Carlos & Anne

726 50 6
                                    

Lee Min Ho mengedarkan pandangan ke halaman belakang mansion pribadinya yang sudah dia sulap menjadi seromantis mungkin. Sepasang kursi makan kayu berwarna putih dengan meja bundar dan penutup berwarna senada. Dibagian bawahnya berhiaskan pita rumbai. Sedangkan Lilin aroma musk sudah bersiap diatasnya menyambut wanita cantik yang sebentar lagi akan mengisi kursi. Diatas meja ada sebuket white rose, dessert dan appetizer serta menu makanan utama yang sudah tersusun dengan sedemikian cantiknya. Satu sentuhan terakhir dari Chef Gordon Ramsay yang merupakan salah satu temannya meletakan wine dengan kualitas terbaik yang didatangkan langsung dari prancis.
"Perfect? " Chef itu melirik Min Ho seolah meminta pendapat nya. Tak perlu menunggu lama karna pria tampan itu langsung tersenyum pertanda bahwa itu memang benar-benar sempurna. Hiasan lampu yang dibuat seperti pilar-pilar langit dengan warna pastel yang eksotis. Temaram pantulan danau di depan semakin membuat suasana ditempat itu tak ubahnya adegan romantis. Cahaya bulan seakan turut mendukung Min Ho untuk menyambut pujaan hatinya sebentar lagi. Sekali lagi Min Ho berdecak kagum.
"Seperti yang selalu ingin kupersembahkan untuknya" Guman Min Ho dibarengi senyum manis
"Bingo, sepertinya Tuhan tidak ingin membuatmu menunggu lama" Chef Ramsay terpana melihat wanita cantik tengah berjalan dengan langkah anggunnya ke arah mereka. Tanpa menunggu aba-aba salah satu chef terbaik di dunia itu meninggalkan tempat candle light dinner segera sebelum Min Ho mampu menormalkan detak jantungnya. Bahkan dia tidak merespon saat Ramsay menepuk pundaknya seolah memberi semangat. Dia terpaku dengan segala keindahan yang melekat pada diri wanita itu.
"Kau menunggu lama?" Wanita cantik itu bertanya saat sudah tepat berada di depan Lee Min Ho. Sorot matanya terlihat berbinar. Min Ho bisa saja tenggelam kedalam tatapannya jika dia tidak sekuat tenaga menahan perasaannya
"Tidak. Kau tepat waktu" Jawabnya singkat sambil tersenyum kaku. Dia seolah kualahan saat mencoba menelan salivanya sendiri seakan tenggorokannya mendadak malfungsi. Beberapa kali dia berusaha keras untuk menormalkan detak jantung nya yang bergolak. Dia merutuki kemampuan alaminya saat berhadapan dengan wanita cantik. Dia sangat ahli bertampang calm dan cool di depan wanita tapi kenapa seakan itu tidak berpengaruh pada satu wanita bernama Song Hye-kyo.
"Baguslah kalau begitu" Jawab Hye kyo lalu tersenyum, Senyum favorit Lee Min Ho yang tidak akan pernah dia tukar dengan harga apapun. Wanita di depannya ini benar-benar definisi kecantikan yang sebelumnya terkesan abstak dan samar-samar untuk bisa dia simpulkan. Lihatlah dia sekarang. Dengan dress putih selutut dan rambut yang tampak elegan di cepol ke atas memperlihatkan tengkuk dan lehernya yang begitu bersih dan mulus. Min Ho melihatnya seolah dia adalah mahakarya Tuhan yang begitu mengagumkan. Min Ho bersumpah akan mengorbankan hidupnya asal senyum manis itu terus tercipta.
"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk menyambut wanita sepertimu tapi semoga saja bunga ini mampu mewakili perasaanku" Min Ho menyerahkan buket bunga cantik kepada Hye Kyo. Wanita itu tampak senang dia menerimanya dengan senang hati karena dia memang sangat menyukai bunga.
"Gomawo Min Ho-ssi" Ucapnya lagi setelah mencium pelan aroma dari bunga itu. Membuat Min Ho sangat cemburu dan seketika ingin berubah menjadi sebuket white rose.
"Kau benar-benar menciptakan adegan romantis" Hye Kyo terpana pada pemandangan di depannya.
"Apakah kita sedang berada dalam sebuah set film roman? Its beyond unreal" Hye Kyo kembali berguman. Ini kali pertama untuknya melihat set makan malam dengan nuansa romantis yang begitu menakjubkan. Tidak satupun dari tempat itu yang tidak dia suka. Lee Min Ho tersenyum, dia meraih satu tangan Kyo lalu menggenggamnya pelan.
"Bukankah seperti mimpi? aku berdiri tepat di depan wanita yang sebelumnya hanya bisa ku mimpikan. Mungkin bagimu terlalu klise, seluruh laki-laki di dunia ini bisa saja memujamu dan aku bisa mengerti. Tapi kau memanglah satu-satunya wanita yang bisa kubayangkan saat mengingat bagaimana terakhir kali aku membaca kisah tentang Carlos dan Anne. Itu terlalu membekas. Sampai aku berusaha keras untuk mempercayainya hingga sekarang" Min Ho berguman dengan menatap dalam mata dari wanita yang sangat dicintainya itu.
''Pria sepertimu pantasnya bersanding dengan wanita yang terlihat sempurna dari berbagai sisi seperti Brianne The East sedangkan Anne, aku rasa terlalu problematik. Kau akan menyesalinya suatu hari nanti" Hye Kyo tersenyum kecut Min Ho tertawa dalam hatinya tidak menyangka jika wanita ini tau tentang kisah klasik yang menjadi kesukaannya waktu remaja.
"Brianne terlalu membosankan aku lebih menyukai Anne yang misterius. Lagipula aku seperti Carlos yang terobesesi dengan cinta Anne hingga rasanya seperti ingin mati. Persetan dengan segala tetek bengek moral dan etika yang berlaku di Olympia" Min Ho tersenyum manis sambil menarik kursi mempersilahkan Hye Kyo untuk duduk wanita itu pun menurut. Dia berhasil menormalkan perasaannya agar tidak terkesan kaku di depan Hye Kyo.
"Jadi kau anggap aku seolah folklore untuk memuaskan inner childmu?" Hye Kyo mengernyit membuat Min Ho menyeringai geli.
"Bagaimana jika kukatakan bahwa kau adalah masa depan dimana aku ingin hidup lalu berreinkarnasi hingga berjuta-juta kali asalkan itu dengan satu wanita yang sama, kau, Song Hye Kyo" jawab Min Ho tepat di telinga Hye kyo dengan memberi sedikit penekanan saat menyebutkan nama lengkap wanita itu.
"Kau hampir membuatku d'javu dengan karakter pria love bombing" Hye Kyo membalas kali ini setengah tersenyum.
"Aku harus berusaha sedikit lebih keras untuk menghapus ingatan tentang pria redflag itu dari kepala mu" Jawab Min Ho lembut setelah terduduk di kursinya. Jawaban yang sanggup membuat hati wanita itu berdesir kuat.
"Mari kita rayakan kebersamaan ini untuk awal baru. Seperti kertas putih. Kita bebas untuk melukisnya dengan warna apapun" Min Ho berguman ceria sambil menuangkan wine mahal yang sudah di esktraksi sejak 1970 ke gelas Hye Kyo lalu mengajak nya bersulang.
"Aku sangat mencintaimu, Hye Kyo-ssi" Tegas Min Ho lalu mengangkat gelasnya
''Aku juga mencintai mu, Min Ho-ssi" Jawab Hye kyo juga mengangkat gelasnya. Wine itupun tenggelam ke tenggorokan masing-masing. Seolah mengirimkan gelenyar aneh pada hati dua orang yang saling mencintai. Hye Kyo yang masih rentan untuk kembali terluka sedangkan Lee Min Ho yang percaya bahwa wanita itu adalah takdirnya.

Next???

All About Minkyo CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang