TREIZE

362 59 23
                                        

Aidan

Aku masih duduk tenang saat Sandy mengajak Rayya untuk pulang bersamanya. Aku pun menyaksikan dua orang itu berpamitan dengan wajah Rayya yg sudah memerah. Rayya mabuk, walau tak berat aku paham kalau ia pasti akan berbicara asal ketika ia mabuk.

Aku berlari menyusul mereka menuju parkiran, mencoba untuk menemukan mobil Sandy.

"San, gue yg anter Rayya!" Ucapku sesaat sebelum sandy menutup pintu mobilnya.

Ku lihat Rayya sudah duduk di dalam sana.

Ku buka knop mobilnya, "pulang sama gue ya." Ajakku dan Rayya mengangguk.

Aku menggandeng tangan Rayya menuju mobilku.

"Kuat jalan nggak?" Tanyaku.

"Kuat!" Ucapnya setengah mabuk

"Sejak kapan minum banyak gitu? Udah tau toleransinya dikit" Kataku.

Rayya menatapku kesal, lalu masuk ke dalam mobil.

***

Jalanan malam ini sudah sepi jadi hanya butuh 30 menit untuk sampai ke Apartment Rayya. Rayya masih tertidur di kursi sebelahku.

Namun tak lama setelahnya ia mulai menangis.

Aku yg melihatnya tak panik sama sekali, hanya saja aku berpikir kali ini ia akan menumpahkan ceritanya yg mana.

"Gue cantik nggak?" Tanyanya tiba-tiba.

"Cantik kok." Jawabku.

"Baik juga kan?" Tanyanya lagi

Aku tersenyum, "iyaa." Jawabku lagi.

"Mas Sandy?" Panggilnya.

"Gue Aidan." Ucapku.

"Mas?" Panggilnya lagi.

"AIDAN!" ucapku.

"Tuh kan, gue nggak jelek, nggak jahat juga, tapi kenapa Aidan nggak suka sama gue, mas?" Ucapnya tiba-tiba yg membuat aku terpaku.

"Apa karena gue nggak kayak Karamina? Mau gimana juga gue nggak bisa kayak dia. Iya kan mas?" Ucapnya lagi.

"Gue mau lupain perasaannya, gue rela buat nggak ketemu Aidan, ataupun jaga jarak sama Aidan, tapi tetep aja rasanya nggak hilang. Gue tetep khawatir kalo Aidan nggak ada kabar. Gue harus apa mas?" Ucapnya sambil menangis.

Aku terdiam menatapnya.

"Mas? Jawab." Ucapnya.

"Lo nggak perlu jadi siapapun untuk masuk ke hidupnya, Ya. Karena lo udah disana. Di sisi yg nggak bisa lo liat. Cuma Aidan yg bisa liat, Aidan yg nyembunyiin sisi itu dari pandangan lo. Jadi lo nggak perlu jadi Karamina atau siapapun itu, okay." Ucapku sambil menghapus airmatanya lembut.

"Sekarang turun ya." Ucapku lagi.

***

Aku menggendongnya menuju unitnya, walau sudah ku coba untuk membangunkan ya, ia tetap tak bangun dan tetap tidur di pundakku.

"Ya, mana kuncinya?" Ucapku.

Rayya tetap tak bergeming. Ia masih pulas tertidur di pundakku. Karena sudah lebih dari 15 menit aku menunggu dan Rayya tetap tak bangun dari tidurnya jadi Aku memutuskan untuk kembali ke mobil, lalu melajukannya menuju Apartmentku dengan kondisi Rayya yg masih tertidur pulas.

Beautifull FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang