9. The Moon

1.4K 209 4
                                    

Sejak malam dimana Freen dan Rebecca tahu tentang kutukan itu, perlahan mereka berdua mulai menerima keadaan tersebut, apa terlebih Freen, dia harus membiasakan dirinya karena dia tidak mau mencelakai siapa pun, bisa dibilang pilihan terbaiknya adalah tetap tinggal dan melindungi Rebecca.

"Kau mau kemana?", tanya Freen kepada Rebecca, dia melihat wanita itu membawa keranjang di tangannya.

"Aku ingin mengambil kentang dan susu", jawabnya, "kau mau ikut?", tanya Rebecca dan di angguki Freen.

"tunggu disini", ucap Rebecca, wanita itu menyuruh Freen menunggu di depan kastil dan Rebecca pergi ke arah bagian belakang kastil. Tidak berapa lama, Rebecca muncul dengan menunggangi kuda, wait kuda?, Freen yang melihatnya menunggangi kuda sangat terpesona, "Wauu...wanita bergaun dengan sepatu bots dan menunggangi kuda?, Amazing", ucap Freen dalam hati.

"Ayo naik", ucap Rebecca, Freen masih ragu ini kuda bukan mobil, bagaimana kalau dia jatuh?, Rebecca seolah mengerti dengan pikiran Freen, "naiklah kau akan aman", tambahnya. Freen akhirnya menerima dan menaiki kuda tersebut.

"berpeganglah", ucap Rebecca.

Freen lalu melingkarkan tangannya di pinggang Rebecca, "ini pertama kalinya aku naik kuda", ucapnya.

Rebecca tersenyum, "aku akan mengajarimu nanti", Lalu kuda itu berjalan membawa kedua wanita tersebut memasuki hutan.

Skip...

Saat ini mereka berdua telah sampai di sebuah peternakan, Freen lagi-lagi menatap kagum sungguh ini seperti di film yang pernah dia tonton. "apa ini peternakan milikmu?", tanya Freen.

Rebecca menggeleng, ",bukan, ini peternakan bibi Charlote, ayo", ajaknya pada Freen.

Mereka berdua berjalan memasuki area peternakan, nampak di dalam peternakan seorang wanita sedang membawa rumput di tangannya.

"Bibi Charlote", panggil Rebecca.

Wanita itu menengok ke arah suara, melihat Rebecca dia langsung tersenyum, "Sweet heart, apa kabarmu?", dia lalu berjalan mendekati Rebecca dan memeluknya, "aku baik bibi", jawab Rebecca.

Charlote melihat ke arah Freen, "siapa dia?",

Rebecca tersenyum, "dia Freen, temanku", Rebecca tidak mungkin mengatakan kalau Freen kekasihnya.

"Dia tidak seperti orang inggris", ucap Charlote, Freen merasa gugup mendengar ucapan wanita itu. "Aku mau mengambil susu dan kentang bi", Rebecca cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.

Freen Pov ...

Oh my god, memerah susu sapi?, Rebecca mengajaku mengambil susu dan kentang, di pikiranku itu seperti kau datang ke supermarket dan membeli susu dan kentang tapi ternyata aku salah, saat ini kami berada di peternakan milik bibi Charlote, kata Rebecca bibi Charlote sudah seperti ibu baginya, saat aku menanyakan tentang susu tiba-tiba Rebecca mengajakku masuk ke dalam kandang sapi, ini pengalaman pertama ku melihat payudara sapi sebesar itu dan Rebecca terus menarik-nariknya hingga keluarlah susu dari payudara sapi itu.

"Kenapa kau melihatku?", tanya Rebecca.

Freen menatap Rebecca yang sedang memerah susu sapi, "apa sapinya tidak geli?, kau terus menarik payudaranya", ucap Freen polos.

Rebecca tersenyum, "kau lucu sekali, tentu saja tidak lagi pula memang begini caranya mengambil susu",

Freen mengangguk, "apa payudara kita juga akan mengeluarkan susu?", tanyanya lagi.

Rebecca merasa malu mendengar pertanyaan Freen, "hemm...kita juga akan punya susu seperti ini tapi kalau kita punya bayi", ucap Rebecca.

Hari itu mereka pulang dengan membawa lima botol susu segar dan kentang untuk dijadikan bahan makanan di rumah.

Rebecca dan Freen sedang di dapur, mereka berdua akan membuat hidangan salad dan roti dari kentang untuk makan malam nanti, sejak tadi Freen terus menatap Rebecca, bagaimana bisa wanita itu sangat cantik seperti barbie, dia juga pintar memasak. Freen perlahan mendekat ke arah Rebecca dan memeluk wanita itu dari belakang.

"jangan lakukan ini!", Rebecca langsung mendorong Freen. "aku tidak ingin kau terluka seperti kemarin", ucapnya khawatir.

"aku hanya ingin memelukmu, bukan mengajakmu bercinta, apa tidak boleh juga?", Freen lalu kembali mendekati Rebecca dan memeluknya, "aku rasa ini akan aman, selama kita tidak melakukan hal lebih", ucapnya lagi.

Rebecca mengangguk, dia kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan Freen yang memeluk tubuhnya dari belakang, "kenapa aroma mawar dari tubuhmu begitu kuat kalau kita berdekatan begini?", tanya Freen yang terus mengendus tubuh Rebecca.

"Nikmati saja aroma itu", ucap Rebecca tersenyum.

Malamnya Rebecca terlihat sangat cemas, bahkan keringat terus keluar dari pori-pori kulitnya, dadanya terasa sesak dan dia mulai merasakan sakit di tubuhnya.

"Kau tidak apa-apa?", tanya Freen.

Rebecca tidak menjawab, dia terus meraba tubuhnya sendiri seperti ada sesuatu yang merasukinya. Jujur saja Freen merasa takut, jangan sampai monster itu muncul lagi, dia lalu berjalan ke arah jendela dan melihat ke langit, "bulan purnama?!", ucapnya.

"Apa kau....", ucapan Freen terhenti saat di menoleh ke belakang dan Rebecca sudah tidak ada di kamar itu. "Rebecca!", dengan panik bercampur rasa takut dia keluar dari kamar dan mencari Rebecca ke seluruh penjuru kastil, nihil Rebecca tidak ada di kastil itu, Freen manatap langit dan bulan sudah hampir menjadi bulat penuh, dengan cepat dia menyusuri hutan mencari keberadaan Rebecca.

Freen terus berlari dan berteriak memanggil Rebecca, tiba-tiba dari kejauhan dia melihat seorang wanita bergaun putih berjalan menuju pemukiman warga, dengan cepat Freen menyusul wanita itu.

"Rebecca?!", panggilnya, Freen hampir saja pingsan bila dia tidak menguatkan dirinya, saat wanita itu berbalik dia melihat Rebecca sudah seperti monster, "aku lapar", ucapnya.

"Heii tetap bersamaku, jangan turuti dirimu, please", ucap Freen sambil menangkup wajah wanita itu.

"Tinggalkan dia", seketika suara Rebecca berubah, Freen mundur selangkah, "tinggalkan dia", ucap Rebecca tapi Freen tahu itu bukan Rebecca.

Tiba-tiba Freen melihat seorang pria memegang obor di tangannya, "siapa disana?", ucap pria itu.

Dengan cepat Rebecca berlari hendak menyerang pria tersebut, pria itu ketakutan melihat Rebecca dia meminta tolong tapi tidak ada yang mendengarnya, Rebecca membawa pria yang sudah pingsan itu masuk ke dalam hutan, Freen berlari mengikutinya.

"jangan lakukan ini, aku mohon padamu", Rebecca sudah berada di atas tubuh pria itu, "aku lapar", ucapnya lagi.

Freen menggeleng, "jangan, aku ada disini, aku akan bersama denganmu sayang", ucap Freen sambil menangis. "Freen", panggil Rebecca.

Dengan cepat Freen menarik tubuh Rebecca dan memeluknya, "jangan membunuh lagi, aku mohon", pintanya.

Rebecca kemudian mendorong Freen, "tinggalkan dia sendirian atau aku akan membunuhmu juga", ucap Rebecca.

Freen tidak perduli, dengan cepat dia berlari ke arah Rebecca, dia memeluk erat wanita itu dan dengan semua keberaniannya dia mencium bibir Rebecca dengan rakus, bahkan tangannya meremas kuat payudara Rebecca yang tidak memakai bra itu, perlahan Rebecca membalas ciumannya, mereka terus berciuman dan saling melumat satu sama lain, hingga kemudian Freen merasa tubuhnya melayang dan terlempar dengan kuat membentur sebuah pohon yang berada di belakangnya.

Freen merasa sakit luar biasa, hingga kemudian dia memuntahkan darah yang sangat banyak, jantungnya berdetak cepat, dia merasa seluruh tulangnya remuk, dia terus mengeluarkan darah dari mulutnya, dia menatap sebuah bayang hitam seperti keluar dari tubuh Rebecca, "Rebecca?", panggilnya dengan suara pelan.

Kesadaran Rebecca sudah kembali, dia melihat seorang pria sedang pingsan di dekatnya dan tak jauh darinya ada Freen yang sudah tidak berdaya, dengan cepat Rebecca merangkak ke arah Freen dan memeluk wanita itu, darah segar terus keluar dari mulutnya, "oh Tuhan...tidak, tidak, apa yang aku lakukan padamu, tolong sadarlah, Freen jangan tinggalkan aku", Rebecca terus menangis memeluk tubuh Freen yang sudah tidak berdaya itu, "Freen tolong sadarlah, sayang jangan tinggalkan aku, please", ucap Rebecca dalam tangisnya.

RebeccaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang