Setelah tahu fakta yang tidak dia sangka, Seungmin berakhir uring-uringan tidak jelas. Makan, tidur, semuanya tidak enak dilakukan. Benar-benar pikirannya tidak tenang dan buntu. Dia tidak bisa membuat keputusan dengan cepat seperti biasanya.
"Tiga hari lagi pengmas, tapi kenapa kita belum ada rapat persiapan?" Pertanyaan bernada bingung yang datang dari Juyeon tidak Seungmin hiraukan. Dia masih memikirkan langkah apa yang harus diambil kalau sewaktu-waktu Minho jujur padanya. Kira-kira apa yang akan anak itu ambil? Apa dia akan memutuskan hubungan mereka atau menawarkan hubungan jarak jauh padanya? Lagipula bukan dia ketua kegiatannya. Dia hanya pengawas.
Seungmin menghela napas berat yang menarik perhatian teman-temannya.
"Kenapa?" Tanya Changbin penasaran. Tidak biasanya Seungmin begini. Auranya sudah seperti hidup segan mati tak mau.
"Sakit kepalaku," keluhnya sambil memijat pelipis yang memang benar-benar pusing dan berdenyut. Sudah tiga hari sejak bertemu Brian kepalanya selalu sakit dan tidak hilang-hilang.
"Mikir apa sih? Kayaknya tugas BEM udah hampir selesai semua, tinggal pelaksanaan saja. Kuliahmu berat?" Kali ini Juyeon kembali bertanya. Tangannya sibuk membuka bungkus snack yang diberi Hyunjin tadi pagi.
Dalam hati Seungmin membatin, mencoba mempertimbangkan apakah dia harus berbagi tentang masalahnya pada teman-temannya atau tidak. Satu sisi dia ragu, tapi di sisi lain dia butuh masukan. Liurnya diteguk susah, lalu dia kembali menghela napas dan menyandarkan punggung ke bangku di belakangnya.
Dua mahasiswa lain yang duduk lesehan bersama Seungmin saling lirik. Merasa heran melihat tingkah teman mereka yang di luar kebiasaan. Seumur-umur berteman, mereka tidak pernah melihat Seungmin begini.
"Daripada nyesak ditahankan mending kamu cerita ke kita. Ya walaupun belum tentu bisa bantu, tapi seenggaknya bisa buat perasaanmu lebih lega," ujar Changbin sambil memasukkan tangan ke snack Juyeon.
Tangannya dipukul oleh si pemilik. Dia memekik, sakit juga ternyata.
Juyeon melempar lirikan tajam sebelum menyembunyikan snack miliknya. Enak saja tinggal ambil, minta juga tidak. Kalau mau harusnya minta dulu baru boleh ambil. Namun pada akhirnya Juyeon merelakan membagi snacknya dengan temannya itu. Padahal tadi disayang-sayang karena yang kasih Hyunjin.
Seungmin memutar mata malas melihat tingkah temannya. Dia ambil kertas disebelahnya untuk sekadar dilipat tidak berbentuk, berusaha menetralisir rasa tidak nyaman di hatinya. "Menurut kalian LDR itu gimana?"
Dua teman didepannya kembali saling lirik. Changbin yang pertama bereaksi. "Apa nih? Kalian mau LDR-an? Kamu sama Minho?"
"Ya iyalah, masa aku sama Felix."
"Yee, itu sih pacarku."
Sudah tahu malah tanya. Kesal Seungmin dibuatnya.
"Kalau menurutku sih nggak apa-apa ya, aku kayaknya bisa diajak LDR. Walaupun kayaknya berat, tapi kunci utamanya ya kepercayaan dan komunikasi," jelas Juyeon. Tangannya masih tidak berhenti memasukkan snack ke dalam mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM | 2MIN
FanfictionBanyak yang iri pada Minho. Iri karena seorang Minho yang biasa-biasa saja bisa pacaran dengan Seungmin, yang kata orang mirip pangeran negeri dongeng. Ganteng, baik hati, pintar, kaya, dan ganteng lagi, pokoknya ganteng terus. Dalam hati Minho men...