All About Minkyo Couple

Turning Point

Gerombolan burung pipit bertengger di antara ranting pohon maple seolah menyambut riang para jemaat. Katedral megah yang berada di distrik Myeongdong kerap menggugah hati umat Katolik. Dengan arsitektur gotik khas eropa tengah dan tersusun beralaskan ornamen cat minyak yang semakin memberi kesan hangat, agung dan enigmatik. Menjadikan tempat itu sebagai pelabuhan terbaik untuk meluapkan segala  puja dan keluh-kesah. Para jiwa yang berdoa pagi itu tampak khusyuk menikmati jalannya ritual Ekaristi. Setiap bangku terisi oleh berbagai manusia dengan problematika kehidupan yang beragam. Tak terkecuali satu sosok yang terduduk tepat di sisi pilar. Wanita cantik dengan mata terindah dan wajah tak bercela mulai memejamkan mata. Kemudian dengan segala hal yang ada di alam semesta dia mengucapkan doa tertulusnya.

"Kau membuat ku melewati banyak hal tapi tak sedetik pun Kau meninggalkan ku sendirian. Karena itu aku tidak pernah mempertanyakan sejauh mana takdirmu akan membawa ku. Tapi untuk kali ini, jika ada akhir bahagia dari segala keresahan hatiku tolong tunjukan itu padaku" Doa wanita cantik itu dalam diam. Bahkan saat dia membuka matanya dia merasakan atmosfer tempat itu mengirim sinyal ketenangan. Sejurus berlalu pastur yang memimpin Ekaristi telah beranjak meninggalkan mimbar. Lagu-lagu rohani mengalun lembut memenuhi seantero sudut. Satu persatu orang mulai beriringan meninggalkan Katedral. Tapi wanita cantik itu masih tak bergeming. Hingga suasana mulai tampak sepi dan tak terasa ada satu orang pun disana wanita itu mulai beranjak dari posisinya. Berniat meninggalkan Katedral sebelum tubuhnya mematung melihat satu objek yang tanpa sengaja tertangkap oleh retinanya.

"Jika ada akhir bahagia dari segala keresahan hatiku tolong tunjukan itu padaku" Kalimat yang sempat dia ucapkan pada Tuhan tiba-tiba terngiang begitu saja ketika tak jauh dari ujung sana dia melihat Lee Min Ho tengah menatapnya dengan dalam. Hye Kyo merasakan jantung nya berdetak lebih cepat. Bagaimana dengan segala kemungkinan yang ada dia bisa melihat pria itu dengan Alkitab di tangannya dan warna baju yang senada dengannya tertangkap di momen yang sama. Apakah Tuhan sedang bermain dadu dengannya? Ataukah Tuhan sedang berusaha menjawab doanya?

Min Ho beranjak menghampiri wanita yang selama berhari-hari telah mematikan celah komunikasi diantara keduanya. Siapa sangka semesta seluas ini tidak ada artinya bagi cinta mereka. Benang merah diantara mereka masih begitu kuatnya hingga sejauh apapun wanita itu melangkah maka Min Ho juga terbawa bersamanya.

"Aku merindukan mu" Ucap Min Ho tanpa basa-basi. Rasanya ingin sekali memeluk wanita itu dengan begitu eratnya sampai dia tak memiliki kesempatan lagi untuk lari darinya.

"Kau menguntit ku lagi?" Guman Hye Kyo di tengah perasaan ingin berhambur kepelukan Min Ho.

"Aku tidak melakukan apapun, Tuhan yang merencanakan ini semua" Balas Min Ho yang tidak menyangka bisa melihat wanita yang selama berhari-hari membuatnya gila karena terlalu merindukannya. 

"Bukankah kau seorang agnostik? Kau tidak berkomitmen untuk mempercayai Tuhan. Lalu untuk apa berdoa di gereja Katolik?" Sambung Hye Kyo melirik Alkitab yang berada di tangan Min Ho sekaligus simbol jemaat yang berada di lengan kirinya.

"Aku ingin menikahi mu dengan pemberkatan" Respon Min Ho  membuat Hye-kyo terdiam. Pria tampan itu tak mengelak bahwa cinta nya yang mendalam pada Hye-kyo telah membuat nya mengalami banyak pengalaman spiritual. Sekian Tahun selama dia mencintai wanita itu secara tidak langsung seolah mengajarinya untuk mengenal eksistensi Tuhan.

"Kau cukup percaya diri kalau kita bisa sampai ke tahap itu" Hye Kyo berguman lirih. Kedua matanya menyiratkan kepedihan yang berbanding terbalik dengan Min Ho. Pria itu tetap menatapnya dengan kilatan keyakinan yang tak tergoyah.

"Tidak ada yang bisa menghentikan kita" Min Ho mendekat lalu mengecup kening Hye-kyo lama seolah menggambarkan besarnya cinta dihatinya. Kecupan itu membuat pertahanan Hye-kyo runtuh. Bulir bening lolos begitu saja dari matanya tanpa wanita itu sanggup menahannya.