DOUZE

271 51 18
                                    

Aidan

Aku berjalan menuju parkiran dengan tongkat di kedua sisi tanganku. Aku mengalami cidera Ankel di kaki kananku dan harus mengambil cuti beberapa hari karena lumayan sakit kalau dipaksa berjalan.

Hari ini aku pulang dari rumah sakit setelah 1 malam bermalam di kamar VIP yg akhirnya bisa ku gunakan setelah hampir 25 tahun memiliki asuransi kesehatan.

Aku memusatkan pandanganku pada lorong parkir dan mencoba menemukan mobilku. Sudah ku temukan namun Daren yg berjanji akan menjemputku tak juga ku liat wujudnya.

Tak lama handphone ku berdering.

Rayya is Calling...

Aku mengerutkan dahiku, "kenapa Ya?" Sapaku di ujung telfon.

"Lo dimana?" Tanyanya.

"Parkiran." Jawabku singkat.

"Tunggu situ. Jangan kemana-mana." Jawabnya serasa menutup telfon singkatnya.

Tak lama aku menangkap sosok wanita yg memakai office dress dengan rambut berwarna ash brown yg sengaja ia gerai berlari ke arahku.

Aku tersenyum, "jangan lari. Nanti jatuh." Ucapku.

"Udah lama kah?" Jawabnya.

Aku menggeleng, "kok lo kesini Ya?" Tanyaku heran.

"Jemput lo, Daren ada kerjaan dadakan katanya." Ucap Rayya yg masih mengatur nafasnya.

Aku paham rencana Daren agar aku bisa bertemu Rayya hari ini.

"Kunci mobil?" Ucap Rayya.

"Gue aja." Ucapku.

Rayya menatapku, "bandel. Cepetan!" Ucapnya lagi.

Aku memberikan kunci mobilku padanya.

"Pelan-pelan jalannya" Ucapnya

Rayya memegang lenganku lembut, membawakan tas punggungku, bahkan membantuku memasuki mobil.

"Thanks Ya." Ucapku sesaat sebelum ia menutupkan pintu mobil ku.

Ia duduk di bangku kemudi, baru kali ini aku relakan mobilku dikemudikan wanita ini. Ia mengecangkan Ac-nya sambil menguncir rambutnya.

"Bentar ya Dan, gue gerah banget." Ucapnya

Aku mengangguk sambil tersenyum melihatnya. Rayya menatapku.

"Kenapa senyum-senyum?" Ucapnya curiga.

Aku menggeleng, "nggak usah buru buru makanya. Gerah kan? Tadi naik apa?" Tanyaku padanya.

"Gojek. Ya kan takut lo malah nekat nyetir sendiri." Ucapnya sambil mengecilkan kipas pada Ac mobil.

***

Rayya mengemudikan mobilku dengan kecepatan pelan karena kebetulan jam pulang kantor seluruh jalanan Ibukota penuh dengan kendaraan bermotor. Namun, ia tak sama sekali mengeluh, bahkan sesekali memeriksa keadaanku.

"Pegel nggak? Kaki lo okay?" Tanyanya khawatir. Sebab mobil kami stuck di kemacetan.

"Lo pegel nggak? Sini gantian." Jawabku yg mendapat tatapan sinis darinya

Kami kembali diam.

"Ya?" Panggilku.

"Hemm?" Jawabnya singkat.

"Hemmm lo sama Sandy gimana?" Tanyaku.

Aku mengumpulkan keberanianku untuk menanyakan hal itu padanya. Rayya tidak terkejut, ia menatap jalan dengan santai sambil mengetukkan jemarinya pada stir mobil.

Beautifull FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang