#28

62 15 27
                                    

"Apa?" Hyunjoo nampak benar-benar terkejut kala gadis berbalut gaun tidur berwarna putih itu menceritakan soal apa yang dia alami malam kemarin lusa. Dia sengaja menahannya karena yakin Hyunjoo akan sangat heboh jika tahu. "Jadi ...."

Tzuyu yang baru saja meneguk tetes terakhir air mineral dari cangkir merah mudanya, mengangguk. Dia menarik kursi, membuat Hyunjoo yang tengah menenangkan tangisan bayinya, ikut duduk karena rasa penasaran. "Eo. Dia pria yang pernah bersamaku sebelumnya."

"Wah ... Apa artinya kau semakin dekat dengan pembunuhnya? Aku yakin dia juga bereinkarnasi bersama orang-orang yang kau sayangi."

Gadis itu menghela napas. Jika memang iya, itu berarti semakin dekat pula perjanjiannya dengan Mago berakhir. Satu-satunya tugas yang dia miliki adalah mengembalikan apa yang seharusnya kembali. Mungkin itu adalah orang yang membunuh keluarganya.

"Apa dia tahu?"

"Dia sudah syok karena tahu aku bukan manusia." Tzuyu mengoleskan selai kacang pada keping roti yang akan dia makan. "Dia langsung kabur dan tidak menghubungiku setelahnya."

"Tapi ... Aku bicara dengan alam bawah sadarnya. Mungkin ... Dia akan menganggap itu sebagai mimpi."

"Tzuyu, kuharap kau secepatnya bisa membalaskan dendammu."

Tzuyu tersenyum kemudian menggigit roti yang sudah dia olesi selai. Dia juga berharap begitu dan pulang seperti yang seharusnya. Bukan hal mudah tetap hidup di saat jiwanya pergi bersama orang-orang yang dia cintai. Dia sempat berkali-kali berusaha mengakhiri hidup dan berakhir memilih bertahan hidup karena jika bukan dirinya, siapa lagi yang bisa membalaskan dendam itu? Tidak ada 'kan?

"Tzuyu, apa ...."

"Tidak. Aku sedang ingin bersantai. Jangan berikan Siwoo padaku," sela Tzuyu karena tahu apa yang akan dikatakan oleh Hyunjoo. Dia sangat yakin bahkan benar-benar yakin sang sahabat akan pergi menghabiskan waktu sendiri dan meninggalkan Siwoo bersamanya.

"Kau pasti akan mengerti jika sudah punya bayi."

"Aku tidak akan punya bayi. Untuk apa? Itu hanya menambah daftar masalah dalam hidupku saja. Aku akan menghabiskan waktu-waktu terakhirku dengan belanja, makan makanan yang enak, dan mengunjungi tempat bagus. Aku tidak akan memberikan waktuku pada bayi," ujar Tzuyu kemudian kembali menyantap roti itu. Kalaupun menikah, dia benar-benar takkan punya bayi. Mendengar tangisan Siwoo tiap malam saja sudah membuatnya stres dan kini matanya mulai terlihat menghitam karena begadang. Dia ingin meninggal dengan cantik.

"Tzuyu, ini soal keturunan."

"Aku akan menghentikan keturunanku sampai diriku."

"Lalu asetmu?"

Tzuyu terdiam sejenak. Benar juga. Akan pergi ke mana semua asetnya? Apa perlu dia bawa pergi? Tentu tidak mungkin. Petinya akan sangat sempit nanti. Apalagi, dia punya satu ruangan berisi emas batangan serta tumpukan uang. Bagaimana dia bisa membawanya dalam peti mati jika begitu. "Benar juga. Ah ... Akan kuberikan pada kesayanganku."

"Dia manusia, sudah pasti mati. Lalu siapa yang akan mendapatkannya?"

Tzuyu membayangkan bagaimana keluarga Jungkook yang memperlakukannya dengan cukup buruk. Dia segera menggeleng, menolak keras hasil jerih payahnya menghilang dan dikuasai mereka. Dia tak suka. "Tidak akan kubiarkan itu terjadi."

"Tzu ...." Hyunjoo menghela napas. Padahal dia ingin ke salon sebentar karena rambutnya agak rusak. Sekarang siapa yang akan menjaga bayinya? Dia tak bisa mempercayakannya pada siapa pun kecuali Tzuyu. Manusia biasa sebenarnya tidak apa-apa. Namun, rasanya aneh jika dia menanyakan soal tahun kelahirannya dulu agar energinya tak terserap sembarangan oleh Siwoo.

Don't TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang