"Ini bonus karena kau sangat sering kemari." Wanita paruh baya berbalut celemek itu tersenyum kemudian meletakkan kudapan untuk Tzuyu secara gratis. Dia juga menyentuh bahu Tzuyu sebelum kembali melayani pelanggan yang berkunjung untuk mengobati rasa lapar mereka sepulang bekerja.
"Menyenangkan." Tzuyu tersenyum kemudian memasukkan acar lobak ke mulutnya. Dia memang senang melihat orang tuanya hidup dengan bahagia di kehidupannya sekarang. Namun, rasa marah itu tetap ada dalam diri Tzuyu. Dia tetap ingin membalaskan dendam itu. Setidaknya, untuk membalas rasa sakit yang diterima orang tuanya sebelum menutup mata.
"Aku suka saat kau tersenyum. Bisakah kau sedikit lebih hangat? Kau mendadak sedingin kutub." Pria itu tersenyum. Tentu saja dia mendengar isi hati Tzuyu soal membalaskan dendam. Mungkin inilah yang dimaksud wanita paruh baya yang menemuinya. Mengatakan jika Tzuyu bisa saja menghancurkan segalanya. "Apa karena kau balas dendam karena sebelumnya aku terus menolakmu? Jadi sekarang kau menolakku saat jelas-jelas kau menggunakan pemikat padaku. Kau benar-benar menyiksaku."
"Kau ... Membaca pikiranku?"
"Aniyo, aku tidak mendengarnya lagi," elak Jungkook kemudian kembali menyantap jajangmyeonnya yang masih utuh. Memang terdengar seperti omong kosong. Namun, dia benar-benar mendengarnya. Suara hati Tzuyu. Entah dia berada dalam negeri dongeng atau bukan. Rasanya memang sulit untuk dipercaya.
"Baguslah, mungkin itu hanya efek samping. Diamlah dan habiskan. Aku tidak suka jika seseorang menggangguku saat makan." Tzuyu ingin sekali mengatakan 'Eomma, ini aku, putrimu'. Namun, dia merasa itu akan terasa canggung dan aneh. Apalagi, mereka sudah pasti kehilangan ingatan mereka karena bereinkarnasi.
"Kau memikirkan sesuatu?"
"Aniyo." Tzuyu menyeka air matanya kemudian kembali menyantap jajangmyeonnya. Meski pakaiannya kali ini sangat tak cocok dengan makanan itu, dia sedang sangat merindukan kedua orang tuanya. Jadi, dia mampir ke kedai itu.
"Apa kau sangat bahagia hanya karena jajangmyeon? Cha." Jungkook memberikan tisu yang sudah dia lipat lebih dulu. "Lain kali kita harus membeli es krim sepertinya."
"Aku lebih suka barbekyu."
"Sebentar." Jungkook beranjak saat Taehyun menghubunginya. Dia yakin ada hal penting jika sang asisten menghubunginya di luar jam kerja.
"Ada apa? Apa terjadi kekacauan?"
"Aniyo ... Itu ...."
"Itu apa?"
Terdengar suara helaan napas dari sana, membuat Jungkook mengerutkan dahinya. "Apa masalahnya sangat serius?"
"Entah ini bisa dianggap serius atau tidak."
"Jangan bertele-tele."
"Dia ... Datang lagi," ujar Taehyun yang tentu saja membuat Jungkook membulatkan mata. "Aku tidak tahu apa tujuannya mendatangimu lagi, tapi dia sungguh-sungguh datang kemari."
"Bilang saja aku tidak bisa menemuinya."
"Dia membawa seorang anak bersamanya."
"Anak?" Jungkook membuat pengunjung lain menoleh kala dia meninggikan suara. Dia hanya terlalu terkejut dengan pernyataan yang diberikan oleh Taehyun. Masalahnya, gadis itu sudah meninggalkannya beberapa tahun lalu tepat di hari pernikahan mereka. Namun, kali ini malah membawa anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch
Fanfiction"Kau yakin bisa mencintaiku? Aku bisa membunuhmu kapan pun aku mau." Kisah seorang gumiho penuh dendam, Chou Tzuyu yang hidup demi menunggu orang yang telah membantai habis keluarganya. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan Jeon Jungkook, pria pem...