SEPT

274 59 17
                                    

Aidan

"Pegangin yg bener, Ya. Nanti gue Jatuh!" Ucapku pada Rayya yg sejak tadi malah tertawa sambil memegangi tangga yg aku naiki untuk memasang lampu otomatis di pintu masuk.

"Udah, awas." Ucapku lagi.

"Aw!" Ringis Rayya.

Tangannya tergores ujung tangga besi yg cukup tajam. Aku menarik lengannya menuju wastafel untuk membersihkan darah yg mengalir di jari tengahnya itu.

Rayya meringis saat Aku menatapnya, "kalo mau ngomel nggak tepat waktunya" ucapnya.

"Ke dokter aja deh. Lukanya dalem kayaknya darah lo nggak berenti." Ucapku.

Ia menggeleng sambil meringis. Aku terus mencuci lukanya dan ku perhatikan kedalaman lukanya. Tanpa kusadari Rayya menatapku dalam.

"Jangan dalem-dalem natapnya nanti suka." Ucapku asal.

Rayya tersadar lalu menarik tangannya.

Aku tertawa, "jari lo arahin ke atas biar darahnya berenti." Ucapku

Rayya mengarahkan jari tengahnya ke atas, aku yg melihatnya semakin tertawa.

"Kasar lo, masa nge-jari tengahin gue?" Ucapku.

"Ih apasih, orang yg luka ini!" Jawabnya gemas.

Selesai membalut luka Rayya dengan plester kami melanjutkan kegiatan pindahan Rayya ke unit barunya.

***

Aku duduk di soffa sambil menatap hujan yg cukup deras dari jendela unit Rayya.

"Happy birthday Aidan." Ucap Rayya sambil membawakanku sebuah kado.

Aku tersenyum, "sok banget beliin gue kado segala." Ucapku.

Aku membukanya perlahan, lalu tersenyum.

"Thank you, Ya. Gue pake tiap hari pasti." Ucapku sambil memegang tumbler berwarna hitam yg cukup besar itu.

"Diisi Air putih!" Ucapnya yg aku iyakan.

Rayya ikut duduk di soffa juga menatap hujan di luar.

"Gimana ulang tahun kali ini?" Tanyanya

"Hemm biasa aja. Kayak yg udah-udah." Jawabku pelan.

"Ish nggak seru lo!" Ucapnya.

Aku tertawa keras, "Ya, kok lo nggak pernah nanya tentang gue sih? Dari awal temenan sampe sekarang lo kayak iya-iya aja." Tanyaku penasaran.

Rayya menatapku, "ya nggak perlu juga nggak sih? Kan yg penting lo baik baik aja ke gue." Ucapnya.

"Kalo gue ternyata pembunuh gimana?" Tanyaku asal.

Rayya tertawa, "mungkin 3 menit lagi gue udah jadi hantu." Tambahnya.

Aku tersenyum, " lo punya keinginan nggak sih Ya? Misal pengen punya apa gitu" Tanyaku tiba-tiba.

"Tiba-tiba banget? Hemmm gue pengen punya rumah di Bandung, dan menetap di Bandung sama keluarga kecil gue. Nggak pengen kerja kantoran sampe tua, mau buka toko roti aja." Ucapnya.

"Kalo lo?" Tanyanya.

"Hemm, pengen sehat dan beruang banyak. Biar gue bisa mengalokasikan semua uang gue ke pengeluaran pribadi gue selama gue hidup sampe pemakaman gue." Ucapku.

Beautifull FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang