25. Marah

2.2K 277 144
                                    

"BRIAAAANNN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BRIAAAANNN."

Teriakan Minho menggema di dalam rumah dua tingkat yang cukup mewah itu. Tasnya dilempar asal ke atas sofa, lalu berlari masuk ke kamar kakaknya, menerjang pria yang duduk di atas ranjang, kemudian memukulinya tanpa ampun.

Brian berteriak kesakitan sambil berusaha menutupi kepalanya. Namun percuma, kalau Minho sudah mengamuk akan sia-sia melindungi diri.

"Sialan, bajingan, kakak kurang ajar!"

Minho kesal setengah mati. Dia tidak berhenti memukuli Brian sampai puas. Pukulannya berhenti setelah Brian memeluk perutnya dan membantingnya ke atas ranjang.

"Nangis," ejek Brian. Dia pukul Minho dengan bantal, lalu ditarik kakinya hingga tubuhnya menggantung setengah di ranjang.

"AKU BILANG MAMA KAMU YA, YAN!"

Mulailah jiwa pengadunya, tapi Brian tidak peduli. Dia tarik lagi pergelangan kaki Minho hingga anak itu jatuh seutuhnya ke atas lantai, menyeretnya mengelilingi kamar sampai benar-benar menangis.

"Kebiasaan. Cari gara-gara duluan, tapi nangis."

Brian tepukkan kedua tangannya, berkacak pinggang sambil memerhatikan adiknya yang terisak-isak menelungkup di lantai.

Pemuda manis berkemeja denim membalik tubuh, menendang betis kakaknya sekuat tenaga sambil bilang, "kamu duluan yang cari gara-gara. Ngapain bilang aku lulus Akmil? Kalau aku putus dengan Seungmin bagaimana, hah?"

"Ya bagus, nanti aku carikan yang lain. Awas!" Brian tendang kaki Minho yang menghalangi jalannya.

"SAKIT!"

Minho memekik saat Brian tidak sengaja menginjak betisnya. Sekarang anak manja itu benar-benar menangis sekuat tenaga. Brian cepat-cepat mengintip pintu, memastikan mama dan papanya belum pulang. Dia bisa habis dimarahi kalau anak kesayangan mamanya menangis seperti ini.

"Anak laki-laki pun cengeng," ketiak Minho diapit untuk dibantu duduk. Namun anak itu enggan dibantu dan terus menangis menempel lantai. "Punya adik laki-laki cengeng ya kamu ini."

"Diam!"

Kaki Minho sakit sekali. Dia bangun dari posisinya, duduk sambil menekuk kaki untuk diperiksa. "Merah banget ini loh, Yan," ujarnya sambil terisak. Minho tidak akan nangis kalau tidak sakit.

Brian berjongkok dan memeriksa kaki Minho. "Sini, aku obati."

Tawaran itu ditolak dengan cepat. Minho usap wajahnya yang basah. Entah kenapa perasaannya sensitif saat ini. "Aku tau aku cuma saudara tirimu, tapi jangan jahat padaku. Aku benar-benar sayang sama kamu loh."

Astaga, Brian jadi merasa bersalah. Pria tiga puluh tahun itu menarik Minho pelan, "iya, maaf," katanya.

Maaf tidak buat rasa sakit Minho berkurang. Dia hampir kehilangan pacarnya, dia juga dipukul walau kesannya bercanda, tapi itu tetap sakit. Brian juga merusak kepercayaan dan perasaannya. Dia merasa tidak dianggap sekarang.

BUBBLE GUM | 2MINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang