Padahal masih setengah hari, tapi dia merasa tenaganya sudah habis, karena kelasnya padat dari pagi sampai siang. Pindah dari kelas satu ke kelas yang lain sangat mengurasa tenaga, belum lagi harus berpikir. Otaknya diperas sampai pusing.
"Parah, anak teknik sama pertanian bentrok."
"Iya, banyak mobil hancur."
Kehebohan yang datang dari arah kanannya menarik atensi. Seungmin menoleh sebentar sebelum melanjutkan membaca bukunya. Teknik dan pertanian sudah terkenal tidak pernah akur, rasanya sudah hal umum bentrok terjadi.
"Pacarnya Seungmin ikut tadi."
Niatnya tidak ingin ikut campur. Namun saat namanya disebut Seungmin langsung menoleh untuk kedua kalinya. "Apa?" Tanyanya bingung.
"Tadi aku lihat ada pacarmu di sana."
Seungmin langsung menutup bukunya. "Di mana?" Tanyanya dengan nada datar.
Renjun, sahabat Seungmin, menahan lengan pemuda itu, sangat tahu sahabat sejak SMA-nya ini sedang emosi. Jadi, dia tanya lagi pada temannya hati-hati, "tawurannya di mana?"
"Di perbatasan dekat FIB itu," jawabnya.
Tanpa memberi tanggapan Seungmin bereskan barangnya dan pergi begitu saja. Diikuti Renjun dan Haechan dibelakangnya.
Saat sampai di sana, keributan sudah tidak ada. Tersisa kekacauan yang buat geleng kepala. Seungmin menahan amarahnya. Dia bisa lihat ada beberapa mobil yang rusak di parkiran depan FIB.
"Ck, anak-anak ini niat kuliah atau nggak sih," gerutunya marah.
"Coba telpon pacarmu," suruh Renjun. Dia dengan nyaman duduk diboncengan Haechan.
"Tanya posisinya di mana sekarang, Seung," tambah Haechan.
Sebenarnya di antara rasa kesal dan marah terselip kekhawatiran. Alis Seungmin nyaris bertaut saking dalamnya dahinya mengerut.
"Di mana?" Tanya Seungmin tanpa basa-basi begitu panggilannya tersambung. Haechan yang dengar hanya bisa tahan napas. Kalau sudah begitu, Seungmin pasti sedang marah besar.
Dari ujung telepon tidak ada jawaban, hanya ringisan. Amarahnya semakin menumpuk. Dia genggam erat ponselnya. "Lee Minho," panggilnya.
"Poliklinik."
Seungmin langsung matikan panggilannya dan kembali melajukan motornya menuju poliklinik. Sesampainya di sana ternyata ramai. Berapa banyak orang sebenarnya yang turut andil dalam kericuhan ini, batin Seungmin bertanya-tanya.
"Hancur, hancur," gumam Renjun saat dia lihat cukup banyak yang terluka. Dia pilih untuk menyeret langkah mengikuti Seungmin, takut pemuda itu kelepasan.
Saat melihat ke dalam ruangan pertama, mereka bisa lihat ada Minho di sana dengan wajah babak belur dan tangan yang di-gips. Dan bisa-bisanya dia masih melempar senyum tanpa dosa pada Seungmin. Baik Renjun maupun Haechan sama sekali tidak habis pikir. Agak lain memang pacar Seungmin ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM | 2MIN
FanfictionBanyak yang iri pada Minho. Iri karena seorang Minho yang biasa-biasa saja bisa pacaran dengan Seungmin, yang kata orang mirip pangeran negeri dongeng. Ganteng, baik hati, pintar, kaya, dan ganteng lagi, pokoknya ganteng terus. Dalam hati Minho men...