Jungkook mendongak setelah darah menetes dari hidungnya. Dia masih bertanya-tanya mengapa mimpi ini terasa sangat nyata? Bahkan dirinya bisa mengendalikan sepenuhnya apa pun yang dia inginkan. Rasanya tentu benar-benar aneh. Apalagi, dia bisa merasa sakit seolah sedang tidak berada dalam alam mimpi.
"Kau baik-baik saja?"
Jungkook yang kini tengah mendongak, segera menggeleng hingga rambutnya juga ikut bergerak ke kanan dan kiri. Pria itu masih berbalut hanbok yang tadi mereka gunakan untuk menyamar. Mereka duduk di undak yang berada tepat di depan sebuah rumah untuk beristirahat. Apalagi, berada terlalu lama di sana juga membuat Jungkook semakin lemah.
"Jalan keluarnya ada padamu."
"Aku?" Jungkook menunjuk dirinya sendiri. Dengan tangan yang masih memegang hidung dan memastikan darahnya tak menetes, Jungkook menatap gadis itu bingung. "Bagaimana caranya?"
"Aku juga tidak tahu," jawab Tzuyu sembari mengedarkan pandangan dan memastikan tabir itu tak mendekat ke arah mereka. Namun, dilihat dari bagaimana tabir itu tak mengalami pergerakan, dia yakin dirinya di masa lalu memang ada di sekitar sana. "Apa jalan keluarnya ada di taman itu? Bagaimana kau bisa ke sini?"
"Aku?"
"Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba aku ada di sini," ujar Jungkook sembari menyeka darah yang masih saja menetes dari hidungnya. "Aku bahkan tidak bisa bangun meski berusaha."
"Kita harus segera keluar dari sini atau kita akan mati."
"Mati?" tanya Jungkook dengan nada yang meninggi. Bahkan pria itu sampai berdiri karena terkejut.
"Duduklah, duduk." Tzuyu menarik pria itu untuk kembali duduk. Dia bahkan tak punya petunjuk apa pun untuk keluar dari sana. Namun, dia punya harapan karena Jungkook ada bersamanya. Pemilik bintang biduk sudah pasti bisa mengendalikan semua elemen semesta. Jadi, dapat dipastikan Jungkook juga bisa membantunya.
"Kau bilang kita akan mati."
"Tidak jika kau menemukan jalan keluarnya." Tzuyu membuka hanbok yang membalut tubuh pria itu kemudian menarik sedikit bagian kerah sweater yang digunakan pria itu untuk melihat bagian bahu kiri Jungkook.
"A-apa yang kau lakukan."
"Benar ternyata," gumam Tzuyu setelah melihat titik-titik hitam dengan bentuk bintang biduk ada di sana. Sekarang hanya perlu mencari tahu apa yang perlu mereka lakukan untuk bisa keluar dari sana.
Kali ini Tzuyu berganti pada tangan Jungkook. Dia sama sekali tak menemukan sesuatu yang aneh di sana. Kemudian, dia meletakkan tangan kanan pria itu di bahu kiri untuk tahu apa itu akan bekerja?
Jungkook memutar malas matanya. Apa yang kini Tzuyu lakukan? "Kau menggunakan mantra pemikat lagi?"
"Diamlah, aku sedang mencoba mencari jalan keluarnya." Tzuyu berdecak saat tak ada tanda apa pun untuk mereka bisa keluar. Benar-benar membuatnya frustrasi. "Bagaimana ini? Aku benar-benar tak mau mati sekarang."
"Aku juga tidak mau," sahut Jungkook sembari membenarkan kembali hanbok yang tadi dilepas Tzuyu. "Tunggu, jadi ini bukan mimpi?"
"Sudahlah, aku tidak mau membuang energiku untuk menjelaskannya. Intinya kita berdua harus segera keluar dari sini," ujar Tzuyu kemudian mengacak rambutnya. Dia merasa akan lebih baik dirinya yang terjebak sendirian dibanding berdua bersama Jungkook seperti sekarang. Dia malah semakin stres.
"Bagaimana caranya?"
Tzuyu mengembuskan napas, tersenyum hingga membuat Jungkook bergidik.
"A-ah ... Kau belum menemukan caranya." Jungkook terdiam, mencoba membantu gadis itu untuk menemukan jalan keluar. Masalahnya, dia juga terancam takkan bisa keluar dari sana dan mati. Tentu saja dia tak mau.
"Woah ...." Tzuyu segera menutup mulut Jungkook kala dirinya di masa lalu, keluar dari rumah yang ada di seberang mereka. Mereka masih terlihat, jadi akan lebih baik jika dirinya di masa lalu tak menyadari kehadiran mereka. Kelihatannya, dia juga sedang melamun. "Aku melihatnya di mimpiku. Kau dengan jepit itu."
Tzuyu mengerutkan dahi. "Kau masuk ingatanku bahkan sebelum ini?"
"Ingatan?"
"Kita sedang dalam ingatanku sekarang. Melihat kau sebelumnya bisa kembali, seharusnya sekarang juga kau bisa."
Jungkook mencoba mengingat. Saat itu dia juga tak tahu bagaimana bisa kembali. Yang jelas, dirinya melihat Tzuyu dengan jepit rambut yang sama. "Daebak! Aku ada dalam ingatanmu?"
Jungkook hampir tersungkur saat Tzuyu memukul kepalanya. Gadis itu nampaknya sangat puas karena pada akhirnya bisa melampiaskan rasa kesal itu.
"Sakit, Tzuyu."
"Makanya jangan menyebalkan. Tanganku melayang sendiri jadinya. Jadi ... Bagaimana kau ingat caranya keluar dari sini?"
Jungkook menghela napas. Saat itu rasanya seperti mimpi biasa. Dia bisa bangun begitu saja tanpa memikirkan jalan keluar seperti saat ini. Sekarang juga tubuhnya sedang tertidur. "Seharusnya kau yang tahu jalan keluarnya."
"Jika aku tahu jalan keluarnya, aku juga sudah keluar dari tadi. Aku bersumpah akan meninggalkanmu di sini saat tahu jalan keluarnya." Tzuyu beranjak, memilih untuk kembali mengekori dirinya di masa lalu.
"Astaga, dia menggemaskan." Jungkook tersenyum kemudian ikut beranjak. "Tzuyu-ssi, tunggu aku ...." Jungkook yang kini berbalut hanbok hijau, tentu berlari dengan anggun sembari memegang kedua sisi roknya.
"Orang gila," gumam Tzuyu.
Mereka mengekori Tzuyu masa lalu yang berjalan sangat terburu-buru. Sesekali gadis itu juga menoleh ke kanan dan diri, membuat Tzuyu harus bersembunyi agar tak ketahuan. Lagi-lagi, mereka melewati pasar yang memaksa Tzuyu harus kembali menutupi wajah dengan mantel yang biasa dipakai para bangsawan untuk menutup wajahnya.
"Arah ladang? Ini waktu yang tepat sepertinya," gumam Tzuyu dalam hatinya. Dia benar-benar antusias sebab kemungkinan terbesarnya, dia bisa segera keluar dari jerat ingatan yang bahkan dia lupakan itu.
"Astaga, dia mau ke mana?" Kepalanya terasa agak sakit. Dia pikir itu karena mimisannya tadi. Namun, dia tak bisa kehilangan Tzuyu. Dia harus tetap bersama gadis itu. Sangat menyeramkan jika dia harus mati sekarang 'kan? Sia-sia pria tampan, mapan nan rupawan harus mati muda tanpa memanfaatkan segala kelebihannya.
"Tzuyu, tunggu aku!" Jungkook mengenakan suara wanita untuk memanggil gadis itu agar tak semakin jauh darinya. Dia menambah kecepatan berlarinya agar tak semakin tertinggal dan beruntung, tenaganya masih ada meski kepalanya benar-benar sakit.
"Woah ... Daebak!" Jungkook kagum dengan bunga beragam warna yang dia lihat di sana. Seperti hamparan permadani yang cantik. "Tzuyu, aku tidak menyangka akan ada taman secantik ini di ingatanmu."
"Diamlah," ujar Tzuyu sembari mengintip di balik pohon. Lagi. Pria berpakaian prajurit ada di sana, menemani Tzuyu masa lalu bermain dengan sebuah ayunan. Namun, dia tak cukup kesulitan melihat wajah pria itu.
"Ayolah, Tzuyu, kau harus ingat siapa pria itu," gumam Tzuyu dalam hatinya. Hingga kemudian matanya membulat sempurna saat perlahan wajah datar milik pria prajurit itu berubah menjadi wajah Jungkook. Entah ini hanya ilusi atau bukan. Yang pasti, dia tak ingin Jungkook tahu soal ini.
Jungkook membulatkan mata kala Tzuyu menariknya dan membuat bibir mereka kini bertemu. Satu hal yang kemudian membuatnya lebih terkejut adalah saat Tzuyu mulai menuntunnya untuk lebih menikmati rasa manis yang perlahan terasa. Bahkan, Jungkook mulai terbuai dengan lumatan lembut yang dilakukan Tzuyu.
"Kenapa Jungkook-ssi ada di ingatanku? Apa ini hanya ilusi karena pengaruh sihir gumiho hitam?"
*****
11 Sep 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch
Fanfiction"Kau yakin bisa mencintaiku? Aku bisa membunuhmu kapan pun aku mau." Kisah seorang gumiho penuh dendam, Chou Tzuyu yang hidup demi menunggu orang yang telah membantai habis keluarganya. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan Jeon Jungkook, pria pem...