"Apa sudah selesai?"
Sejin dengan pakaian serba putihnya, mengangguk. Dia baru saja pulang dari rumah Jungkook dan memastikan ingatan pria itu soal mimpi terhapus. Akan sangat membingungkan jika ingatannya masih ada. "Kau pulihkan saja dulu di sini. Aku sudah mengurusnya."
"Terima kasih banyak." Tzuyu kemudian menunduk, menatap jari-jarinya yang kini dia mainkan. Dia masih bertanya-tanya mengapa Jungkook ada dalam ingatannya? Dia tak bisa memastikannya karena sedang dalam pengaruh sihir gumiho hitam. Apalagi, ingatannya memang perlahan terhapus karena perjanjiannya dengan Mago. Namun, dia bisa memastikan pria tanpa wajah itu memang benar-benar kekasihnya dahulu.
"Apa ada hal lain yang perlu kulakukan?"
"Apa gumiho hitam bisa memanipulasi ingatan seseorang? Aku sedikit penasaran soal itu."
Sejin menarik kursi kemudian duduk. "Sebagian besar memang punya kemampuan itu. Waeyo? Apa kau melihat sesuatu dalam ingatanmu? Apa soal pembunuhnya?"
Tzuyu menggeleng. "Bintang biduk. Dia ada dalam ingatan masa laluku."
Sejin memang bukan yang bertugas di bagian kriminal. Namun, dari yang dia tahu, gumiho hitam memang punya kemampuan tersebut. Dari kasus yang dialami Tzuyu, bisa iya juga bisa tidak. Apalagi, Tzuyu memang perlahan kehilangan ingatannya dari masa lalu. Jadi memang sulit untuk dipastikan.
"Aku akan menganggapnya sebagai pengaruh sihir. Terima kasih karena sudah membantuku untuk menghapus ingatan Jungkook-ssi." Gadis berbalut pakaian rumah sakit itu tersenyum. Dia ingin menganggapnya seperti itu. Namun, entah mengapa hatinya malah tak terima jika semua itu hanya ilusi. Mungkin karena ciuman mereka di sana. Itupun karena Tzuyu terpaksa agar Jungkook tak melihat dirinya sendiri ada di dalam ingatannya. Hingga secara tak sengaja, itu malah membuat mereka bisa keluar dari jebakan ingatan yang dibuat gumiho hitam.
"Aku harus segera pergi. Negeri Gu sudah memanggilku. Jika ada gumiho hitam, kau harus memanggilku, jangan gegabah dengan melawannya sendiri lagi."
"Iya iya, kalian berdua sangat cerewet," ujar Tzuyu diakhiri kekehan. Padahal, dia bisa pulih dengan cepat. Apalagi, jika dibantu oleh Jungkook. Namun, karena mereka sama-sama baru keluar dari ingatan Tzuyu, dia jadi takut itu malah membunuh Jungkook. Makanya, dia akan memulihkan diri layaknya manusia biasa.
Tzuyu tinggal sendirian, dalam ruangan yang merupakan kamar VIP itu. Banyak buket bunga tersimpan rapi di meja, menandakan jika banyak orang yang menjenguknya.
"Kupikir tidak akan ada yang peduli." Tzuyu turun dari ranjang, berjalan menuju meja itu untuk membaca satu persatu surat yang ada. Dia tersenyum kala mendapati surat manis yang dituliskan oleh karyawan-karyawannya. Juga dari pemilik kedai.
"Dia selalu salah eja," gumam Tzuyu kemudian meletakkan surat yang ditulis oleh pemilik kedai hotpot. Kesalahan itu benar-benar lucu, membuat Tzuyu tak bisa lagi menahan tawanya.
Senyumnya pudar kala pintu kamar itu dibuka seseorang. Tzuyu segera mengerutkan dahi kala seorang pria dengan kaus putih yang dibalut jaket hijau army, menghampiri kemudian memeluknya. Padahal Sejin bilang sudah mengurus Jungkook. Lalu apa yang terjadi sekarang?
"Kau baik-baik saja 'kan? Seseorang mengubungiku dan bilang kau koma."
"Pertama ... Lepaskan dulu." Tzuyu mencoba melepas pelukan erat yang diberikan Jungkook. Hingga akhirnya dia sangat terpaksa menendang kaki pria itu dan membuatnya meringis.
"Astaga, sebelumnya kau berusaha keras agar aku menerima lamaranmu. Lalu kenapa belakangan kau benar-benar dingin? Kau ... Sedang datang bulan?"
Sungguh, Tzuyu sangat ingin membuat pria itu pingsan. Namun, nampaknya itu sudah tak lagi berpengaruh. Bahkan meski Jungkook memeluknya, pria itu tak mudah pingsan. Apa kekuatannya meningkat karena ramuannya? Rasanya sangat tidak masuk akal.
"Itu salahmu yang tidak mendengarkanku," jawabnya kemudian melangkah menuju sofa. Tentu saja rasa tidak terima Jungkook, membuat pria itu mengekorinya dan duduk di sampingnya
"Justru salahmu karena memakai pemikat. Apa kau terlalu putus asa karena ingin menikah denganku? Aku tahu aku tampan dan mapan, tapi itu cara yang salah." Jungkook tersenyum sembari bersandar pada sofa dengan tangannya untuk menghadap Tzuyu. "Tzuyu, jika kau melakukannya pelan-pelan, mungkin aku juga akan jatuh cinta."
"Baiklah, kalau begitu, kita menikah besok. Bagaimana?" tantang Tzuyu yang tentu saja membuat Jungkook terkejut. Dia pikir Tzuyu akan terintimidasi jika dia mengatakannya. "Biar aku mengatakan yang sejujurnya. Aku mengajakmu menikah karena satu alasan yang tidak bisa kusebutkan."
"Bukan karena kau jatuh cinta pada pandangan pertama atau sebagainya?"
Tzuyu berdecih. Apa semua orang memang terobsesi dengan kata itu? Tzuyu hanya menjalin hubungan, mengambil energi pria-pria itu, lalu mencari yang baru. Dia tidak suka jatuh cinta. Apalagi, gumiho memang hanya jatuh cinta satu kali. Artinya dia sudah tak punya kesempatan untuk jatuh cinta lagi. "Tentu saja untuk perusahaan. Jika kita menikah, kita akan sama-sama diuntungkan."
"Rasanya sakit, Tzuyu." Jungkook memegang dadanya kala rasa sesak itu mulai terasa. Itu karena bunga pemikat yang salah Tzuyu masukkan tentunya. Padahal Jungkook juga tak mau jatuh cinta. Baginya, hubungan itu terlalu rumit. Namun, Tzuyu bisa membalikkan keadaan dalam sekejap. "Apa kau tidak bisa memikirkan perasaanku? Tapi ... Jangan salah paham. Ini karena pemikat yang kau gunakan."
"Lebih baik kau memang tidak jatuh cinta padaku." Tzuyu teringat soal ingatannya itu. Sungguh, dia merasa heran saat otak dan hatinya benar-benar berlawan dalam merespon. Otaknya percaya itu hanya ilusi sihir gumiho hitam, sementara hatinya menolak keras kepercayaan yang dibuat otaknya.
Tzuyu terkejut saat Jungkook menariknya hingga kini jarak mereka benar-benar dekat.
"Lalu kenapa kau menggunakan pemikat? Meski ini perasaan yang semu, mungkin lama-lama akan membuatku terbiasa."
Tatapan mereka beradu. Keduanya sama-sama terdiam, menikmati rasa melalui tatapan mereka. Jungkook yang menatap tatapan kacau Tzuyu, serta Tzuyu yang mendapat tatapan rapuh pria itu.
"Sial, apa aku memang berharap Jungkook yang ada dalam ingatan masa laluku?" gumam Tzuyu dalam hatinya. Dia benar-benar tak mau terpengaruh sihir itu, atau Jungkook bisa saja mati. Jungkook harus bersama seseorang yang benang merahnya terhubung dengannya.
"Kalau begitu, kau harus melawan perasaan itu agar kau tidak terbiasa. Mudah 'kan?" Tzuyu mendorong pria itu kemudian melangkah menuju ranjang. Lebih baik dia tidur daripada meladeni Jungkook. Dia bahkan memilih memunggungi pria itu agar tak diajak bicara lagi.
"Aku takut perlahan menjadi egois seperti yang biasanya kulakukan lalu membuatmu mati karena tak mengizinkanmu bersama seseorang yang merupakan benang merahmu," gumam Tzuyu dalam hatinya. Untuk kali pertama, dia tak lagi berambisi membuat Jungkook jatuh cinta padanya dan membiarkannya. Ini juga demi kebaikannya agar tetap dapat energi tanpa berburu.
"Bagaimana jika kau adalah benang merahnya? Hanya dewa yang bisa melihat itu. Apa kau memang sudah memastikan bukan kau orangnya?"
Tzuyu membulatkan mata kemudian terduduk dan menatap pria itu. "K-kau ...."
"Aku mendengarnya." Jungkook menutup mulutnya tak percaya. "Woah ... Daebak! Apa aku benar-benar mendengarnya?"
"Apa ingatannya benar-benar dihapus Sejin?" gumam Tzuyu dalam hati. Dia heran dengan peningkatan Jungkook yang bisa dibilang tak masuk akal. Pria itu tak dilatih. Bahkan tak tahu siapa dirinya dan apa kekuatannya. "Apa ini ulah Mago?"
*****
12 Sep 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch
Fanfiction"Kau yakin bisa mencintaiku? Aku bisa membunuhmu kapan pun aku mau." Kisah seorang gumiho penuh dendam, Chou Tzuyu yang hidup demi menunggu orang yang telah membantai habis keluarganya. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan Jeon Jungkook, pria pem...