Freen akhirnya memutuskan membawa lukisan itu kerumahnya, dia meletakkan lukisan tersebut di dalam kamarnya, wanita itu kembali memandangi lukisan tersebut, "jika kau nyata, siapa yang sudah melukismu?", tanya Freen pada lukisan tersebut. Freen lalu mengambil kain dan menutupi lukisan itu.
Malam harinya, Freen sudah siap dengan cat dan kuas di tangannya, dia sangat suka melukis di malam hari, wanita itu sedang menggunakan celemek agar cat tidak mengotori bajunya, "baiklah Rebecca, aku akan memperbaikimu, sebenarnya secantik apa dirimu ini?", Freen terus berbicara pada lukisan tersebut. perlahan-lahan dia mulai memperbaiki warna pada lukisan itu, tangan itu mulai memoleskan kuas pada gambar wanita itu, hingga satu jam kemudian, lukisan itu selesai diperbaiki.
Freen terdiam di hadapan lukisan itu, lukisan tersebut menggambarkan seorang wanita berambut panjang dengan warna rambut kekuningan, dia memakai gaun putih namun di tangannya dia memegang sebuah pisau, "sepertinya dia bukan orang Thailand", ucap Freen lagi. perlahan Freen menyentuh lukisan yang telah jadi itu, "kau sangat cantik, tapi kenapa kau memegang pisau?", lagi-lagi Freen berbicara pada lukisan itu. tiba-tiba Freen teringat sesuatu, dia kemudian mengambil leptopnya dan mencoba mencari informasi lewat Google, Freen memasukan kata kunci "Rebecca Patricia Amstrong", hingga munculah di dalam pencarian itu tentang silsilah keluarga Amstrong.
"Mereka dari Inggris?, pantasan saja dia terlihat seperti orang bule", Freen terus membaca hingga dia menatap kaget ke arah leptop, "Keluarga Amstrong sudah tidak ada sejak seratus tahun yang lalu, karena sebuah insiden yang tidak diketahui dengan jelas?", Freen sangat kaget, jika di dalam lukisan ini adalah salah satu keturunan keluarga Amstrong lalu siapa yang melukisnya? tidak mungkin seorang yang sudah renta bisa melukis sebagus ini.
Freen mengambil handphonenya dia ingin menghubungi Nam dan menceritakan kejanggalan ini.
"Freen"..
Kembali dia mendengar suara itu, Freen melihat kesana kemari tapi tidak ada siapa pun di kamarnya, "ini pasti karena aku terlalu lelah, jadinya berhalusinasi yang tidak-tidak", ucapnya.
"Freen",
Namun kembali dia mendengar suara itu, bahkan kali ini cukup jelas, jantungnya berdetak kencang, rasanya dia sudah tidak bisa bergerak lagi, dia merasa seperti sedang berada di bawah alam sadarnya, seorang wanita menghampirinya yang sedang berdiri di dekat lukisan tersebut.
"Aku sudah lama menunggumu", ucap wanita itu
Freen merasakan sentuhan di pipinya tapi dia tidak bisa bergerak sama sekali, hingga getaran handphone di tangannya menyadarkan dirinya kembali. wanita itu melirik ke arah lukisan lalu dia mundur ke belakang, apakah Freen takut?? jawabannya iya dia sangat ketakutan, dia kembali mengambil kain dan menutupi lukisan itu. setelah itu Freen berlari keluar dari kamarnya.
"Mom, Freen tidur sama mommy yah", ucap Freen, dia takut kembali ke kamarnya.
"Kalau kamu tidur sama mommy, lalu daddy bagaimana? lagian kamu sudah besar kenapa harus tidur dengan orang tua?",
Engfa menatap putrinya itu, "are u ok?, Mommy lihat kamu pucat sekali, apa kamu tidak enak badan sayang?",
Freen menggeleng, "Freen baik-baik aja mom, ya sudah Freen ke kamar saja", gadis itu lalu berpamitan dan kembali ke kamarnya. Freen sangat takut membuka pintu, jujur saja yang tadi itu terasa nyata baginya. perlahan dia membuka pintu kamarnya, tidak ada siapa-siapa bahkan lukisan itu masih tertutup kain. Freen lalu naik ke atas tempat tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut.
"Freen".
Dia kembali mendengar suara itu, Freen semakin takut tubuhnya bahkan sudah bergetar.
"Lihat aku",
Suara itu semakin terdengar jelas dan dia meminta Freen melihatnya, "tolong jangan ganggu aku, please aku tidak tahu apa-apa", gadis itu sudah menangis di balik selimutnya, dia benar-benar hampir kencing di celana saking takutnya.
Perlahan Freen menurunkan selimutnya, dia menatap kesana kemari tapi tidak ada siapa pun di kamar itu,
"aku disini",
Freen menatap kearah suara tadi, tiba-tiba matanya membulat, dia tidak bisa bergerak lagi, bahkan untuk sekedar menelan air liur pun dia sudah tidak sanggup, lukisan itu hidup, wanita yang berada di lukisan itu memandangnya dan dia berbicara. Freen merasa tubuhnya sudah seperti batu yang tidak bisa digerakan, dia ingin berteriak tapi seakan suaranya tidak dapat lagi keluar dari mulutnya. hingga sedetik kemudian dia tidak sadarkan diri.
Paginya, Freen terbangun karena suara gedoran pintu begitu kuat. Freen kaget dan berlari menuju pintu dengan cepat dia membuka pintu itu dan tanpa menghiraukan orang yang sejak tadi mengetuk Freen terus berlari menuruni tangga.
"Kenapa dia lari begitu?", Nam yang sejak tadi mengetuk pintu merasa heran dengan Freen.
Freen langsung memeluk ibunya, kedua orang tuanya merasa heran dengan putrinya itu, "ada apa? dimana Nam?", tanya Engfa
"Mom, di kamar ada orang mom, lukisannya bisa bicara", Freen sangat ketakutan.
"Sudah berapa kali mommy bilang jangan menonton film horor", liatkan kamu jadi begini.
Nam menghampiri Freen yang berdiri di dekat ibunya, "kenapa sih main ninggalin aja, kamu kenapa?",
"Nam, lukisan yang aku bawa dari toko antik bisa bicara", Freen bahkan sudah menangis karena tidak ada yang percaya padanya.
"Kamu ini, mana ada lukisan bisa bicara?, mending kamu mandi deh, pagi ini kamu sudah janji mau menemani aku revisi", ucap Nam
Freen tidak mau pergi sendirian ke kamarnya, "Nam temani aku ke kamar, please", ucap Freen dengan penuh permohonan.
Akhirnya Nam menemani Freen ke kamarnya, Freen menatap lukisan yang tertutup kain itu, perasaan semalam lukisan itu tidak tertutup lagi, "apa ini lukisan yang kamu bilang bisa bicara itu?", tanya Nam sambil membuka kain penutupnya, "jangan dibuka" teriak Freen namun tidak diindahkan oleh Nam.
Deg....
Freen kembali membeku, nafasnya naik turun dengan cepat, seluruh tubuhnya bergetar hebat, lukisan itu kosong hanya meninggalkan kanvas putih bersih seperti tidak ada lukisan sebelumnya.
"Mana? tidak ada apa-apa disini", ucap Nam
Freen terus membeku di tempatnya, "dia hilang Nam, dia keluar dari lukisan itu",
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebecca
FantasyFreen Sarocha adalah mahasiswa semester akhir yang memiliki hobi melukis, suatu hari Freen membeli lukisan tua dari sebuah toko barang antik, dengan keterampilan melukisnya ia mencoba memperbaiki kembali lukisan tua tersebut, siapa sangka lukisan it...