"Apa yang kau lakukan?"
Suara itu membuat Tzuyu yang tengah memetik beberapa bunga di taman milik Mago, panik. Padahal ia sudah meminimalisir suara yang ada. Namun, tetap saja ketahuan. Ia lupa, Mago adalah tingkatan tertinggi. Bahkan di atas golongan putih atau dewi Gu sekali pun.
Gadis dengan gaun selutut berwarna kuning selutut itu berbalik. Ia tersenyum dan berharap Mago yang satu ini akan memaafkannya. Hanya Mago keberuntungan yang ramah, sisanya menyebalkan bagi Tzuyu. "Aku menyukai bunganya."
"Kali ini bukan karena kau ingin menangkap pria 'kan? Kau mengambil hampir semua jenis bunga yang ada di sini. Apa kau tahu? Ini ditanam oleh kebaikan manusia-manusia yang sudah tiada."
"Roh-roh agung, maafkan aku. Aku lapar jadi aku membutuhkannya." Tzuyu menyatukan kedua tangannya. Namun, ia melakukannya dengan tak serius. Bahkan, ia tersenyum dengan paksa. Buktinya ia langsung menghilangkan senyum itu begitu menatap Mago. "Aku sudah meminta izin. Jadi, aku boleh membawanya 'kan?"
Tzuyu membulatkan mata dengan mulut terbuka. Ia tak percaya Mago akan membawa beberapa bunga yang ia petik. Ah, bukan beberapa. Tapi hampir seluruhnya. Hanya tersisa 3 bunga di keranjang itu.
"Ah, wae? Aku memetiknya susah payah." Tzuyu mulai merengek. Namun, nampaknya ini tak membuat Mago merasa iba. Mago kesuburan memang musuh besar Tzuyu setelah Mago hubungan. Mereka sangat kejam dan dingin kecuali saat membutuhkan bantuannya.
Tzuyu berdecak saat Mago itu mengembalikan bunga-bunga yang tadi dipetiknya. "Apa gunanya membiarkan bunga-bunya itu? Nanti juga mati."
"Bunga-bunga di sini mewakili kasih sayang yang diberikan orang yang masih hidup pada mereka yang sudah tiada. Semakin kering bunganya, semakin hilang orang itu dari ingatan orang-orang yang masih hidup."
"Jika kau memetiknya, kau menghilangkan paksa mereka," lanjutnya. Wanita dengan pakaian serba hijau itu menghilang begitu saja, membuat Tzuyu menghela napas sebelum ikut berteleportasi menuju rumahnya.
"Bagaimana?"
Tzuyu hanya menunjukkan wajah murung sembari meletakkan keranjang berisi 3 bunga itu. "Aku ketahuan."
Hyunjoo mencoba menahan tawanya. Namun, ia segera diam kala Tzuyu memukul meja dan membuat meja itu retak. Tentu, Hyunjoo segera memegang kepalanya. "Astaga! Ini belum lunas."
"Nanti kuganti. Aku sedang sangat kesal." Tzuyu menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. "Ah, apa seluruh dunia sedang sangat menyebalkan? Eonni, ayo pergi ke taman bermain."
Tatapan sedih Hyunjoo berubah menjadi bola mata kuning yang berbinar. Ia bahkan sampai menjilat bibirnya, membayangkan bagaimana jika dirinya mendapatkan mangsa di sana.
"Baiklah ayo, aku akan berdandan dengan cantik."
"Aigo ...." Tzuyu berdecak beberapa kali kala Hyunjoo malah lebih antusias dibanding dirinya. "Benar, apa pun masalahnya, makanan adalah solusinya. Aku akan menyerap energi orang-orang di sana. Akan kupikirkan cara lain untuk mendekati bintang biduk nanti."
2 wanita yang melihat melalui sebuah kolam dari alam mereka, saling tatap.
"Apa ini tidak berbahaya?" tanya Mago kutukan yang kemudian mendapat anggukan dari Mago keberuntungan. "Lagi. Dia akan membuat ketidak seimbangan dunia. Kenapa kau malah membiarkannya tetap hidup?"
"Pada akhirnya sesuatu yang ditakdirkan pasti bertemu. Aku tidak membiarkannya hidup. Dia hidup karena tugasnya belum selesai."
"Tugas? Bukan karena dua memilih jadi gumiho untuk hidup lama?"
☀️☀️☀️
Dengan permen kapas di tangan, Tzuyu serta Hyunjoo tertawa. Tzuyu benar-benar puas dengan santapannya hari ini. Ia menyentuh banyak sekali pria hingga suasana hatinya kembali baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch
Fanfiction"Kau yakin bisa mencintaiku? Aku bisa membunuhmu kapan pun aku mau." Kisah seorang gumiho penuh dendam, Chou Tzuyu yang hidup demi menunggu orang yang telah membantai habis keluarganya. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan Jeon Jungkook, pria pem...