Lail
Hari ini dimulai dengan aku yang sedang membereskan kamar kost-an ku yg hampir tak layak lagi disebut kamar. Mungkin sudah dua minggu aku tak membereskannya karena tak sempat. Dua minggu lalu, aku disibukan dengan segunung pekerjaan karena projek kali ini cukup besar.
Oiya, setelah hampir 10 interview pekerjaan yg ku jalani tak ada yg berhasil aku hampir menyerah ketika Aidan memberikan aku info kalau di kantor temannya bekerja memerlukan posisi Konsultan. Dan akhirnya aku diterima di kantornya dengan jabatan junior konsultan.
Entah apa yg membuatku selalu berurusan dengan Aidan. Namun aku cukup bersyukur memiliki Aidan sebagai sahabatku, ku pikir-pikir jika tak ada dia hidupku akan jauh lebih membosankan. Walau sering kali kuping ku sakit karena kata kata kasarnya yg selalu ia lontarkan saat kesal pada seseorang, atau kantong mata dan mata pandaku lebih hitam dari panda karena harus menjemputnya di club atau lounge saat ia mabuk. Merepotkan, namun aku tau kalau hal itu ia lakukan karena ia tak punya tempat untuk bersandar.
Walau aku sudah terbilang lama menjadi sahabatnya, namun tak pernah sekalipun ia menceritakan dirinya padaku. Dia hanya akan mengunjugi kost-anku, duduk di ruang tamu dengan minuman yg ia beli sendiri di mini market bersamaan dengan aku yg hanya duduk menatapnya bingung. Namun itulah Aidan, jangan pernah menanyakan pertanyaan jika ia sedang seperti itu, karena percuma. Ia hanya akan menatap dan bilang "lu bisa diem nggak? Duduk aja udah."
Membereskan seisi kost-an membuatku duduk di kasur yg baru saja ku ganti spreinya.
From : Aidan
Liat Apartment jam berapa?Ku hanya menatap pop-up pesan darinya. Tak berniat membalasnya karena jika ia ikut aku pasti akan pusing dengan banyak komplain-annya mengenai unit yg akan aku tempati.
Aku memutuskan mandi dan bersiap karena tak enak hati jika datang terlambat dan membuay pemilim unit menungguku.
***
"Bagus banget gue chat nggak dibales." Ucap Aidan yg tiba-tiba muncul di depan tower Apartmentku.
"Katanya lembur? Lagian nggak apa kok gue bisa sendiri, Dan." Ucapku padanya sambil berjalan menuju lift.
Aidan mengikutiku di belakang.
"Janji nggak banyak komplain." Ucaonya setelahnya yg sukses membuatku menoleh ke arahnya.
"Bener ya?!" Ucapku yg ia balas dengan anggukan
Unit 1108, satu lantai di unit ini full hanya ini yg tersisa. Unit dengan tipe loft dengan ceilling yg tinggi dan terdapat mezanin diatasnya sebagai kamar tidur membuat-ku cukup puas, terlihat lebih luas dibandingkan dengan apartment studio pada umumnya.
"Harganya masih sama kok mbak. Tapi pertahun untuk pembayarannya. Nanti bonus kasur sama dispenser. " ucap Bu Voni selaku Owner.
Aidan mengamati sekelilingnya.
"Kedap suara? Tetangga kanan kiri..." ucapnya menggantung.
"Satu lorong ini setau saya masih bekerja sama kayak mbak Rayya dan masnya, sebelah kanan Perempuan, depan dan samping kiri setau saya mas-mas sih mbak, mas. Tapi mereka sama ramahnya kok." Ucap Bu Voni sambil tersenyum ke arah Aidan.
"Jangan khawatir mas, pacarnya aman kok di unit ini." Tambahnya.
"Eeeh Buk...." ucapku terpotong saat ingin menjelaskan statusku dengan Aidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautifull Feeling
ChickLitJust looking at you, Makes me smile. And when I find myself smiling. It's strange! I don't know what that means. But i know, it's beautiful feeling.