Ada ribuan gumiho dan kenapa harus aku? Kenapa?"
"Ikut saja." Pria itu menggenggam tangan Tzuyu. Dia berniat langsung mengajak Tzuyu berteleportasi. Namun, kemunculan seseorang membuatnya mengurungkan niat.
Pria dengan sweater putih dan celana hitam itu menatap sepasang manusia yang ada di hadapannya. Dia bahkan sampai memerhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Wah ... Tzuyu, setelah kau melamarku, kau mengajak orang lain berkencan?"
Bolehkah Tzuyu melempar pria itu dengan sepatu boot-nya? Apa harus membahasnya sekarang? Di saat dia dalam bahaya seperti ini? Setidaknya katakan kalau dia kekasihnya agar gumiho itu melepasnya.
Hati Tzuyu penuh dengan gerutuan. Dia memberi kode pada Jungkook. Namun, pria itu malah terus saja bertanya-tanya tanpa suara.
"Eh, tunggu sebentar, kau mau membawanya ke mana?" tanya Jungkook saat mereka melewatinya begitu saja. "Terdengar aneh memang, tapi percuma kau berkencan dengannya, dia sudah melamarku."
"Bukan urusanku," ujar pria itu kemudian melanjutkan langkah. Namun, Jungkook segera berdiri di hadapan pria itu.
"Yak!" Jungkook sebenarnya agak takut. Pria itu benar-benar terlihat menakutkan. Bahkan, tubuhnya malah lebih besar darinya. Bagaimana jika tubuhnya terpental? Yang ada dia harus menahan malu. Apalagi, di depan Tzuyu. Ah tidak, itu malah akan membuat gadis itu tidak jadi melamarnya. Bagaimana jika seperti itu? Dia tidak akan dapat apa-apa nanti.
"Bisakah kukatakan aku tunangannya? Anggap saja seperti itu." Jungkook menunjukkan tangannya yang menggenggam tangan Tzuyu. "Kau percaya?"
"Tidak," jawab pria itu sembari melepas genggaman tangannya.
"Pria bodoh. Bagaimana bisa dia bintang biduk si keberuntungan untuk alam semesta?" gumam Tzuyu dalam hatinya. Andai dia tak ingat pria itu yang memudahkannya tetap berada di antara manusia tanpa kehabisan energi, mungkin dia sudah mengumpatinya. Namun, dia yakin dengan begitu Jungkook malah semakin sulit untuk diluluhkan.
Tzuyu sungguh tak bisa melawan. Energinya mulai tersedot karena ada sesuatu di gelang yang digunakan gumiho itu. Semua penjaga di negeri Gu memang memakainya karena itu bisa memudahkan mereka menangkap gumiho-gumiho nakal yang melanggar aturan selama berada di dunia manusia untuk menuntaskan urusan mereka.
"Baiklah, begini saja. Kita suit. Jika aku menang, kau tidak bisa membawanya."
Tzuyu sungguh frustrasi mendengarnya. Apa dia malah dijadikan taruhan dengan cara yang sangat aneh pula. Apa harga dirinya setara dengan suit yang hanya punya 3 pilihan? Setidaknya pria itu harus memilih permainan lain yang lebih rumit seperti Go misalkan.
"Jika aku menang?"
"Kau ...." Jungkook mencoba berpikir syarat apa yang mungkin bisa membebaskan Tzuyu. "Kau harus menyerahkannya padaku."
"Aku tidak bodoh, Bung. Itu sama saja."
"Begini, dengarkan aku. Yang pertama adalah larangan, sementara yang kedua adalah perintah. Itu berbeda."
"Astaga, bagaimana bisa aku terjebak diantara 2 orang gila seperti mereka?" gumam Tzuyu dalam hatinya. Andai gumiho itu tak melemahkan energinya, mungkin dia sudah bisa kabur alih-alih melihat interaksi bodoh kedua pria itu.
***
"Bagaimana? Aku keren 'kan?" Pria itu menggenggam tangan Tzuyu, berjalan ringan sebagai cerminan rasa bangga dalam dirinya.
Tzuyu terus menggerutu dalam hatinya. Bagaimana bisa pria itu bangga dengan kebodohannya? Hampir satu jam mereka di sana hanya karena suit yang seolah tak ada akhirnya. Jungkook terus menambah skor syarat kemenangan karena tak kunjung menang padahal sudah bertindak licik.
Suara perut keroncongan yang berasal dari Tzuyu membuat Jungkook menoleh.
"Kau ... Belum makan?"
"Energiku habis, sudah jelas aku akan sangat lapar meski sekarang aku sedang mengambil energi darimu," gumam Tzuyu dalam hatinya. Dia tak mengambil terlalu banyak karena akan sangat merepotkan jika Jungkook tiba-tiba tertidur.
Jungkook menguap, membuat Tzuyu segera melepas genggaman tangan mereka. Rasanya sudah cukup. Sudah hampir 5 menit mereka berpegangan tangan.
"Sepertinya ... Pria itu tidak akan melihat kita lagi."
"Ah ... Begitu? Ah ya, apa yang harus kita makan?" Jungkook mengedarkan pandangan ke barisan toko-toko yang ada di sana. Malam-malam seperti ini memang semakin ramai. Apalagi karena ada food truck.
"Aku ingin seafood. Pakaianku cocok untuk itu." Tzuyu melangkah ke arah kiri. Dia tahu ada salah satu restoran seafood di sekitar sana. Namun, Jungkook malah dengan berani menarik tangannya untuk ke arah kanan setelah melihat sebuah foodtruck yang menjual toppoki.
"Lebih baik toppoki."
"Arasseo, karena kau menyelamatkanku, aku akan mengikuti keinginanmu. Tapi ... Lepaskan tanganmu itu," ujar Tzuyu sembari menarik bagian lengan sweater yang Jungkook kenakan seperti membawa sesuatu yang menjijikan. Bahkan, dia sampai menepuk-nepuk telapak tangannya sebagai penutupan.
"Kau pasti belum pernah mencobanya. Aku sering memakannya saat kuliah karena aku belum mempunyai banyak uang seperti sekarang."
"Ah ... Karena aku melamarmu sekarang kau jadi sangat ingin menceritakan kisahmu? Baiklah, akan kudengarkan jika kau mau menerima lamarannya."
"Aku sudah mengatakannya 'kan? Aku tidak akan menikah."
"Tatapannya jelas mengatakan dia jujur. Apa yang membuatnya mengatakan itu?" gumam Tzuyu dalam hatinya. Dia pikir Jungkook hanya tak mau menikah dengannya.
*****
Cape deh sama Jungkook😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch
Fanfiction"Kau yakin bisa mencintaiku? Aku bisa membunuhmu kapan pun aku mau." Kisah seorang gumiho penuh dendam, Chou Tzuyu yang hidup demi menunggu orang yang telah membantai habis keluarganya. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan Jeon Jungkook, pria pem...