Iseng-iseng Brian melangkahkan kaki masuk ke kamar Minho. Anak itu sedang terlentang di atas ranjang. Menatap lurus ke arah plafon kamar sambil sesekali memejamkan mata.
"Galau banget dilihat-lihat," sapa Brian sambil menumpu tangan di pembatas ranjang Minho. Mulutnya asik makan es krim.
Bocah baru dewasa di atas ranjang menoleh ke arah kakaknya, lalu melengos menatap plafon lagi. Dia ingin menikmati perasaan sedih ini seorang diri. Brian tidak diundang.
"Pembatas ranjangmu ini dilepas saja sudah," komentar Brian. Dia buka sisi ujung paling bawah. Namun langsung dapat teriakan dari si pemilik kamar. Anak itu bahkan langsung bangkit dari posisinya.
"Nggak, nggak boleh!" Marahnya. Tanpa pembatas ranjang tubuhnya tidak akan selamat. Bisa jadi besok pagi tidurnya pindah ke lantai.
"Itu buat bayi tau," Brian mencibir malas. Dia pilih duduk di kursi empuk di sudut kamar Minho, memainkan ponsel untuk balas pesan pacarnya.
Keadaan yang hening buat keduanya asik dengan dunia masing-masing. Sesekali Brian akan melirik adiknya yang hanya diam dalam kurungan pembatas ranjangnya. Benar-benar diam melamun menatap pembatas ranjang warna abu.
"Yan."
"Hm."
Pria itu masih sibuk berbalas pesan dengan pacarnya yang dinas di luar pulau. Mereka sudah tidak jumpa hampir setahun.
"Sedihnya," tiba-tiba drama Minho dimulai. "Kayaknya lebih penting pacarmu daripada adikmu," dia terisak sambil tutup wajah dengan dua tangan.
Si kakak mendecak malas. "Nggak usah lebay. Kalau ada pacarmu juga lebih penting dia daripada aku."
"Benar," jawab Minho santai. Dia berdiri di atas ranjang, berniat melompat alih-alih membuka pembatasnya. Brian refleks berlari dan menangkap anak itu.
"Ada gilanya memang Lee Minho ini," maki Brian sambil melepas pelukannya pada adiknya. Dia pukul pelan kepala anak itu, lalu menendang pantatnya juga.
"Ya ngapain ditangkap coba? Orang aku mau lompat," protes Minho sambil balas memukul pantat kakaknya.
"Jatuh nggak jadi orang kamu."
"Terus jadi apa?"
"Monyet."
Sialan.
Namun Minho tidak katakan hal itu. Dia peluk kakaknya dari samping, menyandarkan kepala di lengan yang lebih tua, lalu curhat dengan sedih di atas sofa.
"Masa Seungmin nggak mau tukar posisi sama aku, Yan."
Brian menarik lengannya dari pelukan Minho, lalu mendekap anak itu di bawah ketiaknya. "Mana mungkin mau. Jelas-jelas dia yang di atas," ujarnya sambil terus balas pesan Dowoon. Mumpung sinyal bagus, kalau tidak nanti pacarnya hilang lagi seminggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM | 2MIN
FanfictionBanyak yang iri pada Minho. Iri karena seorang Minho yang biasa-biasa saja bisa pacaran dengan Seungmin, yang kata orang mirip pangeran negeri dongeng. Ganteng, baik hati, pintar, kaya, dan ganteng lagi, pokoknya ganteng terus. Dalam hati Minho men...