"Dia hanya berusaha untuk melindungi seseorang yang dia cintai."
Jawaban demi jawaban yang Tzuyu dengar benar-benar jauh dari ekspektasi. Dia sungguh ingin memukulnya jika tak ingat bahwa Mago kedudukannya benar-benar tinggi. Dia sungguh kesal.
"Bukan itu jawaban yang kuinginkan."
"Lantas jawaban seperti apa? Dia mencintaimu dan kemampuannya meningkat karena kau berada dalam bahaya." Wanita itu tersenyum. "Jawabannya sesederhana itu."
Tzuyu menghela napas. Dia sangat ingin menanyakan soal benang merah juga. Namun, itu malah akan membuatnya dimarahi. Jadi, dia memilih untuk mencarinya sendiri. Katanya, ada buku berisi nama-nama serta nasib mereka. Mungkin, Tzuyu akan menemukan jawabannya di sana.
"Baiklah, terima kasih." Gadis dengan balutan pakaian pasien itu membungkukan tubuh sebelum akhirnya melakukan teleportasi. Nampaknya memang sia-sia jika dia bertanya pada mereka.
"Kamchagiya." Tzuyu berdecak kala pria itu berdiri di hadapannya sembari tersenyum. Beruntung Tzuyu berteleportasi ke kamar mandi. Jika tidak, Jungkook bisa saja pingsan melihatnya. "Apa kau sudah kebanyakan uang sampai menemaniku di sini?"
"Tidak boleh? Pria spesial ini harus selalu ada di sampingmu. Benar 'kan?" Pria dengan balutan jaket hitam itu menarik tangan Tzuyu untuk duduk di sofa. "Cha, agar kau bisa secepatnya pulang, makanlah."
Beberapa jenis makanan sehat tersaji di sana. Dari mulai bubur abalone sampai sup ayam. Bahkan, Tzuyu tak bisa bayangkan akan sekenyang apa perutnya jika memakan semua hidangan yang sepertinya memang dibuatkan oleh Jungkook.
"Kau bisa memilih salah satu jika tidak bisa menghabiskan semuanya."
"Berhenti membaca pikiranku."
"Shireo." Pria itu mengakhiri kalimatnya dengan juluran lidahnya. Menyebalkan, bukan?
"Siapa sangka pria yang terus menolakku bahkan mengajukan syarat perpindahan nama perusahaan, kini terus menghujaniku dengan cinta palsu," gumamnya kemudian memasukkan sesendok bubur ke mulut.
"Tapi ... Apa aku manusia super? Aku bisa membaca pikiranmu."
"Kau bisa menganggapnya begitu jika mau. Tapi ... Berhentilah membaca pikiranku atau akan kubuat kau tidak bisa menemuiku." Tzuyu kembali mengisi mulutnya setelah kosong. Jika begini, dia harus benar-benar hati-hati jika berada di dekat Jungkook. Pria itu akan dengan mudah membaca pikirannya dan bisa-bisa dia semakin percaya diri nantinya.
"Tidak mau, kenapa aku harus mendengarkanmu? Kau saja tidak mau mendengarkanku dan terus menyakitiku dengan berbagai hal yang kau katakan. Jadi, kita impas." Jungkook meraih sendok kemudian mulai makan bersama Tzuyu. Hari ini seharusnya dia memang ke kantor untuk meeting penting. Namun, karena Tzuyu masih belum pulang dari rumah sakit, dia meminta Taehyun mewakilinya. Lagi.
"Saat keluar dari sini, ayo makan jajangmyeon di kedai favoritmu, atau ... Kau ingin makan yang lain?"
"Tidak, aku akan makan sendiri," jawab Tzuyu diakhiri juluran lidah sebagai ledekan. Dia benar-benar puas bisa membalas pria pemilik bintang biduk itu. "Karena kita berdua harus melawan pemikat itu, kita harus semakin jarang bertemu."
"Waeyo?"
"Kau bisa mencari gadis lain lewat aplikasi kencan." Tzuyu mengerutkan dahi kala pria itu tiba-tiba menyentuh tangannya kemudian menatapnya dengan begitu hangat. Bahkan senyum itu. Astaga! Siapa yang tak meleleh?
"Hatimu mengatakan yang sebaliknya. Ayo berkencan selama 3 bulan. Jika kita cocok, kau harus setuju untuk menikah karena aku menerima lamarannmu." Jungkook tersenyum kemudian kembali menyantap sarapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch
Fanfiction"Kau yakin bisa mencintaiku? Aku bisa membunuhmu kapan pun aku mau." Kisah seorang gumiho penuh dendam, Chou Tzuyu yang hidup demi menunggu orang yang telah membantai habis keluarganya. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan Jeon Jungkook, pria pem...