Tiga hari lalu Brian lihat kamar adiknya masih terang benderang di tengah malam. Ini tidak biasa karena anak itu biasanya tidur dalam keadaan gelap, jadi dia buka pintunya, dan mendapati si pemilik kamar tidur meringkuk di atas kasur.
"Min...?"
Brian tunggu beberapa saat, tapi tidak ada jawaban. Dia pilih untuk masuk dan melihat keadaan adiknya. Begitu mendekat dia terkejut bukan main. Dahi Minho berkeringat sangat banyak dan tubuhnya menggigil.
Dengan langkah seribu Brian keluar kamar dan panggil mamanya. Bilang kalau adiknya sakit.
"Kok bisa begini sih, Yan?"
"Nggak tau, aku juga baru lihat dia hari ini."
"Ambil tas mama di kamar, yang biasa mama bawa itu."
Mama bergerak cepat menangani adiknya. Brian pergi untuk ambil peralatan mamanya. Begitu kembali dia tidak pergi dari sana dan menunggu dengan setia mama selesai memeriksa Minho.
"Berapa, ma?" Tanyanya begitu suhu tubuh Minho diukur.
"39,5."
Adiknya demam tinggi di hari itu. Tubuhnya menggigil sampai giginya menggelutuk. Dipanggil juga tidak menyahut. Brian ketakutan. Dia takut kejadian yang sama akan menimpa Minho seperti yang terjadi pada sepupunya dulu; dia meninggal karena demam saat itu.
"Bawa ke rumah sakit saja, ma. Ayo!"
"Sudah mama obati, nanti kalau nggak turun juga demamnya kita bawa ke rumah sakit."
"Tapi demamnya tinggi banget. Bagaimana kalau nggak turun? Sudah, langsung kita bawa ke rumah sakit saja, ayo!"
Mama yang sejak tadi fokus merawat Minho menoleh pada anak kandungnya. Dia pegang tangan Brian yang ternyata sangat dingin. Dia tahu anaknya panik. "Tenang, adik kamu nggak apa-apa."
Brian masih belum bisa tenang saat itu. Dia tidak tenang kalau adiknya belum dibawa ke rumah sakit.
"Nanti terlambat ditangani, ma."
"Yan, mama kamu dokter. Mama sudah obati adikmu."
"Tapi..."
"Tenang, dia nggak kenapa-kenapa. Demamnya sebentar lagi turun."
Namun faktanya demam adiknya masih tidak sembuh hingga hari ketiga. Brian berat meninggalkan Minho di pagi itu, tetapi apa daya tugas negara memanggil. Dia harus pergi karena masih ada yang harus diurus. Sebelum pergi Brian sempat melihat keadaan adiknya. Dia periksa suhu tubuhnya. Tingkahnya bahkan tidak buat Minho terusik dan terus tidur di pagi itu.
Diam-diam Brian bungkukkan badannya dan cium dahi Minho, kemudian berbisik, "cepat sembuh ya."
Jika Minho bangun dia mungkin tidak akan berani melakukan itu. Takut diejek dan dibully. Padahal Minho senang-senang saja kalau ada yang sayang dia, apalagi sampai dicium dan manja seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM | 2MIN
FanfictionBanyak yang iri pada Minho. Iri karena seorang Minho yang biasa-biasa saja bisa pacaran dengan Seungmin, yang kata orang mirip pangeran negeri dongeng. Ganteng, baik hati, pintar, kaya, dan ganteng lagi, pokoknya ganteng terus. Dalam hati Minho men...