"Astaga." Jungkook panik kala mendapati dirinya terbangun dengan tubuh yang hanya terlapisi selimut. Matanya langsung tertuju pada Tzuyu yang kini dengan tenang membaca majalah dengan handuk yang membalut tubuhnya. "K-kau ...."
Tzuyu menutup majalah itu. "Tuan Jeon, kau yang melepas pakaianmu sendiri. Ah ya ... Karena kau muntah di bajuku, aku tidak mau memakainya lagi. Jadi ... Belikan yang baru agar aku bisa keluar sendiri." Gadis itu kembali membuka majalahnya diiringi gerutuan.
"Jika dipikir-pikir, dia malah lebih merepotkan dibanding membantuku."
"Kau serius?"
Tzuyu memutar malas matanya, beranjak setelah meletakkan majalah itu di atas meja. Dia berdiri di depan ranjang dengan kedua tangan dilipat. "Reaksimu mengatakan kau tidak pernah melakukannya. Catat ini. Kita tidak melakukan apa-apa semalam."
"K-kenapa kau bisa yakin?" Pria itu malah terlihat seperti seorang gadis yang baru saja dinodai seseorang. Apalagi dengan raut paniknya itu. Bukankah seharusnya dia yang seperti itu?
"Karena aku tidak mabuk sama sekali. Lain kali jangan merepotkan orang dengan mabuk begitu. Kau tahu bagaimana aku harus membawamu kemari? Lalu setelah membawamu kau malah mengotori pakaianku. Kau tidak tahu caranya balas budi?" Tzuyu bukan kesal karena tuduhan Jungkook. Dia lebih kesal karena pakaian mahalnya harus terkena muntah. Dia benar-benar tak mengerti mengapa 2 teguk saja membuat pria itu benar-benar tak terkendali? Padahal kadar alkoholnya cukup rendah.
Tzuyu memicingkan mata sembari menghampiri pria itu. "Kau ... Belum pernah melakukannya 'kan?"
Jungkook benar-benar kehabisan kata-kata. Meski kenyataannya memang seperti itu. Namun, harga dirinya benar-benar terluka karena Tzuyu menanyakannya. Apa itu sangat penting?
"Wah ... Sepertinya desas-desus soal kepribadianmu benar." Tzuyu berdecak beberapa kali. Dia tak percaya jika bintang biduk seperti ini. Dia sudah membayangkan akan sekeren apa bintang biduk membantunya mendapat energi juga menyelesaikan dendamnya.
"Aku masih normal."
"Ah ... Begitu? Baiklah, anggap aku percaya. Sekarang belikan pakaian lain untukku. Aku tidak mungkin keluar hanya menggunakan handuk ini."
Jungkook meraih ponselnya, mencari nomor Taehyun kemudian menghubunginya. Matanya masih tak bisa lepas dari gadis yang berdiri di hadapannya. 2 kali. 2 kali dia merasa benar-benar malu di hadapan Tzuyu. Apa dia harus mabuk lagi sekarang? Ah, sepertinya itu bukan pilihan tepat.
***
Raut gadis yang kini mengaduk sup pereda pengar itu jelas menunjukkan suasana hatinya yang kurang baik. Bahkan dia terus menggerutu karena ulah Jungkook.
"Kau kesal? Aku sudah mengganti pakaianmu dengan yang baru."
Jungkook terkejut saat gadis dengan balutan pakaian yang benar-benar tak senada. Atasan kemeja kuning dan celana berwarna merah. Tentu saja membuat Tzuyu yang sangat memerhatikan penampilan, benar-benar kesal dibuatnya. Andai saja dia bisa memakai handuk hotel itu, mungkin dia akan memilih memakainya saja dibanding pakaian sekarang. Warnanya sangat bertabrakan.
"W-wae?"
"Aish, bahkan aku tidak bisa marah karena sudah terlampau kesal." Tzuyu memilih menyantap sup itu dengan harapan suasana hatinya bisa membaik. Namun, dia malah semakin kesal karena supnya sudah agak dingin. Dia fokus pada rasa kesalnya sampai lupa supnya mendingin.
Melihat Tzuyu memilih tak menyantapnya, Jungkook segera mengangkat tangan dan membuat pemilik kedai itu menghampiri.
"Aku ingin satu mangkuk lagi."
"Baiklah, akan segera dibuatkan."
"Terima kasih." Jungkook melirik Tzuyu yang kini melipat kedua tangan sembari menatap ke arah jendela. Jungkook sangat tahu selera Tzuyu dalam urusan fashion. Namun, karena kesal gadis itu sempat meremehkannya, dia jadi punya pikiran untuk sedikit usil. Makanya, meski Tzuyu menyebutkan beberapa jenis pakaian yang dia inginkan, Jungkook diam-diam mengirim pesan agar Taehyun membeli pakaian seadanya.
"Sial!" Tzuyu segera menyembunyikan diri kala melihat satu gumiho dari negeri Gu ada di sana. Untung dia bisa langsung sadar. Jika tidak, dia malah akan tertangkap untuk kedua kalinya. Sangat menyebalkan, bukan?
"Kau baik-baik saja?" Jungkook melirik ke arah jendela besar yang tepat ada di samping mereka. Seorang pria yang pernah terlihat berkencan dengan Tzuyu ada di sana. Pria itu berdiri di sana, melihat sekitar seperti mencari sesuatu. Memahami situasinya, Jungkook melepas jas yang dia gunakan kemudian memberikannya pada Tzuyu. "Kau aman jika seperti itu. Aku akan memberitahumu jika dia sudah pergi."
***
Jungkook segera terbangun. Dia kemudian meregangkan otot-otot tubuhnya. Entah kapan dan bagaimana dirinya bisa tertidur. Yang jelas, sekarang dia mulai kebingungan. Bagaimana tidak? Tzuyu tiba-tiba saja muncul dalam mimpinya.
"Astaga, Jungkook, dia bilang tidak ada yang terjadi." Pria itu memukul-mukul kepalanya. Tidak. Tolong jangan berpikiran buruk. Dia tak memimpikan hal aneh dengan Tzuyu. Dia hanya memimpikan Tzuyu yang tersenyum dengan sangat lebar. Namun, dia hanya ingat bagian itu. Sisanya sangat samar.
"Apa aku mulai memikirkan ajakan menikahnya? Astaga, aku tidak akan membiarkannya terjadi." Jungkook menghela napas. Baginya hubungan sepasang manusia adalah hal yang paling rumit. Mereka akan bertengkar, berbaikan, lalu bertengkar lagi. Mungkin ... Sejauh ini hanya Taehyun yang punya hubungan cukup dekat dengannya. Itu pun tak semua hal diketahui oleh sang asisten.
Suara notifikasi dari ponsel membuat atensi pria itu teralihkan. Dia segera meraih bends pipih itu.
Gadis gila
[Apa kau punya pengalaman mengurus makhluk kecil?]
[Aku butuh bantuan]Jungkook mengerutkan dahi sembari membaca ulang pesan itu. "Makhluk kecil? Maksudnya apa?"
Tzuyu benar-benar frustrasi saat ini. Dia kesal karena makhluk kecil itu terus menangis. Dia heran mengapa Hyunjoo bisa memilih berkencan dengan Sejin dari pada mengurus bayinya. "Jika mau melahirkan seharusnya dia bertanggung jawab. Bagaimana bisa aku yang bertanggung jawab seperti ini?"
Sudah berbagai cara Tzuyu lakukan. Hasilnya tetap sama. Bayi itu terus menangis hingga dia ingin ikut menangis.
"Kau tidak suka black card-nya? Ini akan menyelesaikan segala masalahmu saat dewasa, seharusnya kau suka," ujar Tzuyu. Andai dia gumiho putih, mungkin dia akan menggunakan sihir agar bayi itu tertidur.
"Apa yang kau inginkan?" Kesabarannya benar-benar sudah habis. Namun, dia malu jika harus melampiaskannya pada gumiho selemah bayi itu. Apa yang harus dia lakukan sekarang? "Apa aku perlu menggunakan bahasa bayi?"
Tzuyu meraih ponselnya, mencari aplikasi penerjemah bahasa bayi. Namun, tak ada aplikasi seperti yang dia inginkan. Hingga akhirnya dia membaca pesan dari Jungkook.
Makananku
[Makhluk kecil?]
[Apa yang kau maksud itu bayi?]"Selain lemah dia juga lamban. Astaga ... Benar-benar tidak terselamatkan. Para dewa sangat salah memilihnya sebagai bintang biduk," gumam Tzuyu sembari kembali mencoba menenangkan bayi itu. Apa pun caranya, dia harus membuat bayi itu tertidur.
"Aku tidak mau memilikinya. Makhluk kecil merepotkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch
Fanfiction"Kau yakin bisa mencintaiku? Aku bisa membunuhmu kapan pun aku mau." Kisah seorang gumiho penuh dendam, Chou Tzuyu yang hidup demi menunggu orang yang telah membantai habis keluarganya. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan Jeon Jungkook, pria pem...