TROIS

394 59 5
                                    

Aidan

Aku sedang sibuk meladeni celotehan Leon saat tiba-tiba handphone-ku memunculkan notifikasi.

"Tumben Rayya nelfon lo." Ucap Aryanda.

Aku hanya menatapnya, lalu berjalan menuju pintu keluar mencari tempat yang lumayan sunyi dan menelfon Rayya kembali. Namun, telfonnya sibuk tanda Rayya sedang menelfon seseorang.

Aku memutuskan untuk pergi dari cafe menuju kost-an Rayya, dan sekarang aku sedang memandangi kamarnya yang masih terang dengan cahaya lampu dan ku tau ia pasti belum tidur.

"Halo?" Ucapnya di ujung telfon.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Hah?! Maksudnya?" Ucapnya bingung.

"Ada apa missed call gue?" Jawabku kemudian.

"Kepencet, sorry." Ucapnya pelan.

"Abis liat profil gue terus buka dm dan nelfon gue masih bisa dibilang kepencet kah?" Tanyaku.

Rayya diam cukup lama.

"Emang nggak sengaja mencet. Lo dimana kok berisik?" Tanyanya.

Aku tersenyum menatap jendela kamarnya.

"Cafe." Jawabku singkat. "Beneran nggak ada apa-apa?" Tanyaku kembali memastikan.

"Nggak ada, Aidan." Jawabnya kesal.

"Oke." Ucapku lalu menutup telfonnya dan bergegas mengendarai mobilku kembali ke cafe tempat teman-temanku masih berkumpul.

***

Pagi ini hampir semua mahasiswa tingkat akhir sibuk. Karena sudah memasuki bulan "sidang" jadi hampir semua bisnis fotocopy meraup laba besar.

"Dan, kapan daftar?" Ucap Galang.

"Lo kapan?" Tanyaku kembali.

"Yeeeh malah nanya balik. Hari ini kayaknya udah oke sih katanya." Jawabnya.

"Oke." Ucapku singkat yg hanya mendapat tatapan bingung darinya.

"Iya gue daftar nanti kalo udah mepet." Tambahku.

Tak lama setelah itu, Leon datang dan menghampiri kami.

"Tumben masih disini." Ledeknya.

"Sibuk gue. Mau sidang, udah begah tiap hari ketemunya lo mulu." Ucap Galang.

"Bangs*t" timpal Leon.

"Lo sidang juga?" Tanyanya lagi, kali ini mengarah kepadaku.

"Liat nanti lah kalo gue nggak mager pemberkasannya." Jawabku.

"Tumben biasanya langsung telfon Rayya minta bantuin." Ucap Galang.

"Rayya sibuk, pemberkasan juga." Jawabku.

"Ih coba ulang lo ngomong apa? Sejak kapan lu jadi pengertian?" Ucap Leon heran.

"Kantin FE yuk." Ajak Leon.

"Males. Jauh." Jawabku.

"Males jauh atau males ketemu Qania?" Tanya Galang.

Aku hanya menatapnya sinis, "yaudah ayo." Jawabku.

***

Setiap fakultas memiliki kantinnya sendiri, Namun kantin Fakultas Ekonomi jauh lebih nyaman untuk ditongkrongi dibandingkan di Fakultas Seni. Walau secara desain kantin fakultas seni memang tak ada duanya.

Beautifull FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang